Krisis Energi, Prancis Akan Hidupkan Kembali Semua Reaktor Nuklir

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Prancis, pada Jumat (2/9/2022), mengumumkan bahwa perusahaan listrik negara Electricite de France (EDF) akan menghidupkan kembali semua reaktor nuklirnya pada musim dingin. Menyalakan kembali reaktor nuklir akan membantu mengatasi krisis enegi.
Prancis saat ini, mengalami harga listrik tertinggi dan mungkin harus menerapkan pembatasan penggunaan di dalam negeri. Ini menimbulkan kekhawatiran negara tersebut tidak bisa membantu pasokan listrik negara Eropa lainnya, yang menghadapi masalah energi akibat pembatasan gas dari Rusia.
1. Saat ini 32 dari 56 reaktor nuklir dihentikan

Melansir Reuters, dihidupkannya kembali semua reaktor nuklir diumumkan oleh Menteri Transisi Energi Agnes Pannier-Runacher, yang disampaikan setelah Presiden Emmanuel Macron mengadakan rapat kabinet khusus untuk membahas situasi pasokan energi, mengoordinasikan upaya untuk mengurangi konsumsi, dan menyiapkan rencana darurat untuk mengatasi pasokan.
"EDF telah berkomitmen untuk memulai kembali semua reaktornya untuk musim dingin ini," kata Pannier-Runacher dalam konferensi pers.
Menteri itu mengatakan saat ini 32 dari 56 reaktor EDF telah dihentikan karena adanya masalah pemeliharaan atau teknis. Dia memastikan bahwa semua reaktor akan siap dan tersedia selama periode musim dingin.
"Mulai Oktober, setiap minggu reaktor baru akan dihidupkan kembali. Kami akan mengikuti secara dekat dengan EDF reaktor-reaktor yang telah ditutup karena masalah korosi."
2. Prancis ingin mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil

Melansir RFI, 56 reaktor nuklir yang saat ini dimiliki Prancis dapat memenuhi 70 persen kebutuhan listriknya. Pada 2014, Prancis telah menyampaikan keinginan untuk mengurangi porsi pembangkit listrik tenaga nuklir menjadi 50 persen pada 2025, tapi target itu akan ditunda hingga 2035.
Namun, rencana pengurangan tampaknya tidak akan dilajutkan karena pada bulan Februari tahun ini, hanya dua minggu sebelum invasi Rusia ke Ukraina, Macron mengumumkan rencana pemerintah untuk membangun enam hingga dan kemudian delapan reaktor baru, yang dapat digunakan pada 2050.
Tujuan meningkatkan jumlah reaktor adalah untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan membantu mengatasi masalah perubahan iklim.
Prancis merupakan negara pengekspor listrik bersih terbesar di dunia, yang dari aktivitas itu dapat menghasilkan lebih dari 3 miliar euro (Rp44,4 triliun) per tahun.
3. Membatasi gas dari Rusia

Sejak Rusia menyerang Ukraina secara militer, yang kemudian disanksi oleh Uni Eropa (UE), Moskow telah secara bertahap mengurangi ekspor gas ke Eropa, yang 40 persen kebutuhan energinya bergantung pada Rusia.
UE telah mulai mempersiapkan kemungkinan pemutusan total gas dari Rusia. Perusahaan gas utama Rusia, Gazprom, minggu ini mengumumkan akhir pengirimannya ke perusahaan energi Prancis, Engie.
Pannier-Runacher telah menyampaikan bahwa penyimpanan gas Prancis saat ini telah terisi 92 persen, dia memberitahu bahwa pengiriman gas Rusia berada pada tingkat terendah, tetapi tidak sepenuhnya terputus.
Untuk mengatasi masalah berkurangnya sumber pasokan energi, yang memicu meningkatnya harga listrik, UE akan melakukan pertemuan pada 9 September untuk membahas masalah tersebut.
Sementara itu, negara G7 pada hari Jumat mengatakan mereka akan segera menerapkan batas harga pada impor minyak Rusia, sebagai tindakan untuk meningkatkan sanksi terhadap Moskow.
"Kami berkomitmen untuk segera mengerjakan finalisasi dan implementasi langkah ini. Kami berusaha membangun koalisi yang luas untuk memaksimalkan efektivitas dan mendesak semua negara yang masih berusaha mengimpor minyak dan produk minyak Rusia untuk berkomitmen melakukannya hanya dengan harga pada atau di bawah batas harga."