Harga Gula Dunia Melonjak akibat Kekhawatiran Hasil Tebu di Brasil

- Penurunan hasil tebu di Brasil dan dampaknya pada produksi gula
- Nilai tukar real Brasil menguat, membuat ekspor gula kurang menarik
Jakarta, IDN Times - Harga gula mentah di bursa New York mengalami lonjakan tajam pada Jumat (8/8/2025) waktu setempat, mencatat kenaikan sebesar 2,1 persen. Lonjakan ini mengakhiri tren penurunan selama empat hari berturut-turut dan menjadi kenaikan tertinggi dalam dua minggu terakhir.
Peningkatan harga tersebut dipicu sentimen pasar yang berubah setelah muncul laporan terbaru mengenai kondisi pasokan dari Brasil, produsen gula terbesar di dunia. Faktor eksternal lain dari pasar energi juga turut memberikan dukungan pada reli harga ini.
1. Penurunan hasil tebu di Brasil dan dampaknya pada produksi gula

Covrig Analytics mengeluarkan pernyataan, hasil tebu dari petani gula Brasil kemungkinan akan turun drastis, yang dapat menurunkan produksi tebu Brasil menjadi di bawah 600 juta ton. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan perkiraan pemerintah Brasil yang memprediksi penurunan produksi sekitar 663,4 juta ton.
"Penurunan hasil tebu ini akan menimbulkan dampak signifikan terhadap pasokan gula global karena Brasil adalah produsen terbesar gula dunia," ujar Claudiu Covrig dari Covrig Analytics, dilansir Nasdaq.
Penurunan produksi tebu dikarenakan kondisi cuaca yang kurang menguntungkan selama beberapa bulan terakhir, berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman.
"Meskipun angka penggilingan tebu sangat besar menjelang puncak musim, hasil yang terus menurun dapat menyebabkan produksinya anjlok tajam pada kuartal keempat," kata Covrig.
2. Faktor harga etanol dan nilai tukar mata uang pendukung harga gula

Seiring dengan penurunan hasil tebu, harga etanol juga naik karena bersaing menggunakan bahan baku tebu yang sama. Pada Jumat, nilai tukar real Brasil menguat ke level tertinggi satu bulan terhadap dolar AS, yang membuat ekspor gula Brasil menjadi kurang menarik dan secara tidak langsung mendorong harga gula di pasar internasional.
"Kondisi ini menyebabkan pasokan gula menyempit dan menambah tekanan kenaikan harga," kata analis pasar energi Brasil, dilansir Barchart.
Kenaikan harga etanol membuat sejumlah produsen memilih mengalihkan lebih banyak bahan baku tebu ke produksi etanol daripada gula. Hal ini mempersempit pasokan gula, sehingga harga gula mengalami kenaikan.
Data Unica menunjukkan bahwa penggilingan tebu untuk gula di Brasil meningkat dari 50 persen menjadi 54 persen dibandingkan tahun sebelumnya, namun hasil akhir produksi gula tetap terdampak.
3. Pengaruh produksi gula global dan permintaan dari negara lain

Selain situasi di Brasil, faktor global juga ikut mempengaruhi harga gula. India diperkirakan akan meningkatkan ekspor gula pada musim berikutnya yang dimulai Oktober 2025, karena hasil panen gula yang bagus didukung oleh curah hujan monsun yang melimpah.
Pada Selasa (5/8), Departemen Meteorologi India melaporkan curah hujan kumulatif monsun mencapai 500,8 mm atau 4 persen di atas normal, yang akan mendukung produksi gula yang lebih tinggi. Namun, ketatnya pasokan di Brasil dan peningkatan permintaan dari negara seperti Cina, turut mengangkat harga gula mentah di pasar global.
Coca-Cola juga mulai menggunakan gula tebu untuk produknya di AS, yang diperkirakan dapat menaikkan konsumsi gula di AS sebanyak 4,4 persen.