Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Harga Gula Indonesia Lebih Mahal dari Brasil, Ini Biang Keroknya

Ilustrasi gula(paxels.com/Towfiqu barbhuiya)
Ilustrasi gula(paxels.com/Towfiqu barbhuiya)
Intinya sih...
  • Bibit tebu tidak diganti secara berkala, memengaruhi produktivitas
  • Produktivitas lahan tebu di Indonesia jauh tertinggal dari Brasil
  • Kesenjangan teknologi berimbas ke komoditas pangan di Indonesia

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator (Menko) Pangan Zulkifli Hasan mengungkapkan ongkos produksi gula di Indonesia masih jauh lebih tinggi dibandingkan Brasil.

Dia menyebut, untuk memproduksi satu kilogram (kg) gula, biaya di Indonesia mencapai 70 hingga 80 sen dolar AS. Sementara di Brasil, ongkosnya hanya sekitar 15 sen untuk jumlah yang sama. Padahal, keduanya menggunakan bahan baku yang sama, yaitu tebu.

"Gula, kalau kita nanam tebu, ongkosnya untuk dapat 1 kilo itu 70-80 sen dapat 1 kilo gula. Maka kita membeli gula lebih mahal," katanya di Djakarta Theatre, Kamis (24/7/2025).

1. Bibit tebu tidak diganti secara berkala

ilustrasi  tebu (freepik.com/bdspn)
ilustrasi tebu (freepik.com/bdspn)

Pria yang akrab disapa Zulhas itu menjelaskan perbedaan produktivitas Indonesia dan Brasil. Salah satunya disebabkan penggunaan varietas bibit tebu yang tidak optimal.

Di Brasil, petani cukup menanam satu kali dan bisa panen berulang selama 7 sampai 10 tahun. Sedangkan di Indonesia, idealnya bibit harus diganti setiap 2 hingga 3 tahun.

Namun, dia mengungkapkan dalam praktiknya, petani dalam negeri bahkan tidak mengganti bibit hingga 20 tahun lamanya. Kondisi tersebut dinilai sangat memengaruhi hasil panen.

"Kita 20 tahun gak ganti. Harusnya tiap 2-3 tahun kita ganti bibitnya, ini malah 20 tahun gak ganti-ganti. Bayangkan," ujarnya.

2. Produktivitas lahan jauh tertinggal

ilustrasi kebun tebu (https://www.pexels.com/id-id/@plato-terentev-3804555/)
ilustrasi kebun tebu (https://www.pexels.com/id-id/@plato-terentev-3804555/)

Zulhas juga menyoroti rendahnya hasil panen tebu per hektare di Indonesia. Jika di Brasil satu hektare bisa menghasilkan lebih dari 100 ton, maka di Indonesia hanya sekitar 30 hingga 50 ton.

"Yang satu hektare bisa 100 ton lebih, kita mungkin bisa 30-40-50 ton. Jadi jauh sekali sehingga cost-nya menjadi mahal," ungkapnya.

3. Kesenjangan teknologi berimbas ke komoditas pangan

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (kanan) meninjau stan penjual daging sapi di Pasar Dukuh Kupang, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (14/8).  (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (kanan) meninjau stan penjual daging sapi di Pasar Dukuh Kupang, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (14/8). (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Perbedaan teknologi juga terlihat pada hasil pertanian di negara lain seperti Belanda. Menurutnya, hasil panen di negara tersebut bisa empat kali lipat lebih tinggi per meter persegi dibandingkan Indonesia.

"Daging sapi, Brasil kira-kira kalau dirupiahkan Rp65 ribu. Kita daging sapi kita bisa membeli rakyat kita itu Rp140 ribu. Sekali lagi karena teknologi," tambahnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Trio Hamdani
EditorTrio Hamdani
Follow Us