Deutsche Bahn Ganti CEO untuk Atasi Masalah Keterlambatan KA di Jerman

- Palla akan menghadapi tantangan besar memperbaiki keterlambatan dan masalah infrastruktur kereta api Jerman.
- DB membayar kompensasi sebesar 197 juta euro (Rp3,8 triliun) atas keterlambatan dan pembatalan tiket kereta api pada 2024.
- Kementerian Transportasi Jerman mengatakan masih ada kekurangan 2,5 miliar euro (Rp48,8 triliun) untuk memperbaiki jalur kereta api di Jerman dalam 4 tahun ke depan.
Jakarta, IDN Times - Perusahaan kereta api milik negara Jerman, Deutsche Bahn (DB) merombak kepemimpinan imbas tingginya masalah keterlambatan dan pembatalan. Menteri Transportasi Jerman, Patrick Schneider mengutus Evelyn Palla untuk menjadi CEO baru di salah satu perusahaan terbesar di Jerman tersebut.
Penunjukkan Palla ini untuk menggantikan posisi Richard Luz yang sudah memimpin sejak 2017. Perempuan berusia 52 tahun yang sempat memimpin divisi regional perusahaan, DB Regio itu akan menjadi CEO perempuan pertama yang memimpin DB.
1. Palla hadapi tantangan besar untuk memperbaiki DB
Setelah ditunjuk sebagai CEO, Palla akan menghadapi tantangan besar di tengah krisis yang dihadapi oleh DB dalam beberapa tahun terakhir. Sebab, hanya 60 persen dari perjalanan kereta api jarak jauh DB yang tepat waktu.
Dilansir DPA International, perusahaan Jerman itu bahkan mengalami masalah buruknya infrastruktur yang berdampak pada operasional. Selain itu, DB mengalami kesulitan finansial selama bertahun-tahun meski terdapat perbaikan belakangan ini.
Saat ini, perjalanan kereta jarak jauh di Jerman setidaknya harus menemui satu pekerjaan yang berimbas pada gangguan perjalanan. Namun, sistem manajemen konstruksi baru ini diperkirakan akan memberikan perubahan pada jadwal kereta api.
Palla sudah bergabung di DB sejak 2019. Perempuan asal Tyrol Selatan di Italia itu sebelumnya sempat bekerja di Austrian Federal Railway (ÖBB) dan menjadi anggota pengurus divisi kereta api penumpang regional sejak 2015.
2. DB bayar Rp3,8 triliun untuk kompensasi keterlambatan dan pembatalan

DB mengungkapkan sudah membayar kompensasi sebesar 197 juta euro (Rp3,8 triliun) hanya untuk memberikan kompensasi atas keterlambatan dan pembatalan tiket kereta api pada 2024. Perusahaan menganggap kereta apinya telat jika tiba lebih dari 5:59 menit dari jadwal yang sudah ditetapkan.
Pada 2024, tercatat ada 37,5 persen layanan kereta api jarak jauh DB yang terlambat dari jadwal. Catatan keterlambatan ini menjadi yang terburuk bagi perusahaan milik negara Jerman itu dalam 21 tahun terakhir.
“Jika kereta terlambat dan penumpang kami berhak mendapatkan kompensasi, kami akan membayarnya tanpa argumen. Namun, semakin lama keterlambatan akan berbuntut pada tingginya biaya kompensasi,” ungkap juru bicara DB, dikutip dari Deutsche Welle.
DB menyebut terdapat 6,9 juta penumpang yang mengklaim kompensasi sepanjang 2024. Jumlah itu naik signifikan dibandingkan 2023 yang mencapai 5,6 klaim kompensasi dengan total pembayaran sebesar 132,8 juta euro (Rp2,6 triliun).
3. Alokasi dana untuk perbaikan jalur kereta api di Jerman masih kurang

Kementerian Transportasi Jerman mengatakan bahwa masih ada kekurangan 2,5 miliar euro (Rp48,8 triliun) untuk memperbaiki jalur kereta api di Jerman dalam 4 tahun ke depan. Kekurangan ini disebabkan naiknya biaya konstruksi dalam beberapa tahun terakhir.
Alokasi anggaran untuk transportasi di Jerman menjadi 38,3 miliar euro (Rp748,7 triliun) yang berkurang 6 miliar euro (Rp117,2 triliun) dibanding tahun lalu. Sebanyak 35,4 miliar euro (Rp692 triliun) sudah diinvestasikan untuk infrastruktur, termasuk dalam memperbarui jalur kereta api dan memperbaiki jembatan.