Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Harga Minyak Melambung usai Rudal Iran Serang Israel

Ilustrasi hulu migas (Dok. SKK Migas)
Intinya sih...
  • Harga minyak melonjak setelah serangan rudal Iran ke Israel, memicu kekhawatiran gangguan produksi.
  • Harga minyak Brent di pasar berjangka ICE naik 2,9 persen menjadi 73,56 dolar AS per barel.
  • Dampak serangan terhadap pasar minyak masih terbatas, namun harga minyak diperkirakan akan terus naik jika Israel melakukan serangan balasan.

Jakarta, IDN Times - Harga minyak mentah melonjak setelah serangan rudal Iran terhadap Israel memicu kekhawatiran gangguan produksi komoditas tersebut di pasar global. Dilansir EuroNews, analis memperkirakan ketegangan geopolitik yang terus meningkat dapat memberikan dorongan tambahan bagi harga minyak.

Pada Selasa, Iran meluncurkan ratusan rudal balistik ke Israel, yang dianggap sebagai aksi balasan atas pembunuhan seorang pemimpin Hizbullah dan komandan Iran. Serangan tersebut memperburuk eskalasi konflik di Timur Tengah, yang kemudian direspons oleh Israel dengan mengerahkan pasukan darat ke Lebanon selatan.

1. Harga minyak naik 2 persen lebih usai serangan rudal Iran

Ilustrasi hulu migas (Dok. SKK Migas)

Harga minyak Brent di pasar berjangka ICE naik 2,9 persen menjadi 73,56 dolar AS per barel, sedangkan harga minyak WTI di Nymex naik 3,5 persen menjadi 70,92 dolar AS per barel.

Kenaikan harga terus berlanjut pada Rabu pagi di sesi perdagangan Asia, dengan harga Brent dan WTI masing-masing naik lebih dari 1 persen, mencapai 74,56 dolar AS dan 70,94 dolar AS per barel pada pukul 04.45 CEST.

Meski begitu, dampak serangan tersebut terhadap pasar minyak masih terbatas. Sebagian besar rudal berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel, dengan hanya satu korban jiwa yang dilaporkan, yaitu seorang warga Palestina di Tepi Barat.

2. Harga minyak berpotensi terus mengalami kenaikan

Ilustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Harga minyak mentah diperkirakan akan terus naik, terutama jika Israel melakukan serangan balasan terhadap fasilitas minyak Iran. Hal itu bisa mendorong harga minyak secara signifikan mengingat Iran adalah salah satu dari 10 produsen minyak terbesar dunia.

Iran memproduksi hingga 3,3 juta barel minyak per hari pada Agustus lalu, tertinggi dalam lima tahun terakhir menurut OPEC. Setengah dari produksi Iran diekspor, mencakup sekitar 2 persen pasokan global.

"Ini jelas memberikan dukungan jangka pendek untuk minyak, terutama jika ketegangan geopolitik ini semakin meningkat," kata analis pasar di eToro, Josh Gilbert.

Sebelumnya, harga minyak mengalami penurunan selama tiga bulan terakhir akibat melemahnya prospek permintaan global, terutama dari AS dan China. Produksi minyak AS yang mencapai rekor tertinggi serta peralihan global menuju energi hijau juga turut menekan harga.

Namun, meningkatnya ketegangan geopolitik sering kali menjadi faktor yang mendorong kenaikan harga minyak.

Di sisi lain, kebijakan ekonomi China juga berpotensi meningkatkan permintaan minyak, dengan Bank Rakyat China (PBOC) baru-baru ini memangkas Rasio Cadangan Wajib (RRR) sebesar 0,5 persen, disertai penurunan suku bunga acuan dan langkah-langkah pelonggaran untuk mendukung sektor perumahan dan pasar saham.

"Paket stimulus China juga merupakan faktor penting. Jika ada pandangan bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia ini akan meningkatkan permintaan pada saat pasokan mungkin terbatas, itu memberikan dorongan positif bagi harga minyak mentah," tambahnya.

3. Israel menyebut 180 rudal diluncurkan oleh Iran

Kilang minyak Tanzania Petroleum Development Corporation (TPDC). (dok. Pertamina)

Israel mengklaim Iran telah meluncurkan lebih dari 180 rudal dalam serangan besar-besaran yang memicu kekhawatiran semakin meluasnya perang di kawasan tersebut. Dilansir BBC, jutaan warga dilaporkan bergegas menuju tempat perlindungan saat ledakan terlihat di langit malam Tel Aviv dan Yerusalem. Menurut keterangan paramedis, dua orang mengalami luka ringan akibat pecahan peluru.

Militer Israel melaporkan sebagian besar rudal yang diluncurkan oleh Iran berhasil dicegat dengan bantuan dari Amerika Serikat (AS), meskipun beberapa rudal dikatakan berhasil mencapai sasaran.

“Sebagian besar rudal yang masuk berhasil dicegat oleh Israel dan koalisi pertahanan yang dipimpin oleh Amerika Serikat," kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Laksamana Madya Daniel Hagari.

Di sisi lain, Pengawal Revolusi Iran mengklaim serangan rudal mereka mengenai target yang diinginkan, sebagai bentuk balasan atas pembunuhan sejumlah pemimpin sekutu mereka dari Hizbullah dan Hamas, serta seorang jenderal senior Iran.

Sementara itu, Amerika Serikat menyebut serangan rudal Iran tampaknya telah digagalkan dan tidak efektif, serta menyatakan tengah berkonsultasi dengan Israel untuk menentukan tanggapan yang tepat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Trio Hamdani
Anata Siregar
Trio Hamdani
EditorTrio Hamdani
Follow Us