Kelas Menengah Terhimpit, Ini Tekanan yang Paling Berat

- Kelas menengah Indonesia menyusut hampir 10 juta orang antara 2019 hingga 2024
- Inflasi mencatat angka terendah sepanjang sejarah, namun menutupi rapuhnya konsumsi rumah tangga kelas menengah
- Pendapatan tidak stabil, pasar kerja lemah bagi lulusan baru, serta biaya kebutuhan esensial yang melonjak telah melemahkan jaring pengaman finansial generasi muda
Jakarta, IDN Times - Kelas menengah Indonesia terus terhimpit. Perilaku yang dulu dianggap bijak, seperti menabung, menunda pencapaian hidup, hingga berhemat dalam belanja, kini berubah menjadi strategi bertahan hidup di tengah tekanan ekonomi.
Survei terbaru Indonesia Millennial and Gen Z Report (IMGR) 2026 yang diluncurkan pada Indonesia Summit 2025 menunjukkan tekanan terbesar yang dialami kelas menengah datang dari kontrak kerja jangka pendek yang menyebabkan kurangnya stabilitas pendapatan (56 persen).
Tekanan lain yang dihadapi adalah kesulitan lulusan baru mendapatkan pekerjaan dengan gaji layak (54 persen), serta meningkatnya biaya pendidikan dan kesehatan (53 persen).
1. Kemerosotan kelas menengah Indonesia dan implikasinya

Bank Dunia mencatat kelas menengah Indonesia menyusut hampir 10 juta orang antara 2019 hingga 2024. Pada saat yang sama, kelas menengah aspiratif justru tumbuh pesat hingga mencapai 137,5 juta jiwa.
Kondisi itu berdampak pada gaya hidup generasi muda yang kini menghadapi ketidakstabilan pekerjaan, upah stagnan, dan biaya hidup yang terus meningkat. Kontrak sosial yang dahulu menjanjikan mobilitas ke atas mulai rapuh.
Menunda pernikahan atau kepemilikan rumah, mengadopsi hidup minimalis, hingga menambah pekerjaan sampingan bukan lagi sekadar tren, melainkan strategi bertahan hidup.
2. Inflasi dan perlambatan konsumsi

Indonesia sempat mencatat inflasi terendah sepanjang sejarah sebesar 1,57 persen pada 2024. Namun, menurut Institute for Demographic and Affluence Studies, angka tersebut justru menutupi rapuhnya konsumsi rumah tangga, khususnya dari kelas menengah.
Peneliti institut tersebut, Tira Mutiara menjelaskan kelas menengah selama ini mendorong konsumsi domestik. Penurunan daya beli kelompok tersebut dinilai berisiko besar bagi perekonomian Indonesia yang masih sangat bergantung pada konsumsi.
Selain itu, survei menemukan 64 persen Gen Z di Indonesia mengalami stres keuangan akibat inflasi, stagnasi upah, serta tekanan sosial dan digital. Situasi itu memperlihatkan implikasi kemerosotan kelas menengah tidak hanya berdampak ekonomi, tetapi juga sosial.
3. Generasi muda hadapi realitas baru

Kerentanan ekonomi kini meluas bahkan di kalangan masyarakat yang sebelumnya dianggap aman. Pendapatan yang tidak stabil, pasar kerja yang lemah bagi lulusan baru, serta biaya kebutuhan esensial yang melonjak telah melemahkan jaring pengaman finansial.
Kondisi tersebut membuat pilihan hidup minimalis, pekerjaan sampingan, hingga menunda pernikahan atau membeli rumah menjadi tanda perubahan yang lebih mendalam. Generasi muda Indonesia sedang beradaptasi dengan sistem yang menawarkan stabilitas lebih sedikit, jaminan yang lebih lemah, serta ketidakpastian yang makin besar.
Singkatnya, kemerosotan kelas menengah Indonesia kini bukan hanya persoalan ekonomi, melainkan juga persoalan sosial. Perubahan sedang membentuk ulang cara anak muda mendefinisikan kesuksesan, merencanakan masa depan, dan menavigasi kehidupan di tengah ketidakpastian.
IDN menggelar Indonesia Summit 2025, sebuah konferensi independen yang khusus diselenggarakan untuk dan melibatkan generasi Milenial dan Gen Z di Tanah Air. Dengan tema "Theme: Thriving Beyond Turbulence Celebrating Indonesia's 80 years of purpose, progress, and possibility". IS 2025 bertujuan membentuk dan membangun masa depan Indonesia dengan menyatukan para pemimpin dan tokoh nasional dari seluruh nusantara.
IS 2025 diadakan pada 27 - 28 Agustus 2025 di Tribrata Dharmawansa, Jakarta. Dalam IS 2025, IDN juga meluncurkan Indonesia Millennial and Gen-Z Report 2026.
Survei ini dikerjakan oleh IDN Research Institute. Melalui survei ini, IDN Media menggali aspirasi dan DNA Milenial dan Gen Z, apa nilai-nilai yang mendasari tindakan mereka. Survei dilakukan pada Februari sampai April 2025 dengan studi metode campuran yang melibatkan 1.500 responden, dibagi rata antara Milenial dan Gen Z.
Survei ini menjangkau responden di 12 kota besar di Indonesia, antara lain Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, dan Makassar.