Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Jadi 4,7 Persen

Ilustrasi ekonomi negara dunia (Pixabay.com)
Intinya sih...
  • IMF merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 menjadi 4,7 persen, sejalan dengan penurunan pertumbuhan di negara ASEAN 5.
  • Ketidakpastian kebijakan perdagangan mempengaruhi prospek ekonomi global dan memperlambat pertumbuhan secara signifikan.
  • Pertumbuhan perdagangan global diproyeksikan turun lebih dari setengahnya menjadi 1,7 persen tahun ini akibat tarif dagang Trump.

Jakarta, IDN Times - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund/IMF merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 menjadi 4,7 persen.

Dalam World Economic Outlook (WEO) edisi April 2025, revisi tersebut sejalan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi di negara ASEAN 5 yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, dari 3,6 persen (2024) menjadi hanya 3 persen untuk 2025. 

Sementara itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,3 persen pada 2024 menjadi 2,8 persen untuk keseluruhan tahun 2025, akibat implementasi tarif resiprokal Trump.

1. Kompleksitas kebijakan global jadi faktor lesunya ekonomi

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (Dok. IDN Times)

Director Research Department IMF Pierre‑Olivier Gourinchas menyatakan, lonjakan ketidakpastian kebijakan merupakan faktor utama yang mempengaruhi prospek ekonomi global. Jika kondisi ini berlanjut maka akan mendorong peningkatan ketegangan perdagangan dan ketidakpastian akan memperlambat pertumbuhan global secara signifikan.

"Ini mencerminkan kompleksitas ini, laporan kami menyajikan prakiraan referensi yang menggabungkan pengumuman kebijakan hingga tanggal 4 April oleh AS dan mitra dagang," tegasnya.

2. Perdagangan global diproyeksi turun hingga 1,7 persen

Ilustrasi IMF (Dok IG IMF)

Ia menjelaskan ketegangan perdagangan ini akan sangat memengaruhi perdagangan global. "Kami memproyeksikan bahwa pertumbuhan perdagangan global akan lebih dari setengahnya dipotong dari 3,8 persen tahun lalu menjadi 1,7 persen tahun ini," ungkapnya.

Meski tarif akan berlaku secara berbeda di berbagai negara. Bagi Amerika Serikat, tarif tersebut merupakan guncangan pasokan yang mengurangi produktivitas dan output secara permanen dan meningkatkan tekanan harga.

"Hal ini memperburuk prospek yang sudah melemah dan membuat kami merevisi pertumbuhan turun 0,9 poin persentase menjadi 1,8 persen, dengan penurunan 0,4 poin persentase dari tarif saja. Sementara inflasi direvisi naik," ungkapnya.

3. Permintaan eksternal berpotensi susut

ilustrasi ekonomi negara (Freepik.com/chhayalex9999)

Sementara bagi mitra dagang, tarif dagang memberikan guncangan permintaan eksternal yang negatif. Kemudian melemahkan aktivitas dan harga, meskipun beberapa negara bisa mendapatkan keuntungan dari pengalihan perdagangan. Kondisi tersebutlah yang membuat IMF merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi berbagai negara untuk 2025.

Gourinchas memandang bahwa semua negara terkena dampak negatif dari lonjakan ketidakpastian kebijakan perdagangan, karena bisnis memangkas pembelian dan investasi, sementara lembaga keuangan menilai kembali eksposur peminjam mereka.

“Ketidakpastian juga meningkat karena gangguan sektoral yang kompleks akibat tarif yang dapat menyebabkan naik turunnya rantai pasokan, seperti yang kita lihat selama pandemik,” ujarnya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us