Emas Jadi Komoditas Ekspor Kedua Terbesar di Australia pada 2025

- Lonjakan harga emas mencapai rekor tertinggi mendorong ekspor emas Australia ke angka tertinggi sejak beberapa tahun terakhir.
- Volume produksi emas membaik menjadi 289 ton pada 2025-2026
- Dukungan dari ekspansi tambang penting di wilayah Australia Barat dan negara bagian lainnya
Jakarta, IDN Times - Australia mengumumkan emas diperkirakan akan mengambil alih posisi sebagai ekspor sumber daya paling bernilai kedua setelah bijih besi pada tahun fiskal ini. Perkiraan tersebut menggeser posisi gas alam cair (LNG) yang selama ini berada di urutan kedua, seiring meningkatnya permintaan emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik global.
Dalam laporan kuartalan yang dirilis pada September 2025, Departemen Industri Australia menyebut, nilai ekspor emas diproyeksikan meningkat sebesar 12 miliar dolar Australia (Rp131,5 triliun) menjadi total 60 miliar dolar Australia (Rp657,6 triliun) untuk tahun fiskal yang berakhir Juni 2026.
1. Kenaikan nilai ekspor emas di Australia

Departemen Industri, Ilmu Pengetahuan, dan Sumber Daya Australia memaparkan, lonjakan harga emas hingga mencapai rekor tertinggi mendorong ekspor emas negara itu ke angka tertinggi sejak beberapa tahun terakhir.
"Lonjakan luar biasa dalam harga emas telah mendorong pendapatan bullion ke 60 miliar dolar Australia (Rp657,6 triliun) tahun ini," menurut pernyataan resmi dari departemen tersebut, dilansir Yahoo Finance.
Selain harga, volume produksi emas juga membaik dari sekitar 250 ton pada tahun fiskal 2024-2025 menjadi diperkirakan 289 ton pada 2025-2026, dengan produksi terus naik pada tahun berikutnya. Hal ini juga didukung oleh ekspansi beberapa tambang penting di wilayah Australia Barat dan negara bagian lainnya.
2. Pergeseran posisi emas dalam ekspor sumber daya Australia

Data pada Selasa (7/10/2025) juga menunjukkan, ekspor LNG yang sebelumnya menyumbang pendapatan besar negara kini menurun menjadi sekitar 54 miliar dolar Australia (Rp591,8 triliun). Capaian ini turun dari tahun sebelumnya yang lebih tinggi, akibat melemahnya harga minyak global dan pasokan yang mulai berlimpah. Analis menyebut, tren penurunan ini diperkirakan berlanjut hingga tahun berikutnya.
Sementara itu, bijih besi tetap menjadi primadona utama ekspor Australia dengan nilai tertinggi, didukung permintaan kuat dari pasar global, terutama China. Dengan kondisi ini, emas secara resmi melewati LNG sebagai komoditas ekspor kedua terbesar Australia, menandai perubahan signifikan dari beberapa tahun terakhir.
3. Pengaruh geopolitik dan prospek harga emas global
Pada akhir September 2025, analis pasar global memprediksi, ketidakpastian geopolitik, terutama di kawasan Asia-Pasifik dan Eropa, memacu investor untuk beralih ke aset aman seperti emas. Laporan menyebutkan harga emas diperkirakan akan tetap tinggi di atas 3.200 dolar AS (Rp53,1 juta) per troy ounce hingga beberapa tahun ke depan, dengan potensi kenaikan hingga hampir 4.000 dolar AS (Rp66,3 juta) pada tahun 2026.
"Pergeseran menuju aset safe-haven didorong oleh kondisi ekonomi dan politik saat ini," ujar analis dari Reuters.
Kondisi rendahnya tingkat suku bunga di AS juga dianggap menopang harga emas agar tetap stabil di level tinggi.