Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3 Persen

ilusrasi kapal berlayar (pexels.com/Tom Fisk)
ilusrasi kapal berlayar (pexels.com/Tom Fisk)
Intinya sih...
  • Proyeksi pertumbuhan negara-negara utama juga direvisi naik
  • Inggris diproyeksikan tumbuh sebesar 1,2 persen pada
  • Tarif Trump dan ketegangan dagang tekan perdagangan global
  • Proyeksi pertumbuhan negara-negara utama juga direvisi naik
  • Inflasi global masih jadi ancaman, IMF rekomendasikan reformasi

Jakarta, IDN Times – Dana Moneter Internasional (IMF), yang merupakan kelompok 190 negara untuk stabilisasi ekonomi global, menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia untuk 2025 menjadi 3 persen dari sebelumnya 2,8 persen. Angka untuk 2026 juga direvisi naik menjadi 3,1 persen dari 3 persen.

Kenaikan ini dipengaruhi berbagai faktor, seperti melemahnya nilai dolar Amerika Serikat (AS), pelonggaran kondisi keuangan, dan ekspansi fiskal di beberapa negara besar.

Peningkatan impor AS karena kekhawatiran tarif turut memberi dorongan baru bagi pertumbuhan global. Sejumlah negara juga mengambil langkah aktif untuk menjaga momentum ekonomi di tengah ancaman perang dagang.

Kepala Ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, mengatakan, ketegangan dagang yang sedikit mereda ikut memperkuat ketahanan ekonomi dunia.

“Ekonomi dunia masih terluka, dan akan terus terluka dengan tarif pada tingkat tersebut, meskipun tidak seburuk yang seharusnya,” kata Gourinchas, dikutip dari BBC.

1. Tarif Trump dan ketegangan dagang tekan perdagangan global

ilustrasi tarif (pexels.com/Markus Winkler)
ilustrasi tarif (pexels.com/Markus Winkler)

Kebijakan perdagangan Presiden AS, Donald Trump mengubah arah peta perdagangan internasional. Mulai April, AS menerapkan tarif universal 10 persen terhadap hampir semua barang impor, dan berencana menaikkan tarif lebih tinggi lagi mulai Jumat ini.

Sementara itu, tarif khusus untuk barang dari China ditangguhkan hingga 12 Agustus 2025 karena masih berlangsungnya negosiasi di Stockholm.

Peningkatan impor ke AS terjadi karena perusahaan ingin mendahului tarif baru, tetapi menimbulkan risiko seperti penumpukan stok dan naiknya biaya penyimpanan. Sebagai imbal balik komitmen membeli produk buatan dalam negeri, AS juga menunda atau menurunkan tarif terhadap beberapa negara.

Trump menetapkan batas tarif untuk Uni Eropa sebesar 15 persen dengan imbalan pembelian minyak dan gas AS senilai hampir 600 miliar poundsterling. Jepang juga menyetujui pembelian pesawat Boeing agar ekspornya hanya dikenakan tarif maksimal 15 persen.

Gourinchas menyampaikan, tarif efektif AS memang turun dari 24 persen menjadi sekitar 17 persen. Dia mengingatkan tarif tersebut masih tergolong tinggi secara historis dan kebijakan global tetap berada dalam ketidakpastian.

AS memberikan tenggat hingga 1 Agustus 2025 bagi negara seperti Vietnam dan Korea Selatan untuk menandatangani kesepakatan dagang. Data terbaru per Selasa (29/7) menunjukkan nilai impor barang ke AS turun 11,5 miliar dolar AS menjadi 264,2 miliar dolar AS pada Juni.

2. Proyeksi pertumbuhan negara-negara utama juga direvisi naik

ilustrasi beberapa bendera negara di dunia (pexels.com/Paresh Patil)
ilustrasi beberapa bendera negara di dunia (pexels.com/Paresh Patil)

IMF mempertahankan proyeksi pertumbuhan Inggris sebesar 1,2 persen pada 2025 dan 1,4 persen pada 2026, sesuai revisi Mei. Inggris tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan tercepat ketiga di antara ekonomi maju setelah AS dan Kanada.

Kanselir Inggris, Rachel Reeves mengatakan, proyeksi IMF menunjukkan Inggris masih menjadi ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di Eropa dalam kelompok negara G7.

Ia menjelaskan, program investasi pemerintah berjalan sesuai rencana, termasuk pembangunan transportasi kota, rumah terjangkau, dan proyek besar seperti pembangkit listrik Sizewell C. Di sisi lain, ekonomi AS diperkirakan tumbuh 1,9 persen pada 2025 dan 2 persen pada 2026, berkat dampak dari ekspansi fiskal dan pemotongan pajak oleh Trump.

Dilansir dari Times of India, China juga mendapat proyeksi lebih optimistis, tumbuh 4,8 persen dari sebelumnya 4 persen, karena tarif AS yang ternyata lebih rendah dari perkiraan dan peningkatan belanja pemerintah. India diperkirakan tetap menjadi ekonomi utama dengan pertumbuhan tercepat sebesar 6,4 persen pada 2025 dan 2026, naik 0,2 persen dari estimasi April.

Zona euro diprediksi tumbuh 1 persen pada 2025 dari sebelumnya 0,8 persen, dengan dorongan utama dari ekspor farmasi Irlandia sebelum tarif obat AS diberlakukan. Sementara itu, Jepang diproyeksikan tetap tertinggal dengan pertumbuhan di bawah 1 persen.

3. Inflasi global masih jadi ancaman, IMF rekomendasikan reformasi

IMF memperkirakan tingkat inflasi global akan turun menjadi 4,2 persen pada 2025 dan 3,6 persen pada 2026. Namun, inflasi di AS diperkirakan tetap tinggi karena tarif impor mulai membebani konsumen di paruh kedua tahun depan. Sebaliknya, tekanan inflasi di negara-negara besar lainnya diprediksi lebih stabil.

Lembaga itu mengingatkan pertumbuhan global tetap terancam jika tarif kembali naik atau negosiasi dagang gagal mencapai kesepakatan permanen. Ketegangan geopolitik juga bisa memicu gangguan pasokan dan naiknya harga komoditas.

Gourinchas menyoroti pentingnya menjaga kebebasan bank sentral dari tekanan politik.

“Penting untuk menegaskan kembali dan menjaga prinsip independensi bank sentral. Bukti yang ada sangat kuat bahwa bank sentral yang independen, dengan mandat sempit untuk mengejar stabilitas harga dan ekonomi, sangat penting untuk mengikat ekspektasi inflasi,” katanya, dikutip dari The Guardian.

IMF memperkirakan Bank Sentral Inggris (BOE) akan memangkas suku bunga dua kali pada 2025 hingga ke level 3,75 persen, dengan pemangkasan pertama menjadi 4 persen pada Kamis (7/8). Namun, tekanan inflasi yang tinggi di AS dan Inggris bisa menggoyahkan ekspektasi pelaku pasar.

Sebagai solusi, IMF merekomendasikan respons kebijakan global yang terkoordinasi. Pemerintah diminta menjamin kepercayaan dan keberlanjutan dengan cara menenangkan ketegangan, menjaga stabilitas harga dan keuangan, memulihkan cadangan fiskal, serta menerapkan reformasi struktural yang sangat dibutuhkan.

Menurut IMF, kemajuan dalam negosiasi dagang bisa mempercepat pertumbuhan jika menghasilkan sistem yang dapat diprediksi dan penurunan tarif yang berkelanjutan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us