Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kondisi Psikologis yang Bisa Mempengaruhi Keputusan Berinvestasi

ilustrasi investor (freepik.com/wirestock)

Pernahkah kamu merasa tiba-tiba ingin menjual semua sahammu saat pasar sedang bergejolak? Atau mungkin kamu pernah tergoda untuk membeli saham tertentu hanya karena saran temanmu?

Jika iya, kamu tidak sendirian. Ternyata, keputusan investasi kita tidak hanya dipengaruhi oleh data dan analisis, tetapi juga oleh emosi dan psikologi yang ada dalam diri kita. Apa saja emosi dan psikologi yang seringkali mempengaruhi investor? Yuk, kita bahas!

1. Emosi akan rasa takut dan serakah

ilustrasi orang yang mengalami kerugian akibat serakah dalam berinvestasi (unsplash.com/Tim Gouw)

Investasi sering kali melibatkan emosi seperti rasa takut dan serakah. Dilansir Forbes, ketakutan membuat investor cepat menjual aset saat pasar turun, sementara keserakahan mendorong mereka membeli lebih banyak saat harga melonjak, meskipun terlalu mahal​.

Hal ini menyebabkan keputusan yang impulsif dan seringkali merugikan. Kunci untuk menghindarinya adalah menjaga keseimbangan emosi dengan memiliki rencana investasi yang jelas dan disiplin.

2. Bias kognitif

ilustrasi bias konfirmasi, investor cenderung mencari data yang irasional untuk mendukung asumsinya (unsplash.com/Joshua Mayo)

Pikiran kita sering kali terjebak dalam bias kognitif. Misalnya, "confirmation bias," di mana kita hanya mencari informasi yang mendukung keputusan kita dan mengabaikan fakta yang berlawanan. Hal inilah yang bisa membuat investor salah menilai risiko​. Maka dari itu, penting untuk terus mencari sudut pandang lain dan mendasarkan keputusan pada data, bukan hanya asumsi pribadi.

3. Herd mentality atau FOMO

ilustrasi investor yang mengikuti saran teman (unsplash.com/Sebastian Herrmann)

Ketika banyak orang membeli atau menjual aset tertentu, kita cenderung ikut-ikutan. Fenomena ini disebut herd mentality atau dengan kata lain FOMO (Fear of Missing Out). Kejadian psikologis seperti ini sering kali membuat kita kehilangan fokus pada tujuan jangka panjang,​ yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerugian. Ingat, dalam berinvestasi, tren pasar bisa menyesatkan. Selalu periksa fundamental aset sebelum mengikuti tren.

4. Loss aversion

ilustrasi investor yang menahan kerugian besar, dan berharap nilai asetnya akan cepat kembali naik (unsplash.com/JESHOOTS.COM)

Manusia cenderung lebih takut rugi daripada senang mendapatkan keuntungan. Dilansir Etoro, loss aversion sering membuat investor menahan aset yang sudah rugi terlalu lama, berharap nilainya akan pulih​. Namun, keputusan seperti ini bisa memperbesar kerugian. Sebaiknya, tetapkan batas kerugian sejak awal dan siap mengambil langkah logis, bukan emosional.

5. Kesabaran

ilustrasi investor yang sabar dalam berinvestasi, mereka cenderung tidak memperhatikan fluktuasi jangka pendek (unsplash.com/Aaron Andrew Ang)

Investasi bukanlah tentang hasil instan. Investor sukses biasanya fokus pada tujuan jangka panjang, bukan perubahan harga jangka pendek​. Emosi seperti ketidaksabaran bisa membuat kita mengambil keputusan yang buruk. Untuk menghindari hal ini, pertahankan strategi yang sudah direncanakan dan percayalah pada proses investasi jangka panjang.

Psikologi memiliki pengaruh besar dalam keputusan investasi. Dengan memahami bagaimana emosi dan bias bekerja, kamu bisa lebih bijak dalam mengelola portofolio. Kunci utama dalam berinvestasi adalah tetap tenang, disiplin, dan selalu belajar dari pengalaman.

Jangan mengambil keputusan investasi yang hanya berdasarkan asumsi semata, buktikan kalau keputusan investasimu sudah benar dengan data yang ada. Jadi, sudah siap untuk berinvestasi dengan mindset yang lebih kuat?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us