LG Cabut Investasi, Arsjad Rasjid: Belum Tentu karena Indonesia

- BYD dari China mendominasi industri kendaraan listrik dunia, menyebabkan LG ragu bisa memasok baterai EV dalam skala global.
- Investor pengganti LG yang batal investasi Rp130 triliun dalam pengembangan baterai kendaraan listrik di Indonesia adalah perusahaan asal Tiongkok, Huayou.
- Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan proyek tersebut tidak terpengaruh oleh ketegangan geopolitik atau kondisi ekonomi global.
Jakarta, IDN Times - Ketua Dewan Pengawas Indonesia Business Council (IBC), Arsjad Rasjid menilai, perubahan peta industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) saat ini jadi penyebab hengkangnya LG dari Indonesia.
Menurut Arsjad, LG memiliki niat awal untuk terlibat dalam produksi baterai EV demi menyuplai kebutuhan mobil listrik di dunia, terutama produksi Hyundai dengan pabrik yang berpusat di Indonesia.
Namun, hal itu urung terjadi lantaran produsen mobil listrik asal China, BYD saat ini merajai industri EV dunia sehingga LG ragu bisa menyuplai baterai produksinya dalam skala global.
"Di dunia ini Hyundai ngelawan BYD. Faktanya adalah BYD is number one. Itu fakta di dunia, kita jangan ngomong Indonesia aja. Elon Musk yang punya Tesla itu nomor dua. Baru everybody else. Hyundai di bawah dan Korea bisa supply ke Korea. Ini fakta," kata Arsjad kepada awak media di Jakarta, Jumat (2/5/2025).
1. Faktor yang terjadi di Indonesia bukan jadi alasan batalnya investasi LG

Arsjad menambahkan, faktor dalam negeri yang terjadi di Indonesia bukan menjadi alasan batalnya investasi LG untuk terlibat proyek baterai EV bersama Badan Usaha Milik Negara atau BUMN.
"Jadi belum tentu itu karena Indonesia, karena waktu itu kan mereka mau produksi juga untuk supply ke dunia dan waktu itu Hyundai mau bikin di sini, dia mau jual ke mana-mana, ekspor ke Eropa, Asia, segala macam dari Indonesia. Indonesia menjadi sentra electric vehicle Hyundai dan tentunya si LG harus bangun pabrik disini untuk supply itu. Untuk dunia," tutur Arsjad.
"Ini Hyundai pakai baterainya LG. Korea sama Korea, biasa. Berarti LG baterai itu tergantung kepada Hyundai, kalau kita ngomong otomotif. Kenapa? Ya kan kalau jualan Hyundai naik, dia (LG) bisa jual baterai," sambung dia.
2. Huayou gantikan LG

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengungkapkan sudah ada investor pengganti LG yang batal investasi Rp130 triliun dalam pengembangan baterai kendaraan listrik di Indonesia.
Menurut Bahlil, secara keseluruhan proyek tersebut tidak mengalami perubahan mendasar dan yang terjadi adalah penyesuaian investasi dalam struktur joint venture (JV).
"Secara konsep, pembangunan dari Grand Package ini tidak ada yang berubah. Infrastruktur dan rencana produksi tetap sesuai dengan peta jalan awal. Perubahan hanya terjadi pada level investor, di mana LG tidak lagi melanjutkan keterlibatannya pada JV 1, 2, dan 3 yang baru, dan telah digantikan oleh mitra strategis dari Tiongkok, yaitu Huayou, bersama BUMN kita," tutur Bahlil dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, Rabu (23/4/2025).
3. Proyek pengembangan baterai kendaraan listrik tidak terganggu geopolitik

Selain itu, eks Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal itu menanggapi kekhawatiran publik terkait dampak ketegangan geopolitik dan kondisi ekonomi global terhadap kelangsungan proyek.
"Perlu kami sampaikan bahwa proyek ini tidak terpengaruh oleh dinamika global seperti perang atau ketidakpastian ekonomi. Investasi senilai hampir 8 miliar dolar AS untuk pengembangan tahap berikutnya tetap berjalan. Groundbreaking tahap lanjutan direncanakan dilakukan dalam tahun ini, sehingga tidak ada penghentian atau pembatalan investasi sebagaimana yang mungkin dikhawatirkan masyarakat," kata Bahlil.