Inovasi Budidaya Jamur, Solusi Limbah Kayu di Panajam Paser Utara
- Budidaya jamur di Kelurahan Waru, PPU, menjadi solusi atas limbah serbuk kayu dan meningkatkan kemitraan di masyarakat.
- Sistem pengabutan inovatif dan harga jual jamur yang tinggi membuat budidaya jamur menjadi kegiatan menarik bagi ibu-ibu di Waru.
Balikpapan, IDN Times - Sekelompok ibu-ibu terihat bersenda gurau di bangunan yang tampak teduh, siap menyambut tamu dengan suka cita di tengah hari yang panas. Saat memasuki bangunan dari kayu itu, ada berbagai macam olahan jamur yang disuguhkan, dan ternyata dibudidayakan sendiri oleh kelompok ibu-ibu di Kelurahan Waru, Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur.
Bangunan ini merupakan pusat learning center untuk budidaya jamur, biasanya disebut juga dengan istilah apartemen untuk jamur.
Budidaya jamur di kawasan PPU merupakan jawaban bagi keresahan warga sekitar mengenai limbah serbuk kayu yang banyak ditemukan dan selama ini hanya dibakar, sehingga menghasilkan emisi karbon. Berangkat dari masalah itu, Abdul Wahab pada 2022 menginisiasi membentuk kelompok tani jamur, bernama Kelompok Bintang Jamur, yang kemudian didampingi oleh Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) membentuk Program Semai Jamur dengan Cerdas dan Berwawasan Pangan, atau disingkat Semur Cendawan.
Head of CRC Zona 10 Subholding Upstream Pertamina, Dharma Saputra menjelaskan, Program Semur Cendawan dirintis sejak awal 2022. Ide awalnya bermula dari keinginan untuk menjawab tantangan dari permasalahan yang dihadapi warga di PPU.
“Sebelum dilakukan pendampingan dari PHKT, pertanian jamur tiram masih dalam skala kecil yang dikelola oleh satu kelompok saja. Kini dengan adanya pendampingan, kemitraan di masyarakat semakin berkembang dalam mendukung ketahanan pangan wilayah sekitar,” kata dia, Kamis (26/9/2024).
1. Harga jamur fantastis di Panajam Paser Utara
Selain dari pemanfaatan limbah serbuk kayu, jamur merupakan produk yang dapat dijual dengan harga fantastis. Wahab menjelaskan, harga 1 kilogram (kg) jamur tiram mencapai Rp50 ribu di PPU, bahkan menyaingi harga ayam potong. Ini karena cuaca di wilayah Kalimantan Timur yang begitu panas, dan bukan merupakan daerah penghasil jamur tiram.
Untuk mengakali suhu agar tetap terjaga di dalam apartemen jamur, lahirlah sistem pengabutan. Sistem ini merupakan salah satu inovasi yang dikembangkan dari program Semur Cendawan.
Nama sistem pengabutannya adalah Pengkabut Rumah Cendawan dengan Terencana (Bumantara). Ada pula inovasi lainnya yang menghasilkan akronim lucu dan unik, seperti Model Bisnis Kemitraan Plus bersama Masyarakat (Mitra Plusma), Olahan Produk Jamur, serta penerapan teknologi sederhana, yaitu Sterilisasi Media Jamur dalam Bejana (Semenjana), dan Kompor Minyak Jelantah dengan Blower Tenaga Surya (Komjen Bosurya).
2. Kegiatan yang menarik bagi ibu-ibu Waru

Budidaya jamur ini meningkatkan produktivitas ibu-ibu di kawasan Waru, PPU. Mereka yang aktif menjadi petani jamur, tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Dahlia.
Ketua KWT Dahlia, Misem menjelaskan, budidaya jamur ini menjadi kegiatan yang menarik bagi ibu-ibu di Kelurahan Waru karena menambah kesibukan, juga menambah penghasilan bagi mereka yang notabene Ibu Rumah Tangga (IRT) serta buruh sawit yang pendapatannya fluktuatif.
Banyak kegiatan yang dilakukan oleh KWT Dahlia dalam kesehariannya, biasanya membuat isi baglog, yaitu media tanam campuran dari serbuk gergaji, katul atau bahan makanan tambahan, kapur (CaCO3) untuk pengaturan pH media tanam, serta air. Baglog ini nantinya akan dijual ke tempat budidaya lain, jumlahnya bisa ribuan setiap harinya.
Istri dari Abdul Wahab tersebut menjelaskan, KWT Dahlia juga memanen jamur dua kali sehari.
“Kalau panennya, kami tiap hari, bisa pagi dan sore. Dalam satu hari bisa panen 200 baglog, nanti kalau 200 baglog sudah dipanen, yang lainnya bisa tumbuh lagi. Kan di sini ada 10 ribu baglog yang ada di apartemen jamur ini. Kira-kira kalau dalam kilo itu, sehari bisa panen 13 kg rata-ratanya, minimal aja 6 kg ,” tutur Misem.
Selain itu, Misem bersama timnya juga melakukan perawatan harian, seperti menyemprot air untuk memastikan kelembaban dari apartemen jamur, membersihkan kumbung (apartemen), hingga melepas kapas penutup plastik saat miselium mulai jadi badan buah jamur. KWT Dahlia juga sering menerima tamu yang ingin belajar membuat apartemen jamur dari luar kota.
Tak hanya itu, usai panen, jamur-jamur ini kemudian dikemas dan dijual ke pasar, restoran yang sudah jadi langganan mereka. Community Development Officer PHKT Andita H Kurnia mengungkapkan, 10 ribu baglog belum cukup memenuhi kebutuhan pasar di Kelurahan Waru.
"Kebutuhan pasar di Kelurahan Waru saja mencapai sekitar 50 kilogram per harinya,” ucap Andita.
3. Bibit dari jamur dibuat sendiri

Abdul Wahab mengatakan, ia mulai belajar mengenai cara budidaya jamur pada 2018. Awalnya, bibit jamur dibeli di Pulau Jawa, tetapi karena rentan terkontaminasi dan harga kirimnya mahal, akhirnya dia didampingi oleh PHKT belajar membuat bibit F0 (bibit jamur) sendiri.
“Kami menyediakan alat bernama autoklaf untuk pembuatan bibit F0. Alat ini bisa dikatakan satu-satunya yang mampu memproduksi bibit jamur di Penajam, dan keberhasilan budidaya jamur yang paling menonjol di Kabupaten Penajam Paser Utara ada di Waru,” tuturnya.
4. Program Semur Cendawan dapat banyak penghargaan
Program Semur Cendawan pernah meraih sejumlah penghargaan, di antaranya Platinum (Elite) pada Nusantara CSR Awards 2024 untuk kategori Mengakhiri Kelaparan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial.
Pada 2023 lalu, program ini pun mengantarkan PHKT-DOBS untuk meraih penghargaan Emas pada Anugerah Lingkungan PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).