Dampak Tarif AS, Sebanyak 250 Ribu Pekerja di Afsel Terancam Dipecat

- Afsel akan berikan bantuan kepada korban PHK
- Glencore berencana memecat 155 ribu pekerja
- Indeks Manajer Pembelian Manufaktur Afsel turun pada Agustus
Jakarta, IDN Times - Kesulitan keuangan yang dihadapi oleh sejumlah perusahaan besar di Afrika Selatan (Afsel) diprediksi akan berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 250 ribu pekerja. Hal itu disampaikan Menteri Tenaga Kerja Afsel, Nomakhosazan Meth pada Selasa (2/9/2025).
Dalam sebulan terakhir, Afsel mendapatkan masalah besar terkait ketetapan tarif dari Amerika Serikat (AS) sebesar 30 persen. Namun, negara itu sempat berhasil mendongkrak ekspor pertanian ke AS sebelum pemberlakuan tarif resiprokal.
1. Afsel akan berikan bantuan kepada korban PHK

Departemen Tenaga Kerja Afsel (DEL) mengatakan akan ada upaya dari sejumlah pihak untuk mengintervensi dan memitigasi PHK di perusahaan besar di Afsel, termasuk di ArcelorMittal South Africa (AMSA). Pihaknya mengatakan akan mengalokasikan dana sebesar 417 juta rand (Rp386,6 miliar) untuk Dana Asuransi Pengangguran kepada 2.982 pekerja AMSA yang terdampak PHK pada Mei.
Perusahaan yang bergerak di industri besi itu mengaku akan memecat 100 ribu pekerja di tengah kesulitan yang dihadapi perusahaannya. Selain itu, industri otomotif juga terdampak di mana Ford Motor Afsel berencana memecat 474 pekerja dan Goodyear akan memecat 900 pekerja.
2. Glencore berencana memecat 155 ribu pekerja
Selain di industri besi dan otomotif, industri pertambangan Afsel juga menghadapi masalah besar imbas tarif AS. Salah satu perusahaan tambang besar, Glencore berencana memecat 155 ribu pekerja.
Sebelumnya, Glencore terdampak imbas penutupan 10 dari 22 tungku smelter. Penutupan tungku smelter itu berdampak besar pada operasional perusahaan dan membuat 2.425 pekerja terdampak langsung dan 17 ribu terdampak secara tidak langsung, dilansir Business Tech.
3. Indeks Manajer Pembelian Manufaktur Afsel turun pada Agustus
Tarif resiprokal AS sebesar 30 persen telah berdampak pada turunnya Indeks Manajer Pembelian PMI Manufaktur dari 50,8 pada Juli menjadi 49,5 poin pada Agustus. Angka ini menunjukkan sektor manufaktur di Afsel mengalami kontraksi.
Sejumlah ekonom memperkirakan bahwa tarif AS akan memangkas 0,2 point presentasi dari Produk Domestik Bruto (PDB) Afsel tahun ini. Namun, ini bergantung pada kemampuan pemerintah dalam mengalihkan ekspor produknya, dilansir dari Business Insider Africa.
Sementara itu, Afsel masih berupaya untuk mengupayakan pembukaan pintu negosiasi dengan AS dalam menentukan penurunan tarif yang sesuai dengan kepentingan kedua negara.