Investasi Asing Loyo, Domestik Bertenaga! Bahlil: Kayak Main Juventus

Jakarta, IDN Times - Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengaku 'mencontek' strategi tim sepak bola asal Italia, Juventus, untuk mendongkrak investasi di Indonesia. Ia menyebut investasi bak strategi menyerang dan bertahan dalam sepakbola.
"Kita kayak teori bermain Juventus, bertahan dan menyerang. Kalau penyerangan gak bisa karena pandemik dalam negeri, kita hajar dalam negeri, bantu terus. Begitu longgar kita hajar lagi yang luar negeri," kata Bahlil dalam konferensi pers, Rabu (27/10/2021).
1. Investasi asing turun tapi investasi dalam negeri naik

Bahlil mengatakan cara main Juventus tersebut untuk menganalogikan investasi di Indonesia. Dari realisasi investasi kuartal III 2021 sebesar Rp216,7 triliun, Foreign Direct Investment (FDI) atau Penanaman Modal Asing (PMA) turun dibanding kuartal II 2021 sebsar 11 persen. Juga turun 2,7 persen dibanding kuartal III 2020 (YoY).
Hal ini terjadi karena banyak tenaga ahli dan barang dari luar negeri yang masuk ke Indonesia terhambat.
"PMA saat PPKM banyak tenaga ahli gak bisa masuk karena prokes COVID dan barang masuk dari luar negeri terhambat," katanya.
"Tapi yang paling buat kita bangga, saat FDI turun 11 persen, tapi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) naik 6,8 persen dibanding kuartal II dan YoY naik 10,3 persen," ungkap Bahlil.
2. Lima negara asal investor terbesar yang tanam modal di Indonesia

Dari realisasi investasi Rp216,7 triliun, ada lima negara asal investor yang menanamkan modal terbesar di Indonesia pada kuartal III 2021. Singapura menempati urutan pertama dengan investasi sebesar 2,6 miliar dolar AS.
Selanjutnya ada Hong Kong 0,9 miliar dolar AS; Jepang 0,7 miliar dolar AS; China 0,6 miliar dolar AS; dan Amerika 0,5 miliar dolar AS.
"Kita doakan dengan implementasi Undang-Undang Cipta Kerja memberikan dampak positif realisasi investasi," ucapnya.
3. Realisasi investasi turun dibanding kuartal sebelumnya

Diberitakan sebelumnya investasi pada kuartal III 2021 atau periode Juli-September mengalami penurunan 2,8 persen menjadi Rp216,7 triliun. Hal ini lantaran pandemik COVID-19 yang sempat menghajar Indonesia dan mencatatkan rekor tertinggi pada Juli 2021.
"Secara QtQ (quarter to quarter) turun 2,8 persen karena 3 bulan, kami kerja 1,5 bulan aja dan 1,5 karena pandemik COVID tetapi kita tetap kerja dan kawal perusahaan," kata Bahlil.