Cegah Kerusakan Candi, Pengunjung Borobudur Mau Dibatasi

Jakarta, IDN Times - Kementerian BUMN melalui Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata InJourney berencana membatasi jumlah pengunjung reguler Candi Borobudur, Jawa Tengah.
Menteri BUMN, Erick Thohir mengatakan pembatasan itu dilakukan untuk menjaga kelestarian Candi Borobudur yang merupakan peninggalan sejarah.
"Borobudur ini merupakan peninggalan yang luar biasa, dan dunia mengkhawatirkan terjadi kerusakan, maka diharapkan ada pembatasan," kata Erick di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (25/5/2023).
1. Pembatasan pengunjung Borobudur akan diterapkan dengan digitalisasi

Nantinya akan ada sistem ticketing digital untuk masuk ke Candi Borobudur. Sehingga, jumlah pengunjungnya bisa dikendalikan agar tak melebihi batas kuota di setiap sesi.
"Dengan digitalisasi, begitu naik hanya 150, nanti yang 150 sudah turun, 10-15 menit kemudian naik lagi," ujar Erick.
2. Naik Candi Borobudur tak boleh pakai sepatu

Sejak 2022, pengunjung tak boleh lagi menggunakan sepatu untuk naik ke Candi Borobudur. Erick mengatakan, nantinya aturan itu akan dilanjutkan demi menjaga bentuk permukaan candi.
"Gak boleh pakai sepatu, gak pakai sandal, karena supaya apa? Supaya centimeternya tidak terus menurun. Dan begini, kalau Borobudur ini hancur gak tergantikan," ucap dia.
3. Bakal ada zonasi di Candi Borobudur

Selain itu, InJourney juga berencana membuat zonasi di Candi Borobudur. Zonasi itu dibuat untuk memastikan setiap kegiatan, baik wisata maupun ibadah bagi pemeluk Budha di Candi Borobudur tak saling terganggu.
"Nanti di Borobudur ada zona spiritual, untuk yang mau ngonten, ada yang mau santai-santai, boleh. Tapi yang penting, satu sama lain saling menghormati, jangan nanti yang berdoa terganggu, atau yang wisata juga terganggu, ya kadang-kadang tentu konteks-konteks sosial, bermasyarakat pasti ada gesekan," kata Erick.