Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kisah Sutarti, Katering Makin Laris Sejak Ada Gasblock PGN Karangrejo

Sutarti, pemilik usaha katering di sekitar Gasblock PGN Karangrejo Borobudur (dok. PGN)
Sutarti, pemilik usaha katering di sekitar Gasblock PGN Karangrejo Borobudur (dok. PGN)
Intinya sih...
  • Pembangunan Gasblock PGN Karangrejo dan Balkondes di Desa Karangrejo, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar.
  • Usaha katering milik Sutarti mengalami peningkatan permintaan sejak hadirnya Gasblock PGN Karangrejo dan Balkondes di Desa Karangrejo, Borobudur.

Jakarta, IDN Times - Pembangunan Gasblock PGN Karangrejo dan Balai Ekonomi Desa (Balkondes) di Desa Karangrejo, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah diklaim masyarakat sekitar kawasan Borobudur memiliki dampak positif bagi perekonomian.

Berbagai usaha yang terkait langsung maupun tidak langsung di kawasan tersebut, ikut merasakan pergerakan ekonomi yang positif. Salah satunya dialami oleh Sutarti pemilik Family Katering yang berada di kawasan Borobudur.

Menurut Sutarti, sejak hadirnya Gasblock PGN Karangrejo dan Balkondes di Desa Karangrejo, Borobudur, mendorong permintaan katering miliknya.

Terutama pada saat digelarnya berbagi event di lokasi tersebut. Seperti Suadesa Festival 2025 yang digelar pada 10-11 Mei. Festival ini merupakan perwujudan program Desa Energi Berdikari Pertamina, yakni Desa Karangrejo, Borobudur yan menjadi desa binaan dari program Corporate Social Responsibility (CSR) PGN.

Dalam dua hari pagelaran acara tersebut, Family Katering milik Sutarti mendapat berkah order katering hingga 400 box.

“Di Balkondes ini memang sering diadakan acara, seperti Festival ini yang sudah menjadi agenda tahunan. Kegiatan seperti ini menjadi salah satu pendorong penjualan kami,” kata Sutarti, dikutip Selasa (13/5/2025).

1. Usaha katering lebih ramai sejak Gasblock PGN Karangrejo dibangun

Festival Suadesa 2025 (dok. PGN)
Festival Suadesa 2025 (dok. PGN)

Sutarti sendiri mengaku usaha kateringnya ini dimulai sejak 2016. Adapun pada saat itu atau sebelum adanya Gasblock PGN, usaha kateringnya terbilang cukup digemari masyarakat di sekitar Bodobudur. Namun, bisnisnya diakui menjadi lebih ramai pasca Gasblock PGN Karangrejo dibuka.

“Sebelum adanya gasblock, catering saya terbatas pada kegiatan desa. Namun, sejak adanya gasblo k dan melakukan berbagai kegiatan, usaha katering lebih meningkat lagi,” kata Sutarti.

Sutarti mengaku sejak dibangunnya Gasblock PGN Karangrejo berdampak secara langsung maupun tidak langsung pada perekonomian di wilayahnya. Apalagi setiap tahunnya di kawasan ini rutin melangsungkan berbagai event besar.

Seperti Festival Suadesa 2025 yang diharapkan mampu menggerakkan perekonomian desa dengan mempromosikan UMKM dan menggali potensi lokal seperti destinasi wisata, kesenian, dan budaya setempat.

2. Serap tenaga kerja lokal

ilustrasi membuka usaha katering (pexels.com/cottonbro studio)

Dalam menjalankan usaha katering, Sutarti menyerap tenaga kerja lokal untuk membantunya. Tak hanya membantu dalam menyerap tenaga kerja warga desa, dia juga menggandeng pelaku usaha katering lainnya ketika mendapatkan pesanan yang cukup besar.

Hal itu bukan karena Sutarti tak memiliki kapasitas produksi yang lebih besar, melainkan agar pelaku usaha katering lainnya juga ikut menikmati proyek yang dia dapat dan ikut berkembang.

Tidak heran jika Sutarti banyak disebut sebagai salah satu tokoh penggerak dan pemberdayaan ekonomi desa. Untuk itu, peremuan tersebut pun didapuk menjadi ketua di perkumpulan pelaku usaha bidang kuliner di kawasan Borobudur.

"Kalau saya dapat orderan agak banyak biasanya sayur dimasak katering lainnya, sedangkan lauk di goreng di sini, nanti ada yang makanan lain dan sebagainya. Intinya semua berbagi," kata Sutarti.

3. Tidak mengincar cuan besar

ilustrasi katering makanan (pexels.com/Zak Chapman)

Terdapat dua jenis katering yang dilayani oleh Famili Katering Sutarti. Pertama dalam bentuk lunchbox dan model prasmanan, Untuk model prasmanan, katering ini hanya mengenakan harga mulai dari Rp30 ribu hingga Rp55 ribu per porsi. Sementara lunchbox kisaran Rp15 ribu hingga Rp30 ribu.

Harga yang ditawarkan Sutarti tersebut terbilang cukup ramah di kantor dan dia juga tidak melulu harus meraup keuntungan besar. Sebab banyak juga pesanan yang bahkan dia tidak ambil keuntungan. Misalnya saja ketika katering miliknya mendapat order dari Kepala Desa atau perangkat desa untuk kegiatan desa.

“Saya tidak ambil keuntungan besar karena kapan lagi saya bisa bantu desa saya sendiri. Jadi saya selalu tanya ketika ada kegiatan desa, mereka punya dananya berapa pun saya akan buatkan,” ujar Sutarti yang juga menjadi kepala sekolah di salah satu sekolah menengah atas di kawasan Borobudur.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us