Google Gugat Jaringan Penipu di Google Maps, 10 Ribu Bisnis Diberantas

- Google menggugat jaringan bisnis palsu di Google Maps, menuduh individu menciptakan dan memperjualbelikan profil bisnis fiktif demi keuntungan pribadi.
- Kasus dimulai dari laporan pengusaha Texas yang bisnisnya disalahgunakan oleh tukang kunci tak berlisensi, dengan lebih dari 10 ribu daftar bisnis palsu ditemukan.
- Google menemukan banyak penipuan dalam layanan darurat seperti jasa derek dan tukang kunci, dengan modus operandi seperti bait and switch serta penipuan melalui panggilan telepon.
Jakarta, IDN Times – Google mengungkap ribuan daftar bisnis palsu di Google Maps dan menggugat jaringan pelaku di balik aksi penipuan tersebut. Dalam gugatan yang diumumkan Rabu (19/3/2025), perusahaan menuduh seorang individu dalam kelompok lebih luas telah menciptakan serta memperjualbelikan profil bisnis fiktif demi keuntungan pribadi.
Kasus ini bermula dari laporan seorang pengusaha di Texas yang mendapati bisnisnya di Google Maps disalahgunakan oleh tukang kunci tak berlisensi. Investigasi lebih lanjut mengungkap lebih dari 10 ribu daftar bisnis yang tak sah, termasuk usaha fiktif serta akun yang diretas atau diambil alih.
1. Modus penipuan yang terungkap

Google menemukan bahwa banyak kasus penipuan ini terjadi dalam kategori yang disebut duress verticals—layanan yang biasanya dicari dalam situasi darurat, seperti jasa derek dan tukang kunci. Para pelaku memanfaatkan urgensi pelanggan untuk menjerat mereka dengan berbagai trik.
“Saat kami mendapat peringatan tentang penipuan yang sebenarnya, kami melakukan upaya ekstrem untuk mengidentifikasi daftar penipuan serupa,” kata Halimah DeLaine Prado, penasihat hukum utama Google, dalam wawancara dengan CBS Mornings Plus, dikutip dari The Verge, Sabtu (22/3/2025).
Google menemukan bahwa jaringan ini menggunakan berbagai metode, salah satunya bait and switch, di mana pelanggan yang mencari layanan tertentu justru diarahkan ke penyedia lain yang tak mereka kenali. Dalam beberapa kasus, pelanggan menghubungi perusahaan asli, tetapi panggilannya dialihkan melalui layanan perantara yang kemudian menghubungkan mereka ke pelaku penipuan.
“Penipu menjadi semakin canggih,” ujar Prado. Setelah korban terperangkap, mereka sering kali dikenakan biaya yang jauh lebih tinggi dari tarif awal yang dijanjikan.
Investigasi Google juga mengungkap bahwa jaringan ini tak beroperasi sendirian. Mereka bekerja sama dengan agen di berbagai negara dan memanfaatkan media sosial untuk memperluas jangkauan. Dalam gugatan, Google menampilkan contoh pelaku yang mempromosikan “ulasan bintang 5” di berbagai grup Facebook guna mengakali pedoman Google.
2. Cara menghindari penipuan

Google menyarankan pengguna untuk selalu memverifikasi informasi bisnis sebelum berinteraksi lebih lanjut. Prado menekankan pentingnya memeriksa kembali situs web dan nomor telepon perusahaan untuk memastikan kesesuaiannya dengan profil yang terdaftar.
“Berhenti sejenak, luangkan waktu,” katanya. Ia juga memperingatkan agar waspada terhadap perusahaan yang meminta informasi pribadi yang tak relevan, seperti nomor jaminan sosial hanya untuk bergabung dalam daftar pelanggan.
Indikasi lain yang perlu diwaspadai adalah metode pembayaran yang tak lazim.
“Jika seseorang meminta Anda membayar dengan kartu hadiah atau transfer uang, itu adalah tanda bahaya besar,” ujar Prado.
Google menyampaikan bahwa bisnis palsu dilarang di Google Maps dan perusahaan telah menggunakan berbagai teknologi, mulai dari sistem otomatis hingga tim analis, untuk mendeteksi serta menghapus penipuan di platformnya.
3. Upaya Google menindak jaringan penipu

Gugatan ini bukan kali pertama Google menindak jaringan penipuan. Pada 2023, perusahaan telah menghapus atau memblokir sekitar 12 juta profil bisnis palsu, meningkat satu juta dibanding tahun sebelumnya.
Prado menjelaskan bahwa profil bisnis online memiliki peran penting bagi pelaku usaha, terutama bisnis kecil dan menengah, karena membantu meningkatkan visibilitas mereka.
Selain itu, Prado menyoroti dampak negatif dari keberadaan profil dan ulasan palsu, yang menurutnya dapat merusak kepercayaan pengguna terhadap ekosistem bisnis di Google Maps.
Google menyampaikan kepada CBS News bahwa mereka berencana menyumbangkan seluruh ganti rugi yang diperoleh dari kasus ini kepada organisasi yang berfokus dalam pemberantasan penipuan.