Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Boeing 737 MAX Pulang ke AS, Korban Perang Tarif Trump

Ilustrasi pesawat (freepik.com/onlyyouqj)
Intinya sih...
  • Pesawat 737 MAX Xiamen Airlines gagal tiba di China karena perang dagang AS-China
  • China memerintahkan maskapai untuk menghentikan pengiriman pesawat Boeing sebagai balasan tarif tinggi AS

Jakarta, IDN Times - Sebuah pesawat Boeing 737 MAX yang dimaksudkan untuk maskapai Xiamen Airlines mendarat kembali di Boeing Field, Seattle,pada Minggu (20/4/2025), pukul 18.11 waktu setempat. Pesawat yang telah dicat dengan livery Xiamen Airlines ini menjadi simbol terbaru dari dampak perang tarif yang dipicu oleh kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang meningkatkan ketegangan dagang dengan China.

Peristiwa ini terjadi di tengah eskalasi konflik dagang antara Washington dan Beijing, yang telah mengguncang industri penerbangan global. Pemerintah China dilaporkan memerintahkan maskapai domestik untuk menghentikan pengiriman pesawat Boeing pada Selasa (15/4), sebuah langkah balasan terhadap tarif tinggi yang diberlakukan AS. Insiden ini menyoroti kerentanan Boeing, sebagai eksportir terbesar AS, dalam pusaran perselisihan geopolitik.

1. Latar belakang perang tarif

Donald Trump dengan bagan tarif resiprokal pada 2 April 2025 di Gedung Putih (flickr.com/The White House)

Perang tarif antara AS dan China memanas sejak Trump mengumumkan tarif 145 persen pada impor China pada Selasa (2/4). Sebagai respons, Beijing memberlakukan tarif balasan 125 persen pada produk AS, termasuk komponen pesawat.

Ketegangan meningkat ketika Trump mengancam tarif hingga 245 persen pada Selasa (15/4), mendorong China memperketat pembatasan, termasuk menghentikan pengiriman pesawat Boeing. Boeing, yang telah menghadapi pembekuan impor 737 MAX selama hampir lima tahun di China, kini terjebak dalam situasi sulit.

“Kebijakan tarif ini telah menciptakan kekacauan di industri penerbangan global,” kata Ken Quinn, mantan penasihat umum Federal Aviation Administration, dilansir dari Washington Post.

Fasilitas penyelesaian Boeing di Zhoushan, yang dibuka pada 2018 untuk melayani pasar China, kini menghadapi gangguan signifikan karena pesawat yang siap dikirim terpaksa kembali ke AS.

Pesawat yang kembali ke Seattle menempuh perjalanan 8 ribu kilometer dengan singgah di Guam dan Hawaii untuk pengisian bahan bakar. Tiga pesawat 737 MAX lainnya, yang tiba di Zhoushan sejak Maret 2025, juga dilaporkan menunggu nasib serupa, menandakan gangguan besar pada rantai pasok Boeing.

2. Dampak pada Boeing dan industri penerbangan

potret pesawat Boeing 777-300ER milik Maskapai KLM dengan livery 100 tahun sedang lepas landas dari Bandara Internasional JFK, New York (commons.wikimedia.org/Quintin Soloviev)

Boeing menghadapi tekanan besar akibat pembatasan China, yang merupakan pasar penerbangan dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Menurut laporan Bloomberg, China memerintahkan maskapai untuk tidak hanya menghentikan pengiriman pesawat, tetapi juga pembelian suku cadang dari pemasok AS.

Langkah ini mengancam pendapatan Boeing, yang mengandalkan China untuk sekitar 6 persen dari total pengiriman pesawat pada 2025-2028. Namun, beberapa analis meragukan dampak jangka panjang.

“Boeing memiliki backlog pesanan sebanyak 5 ribu pesawat, dan pesanan dari China hanya 130 unit,” kata analis Bank of America, dikutip dari Los Angeles Times.

Mereka menyarankan Boeing dapat mengalihkan pesawat ke pasar lain seperti India. Meski begitu, kerugian jangka pendek tetap signifikan, terutama dengan meningkatnya biaya operasional akibat tarif.

3. Implikasi global dan masa depan

Pesawat Boeing 737-8 MAX milik Air China dengan nomor registrasi B-1223. (Anna Zvereva from Tallinn, Estonia, Berkas ini dilisensikan di bawah lisensi Creative Commons Atribusi-Berbagi Serupa 2.0 Generik, via Wikimedia Commons)

Perang tarif ini tidak hanya memengaruhi Boeing, tetapi juga mengguncang ekonomi global. Menurut CNN Business, pertumbuhan perdagangan global yang diproyeksikan sebesar 2,7 persen tahun ini kini diperkirakan menyusut 0,2 persen akibat kebijakan tarif Trump. Ketidakpastian ini telah mendorong perusahaan multinasional seperti Nvidia dan Boeing kehilangan miliaran dolar pendapatan.

Di sisi lain, China tampaknya lebih siap menghadapi perang dagang kali ini. China telah belajar dari pengalaman sebelumnya pada 2017 dan kini menggunakan impor sebagai senjata strategis. Pembatasan ekspor mineral langka dan penghentian pengiriman Boeing menunjukkan pendekatan yang lebih agresif dari Beijing.

Dengan pasar saham global yang merosot dan harga konsumen yang diperkirakan naik, tekanan untuk menyelesaikan konflik meningkat. Namun, hingga kini, tidak ada tanda-tanda de-eskalasi yang jelas, meninggalkan Boeing dan industri penerbangan dalam ketidakpastian.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us