Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

LPS: Rentenir Masih Tumbuh Subur di Indonesia

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa dalam acara Fortune Indonesia Summit 2022 pada Rabu (18/5/2022). (IDN Times/Herka Yanis)

Jakarta, IDN Times - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, meyakini, usaha Bank Perekonomian Rakyat (BPR) masih memiliki prospek yang cerah di Tanah Air.

Hal ini, dibuktikan dengan masih banyaknya masyarakat ekonomi kelas bawah yang terjerat utang rentenir. Kondisi ini, kata dia, menjadi peluang bagi BPR untuk menjadikan mereka nasabah. 

"Kita lihat rentenir masih menguasai ekonomi Indonesia, masih banyak sekali. Artinya, selama itu (rentenir) ada, maka BPR masih akan dibutuhkan," ucapnya dalam konferensi pers, Jumat (26/5/2023).

1. Literasi keuangan perlu ditingkatkan

Ilustrasi OJK (Otoritas Jasa Keuangan). (IDN Times/Aditya Pratama)

Di sisi lain, kata dia, tingkat pemahaman masyarakat atau literasi keuangan di Indonesia masih rendah atau masih perlu didorong lebih tinggi. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat inklusi keuangan sudah mencapai 85,10 persen, tetapi literasi keuangan masih di kisaran 49,68 persen.

Menurut Purbaya, faktor celah yang masih besar ini perlu dijadikan peluang emas bagi usaha BPR untuk terus berkembang dengan terus mengedukasi masyarakat agar mengakses pinjaman melalui lembaga keuangan yang terpercaya dan berizin.

"Jadi, mereka (BPR) kalau mau mengajari dengan tekun masyarakat kelas bawah yang membutuhkan, yang literasi masih rendah. Ruang pertumbuhan (BPR) mereka masih cukup besar," ungkapnya.

Sementara itu, terkait maraknya unit BPR yang mengalami kebangkrutan, kata dia, kondisi ini disebabkan oleh ketidakmampuan pengelolaan bisnis secara prudent.

"Jadi, kalau mereka menjalankan bisnisnya secara prudent dan hati-hati, harusnya peluang mereka untuk tetap tumbuh dengan pesat masih terbuka besar. Apalagi kalau kita lihat inklusi keuangan masih pada level yang bsia ditingkatkan lagi," jelasnya.

2. Ini bukti kinerja perbankan masih terjaga

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Lebih lanjut, Purbaya mengatakan, saat ini kinerja industri perbankan tetap terjaga, baik dari sisi permodalan, likuiditas, maupun fungsi intermediasi. Hal ini tercermin dari rasio permodalan (KPMM) industri yang terjaga pada level 24,69 persen pada periode Maret 2023.

Sementara itu, likuiditas perbankan juga relatif tetap terjaga dengan rasio AL/DPK sebesar 26,58 persen pada April 2023. Begitupun kinerja intermediasi perbankan terus membaik.

“Pada April 2023, kredit perbankan tumbuh sebesar 8,08 persen secara tahunan, sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 6,82 persen secara tahunan,” jelasnya. 

3. Intermediasi perbankan terus membaik

Ilustrasi Uang Digital. (IDN Times/Aditya Pratama)

Kinerja intermediasi perbankan juga terus membaik. Pada April 2023, kredit perbankan tumbuh sebesar 8,08 persen secara yoy, sedangkan DPK tumbuh sebesar 6,82 persen.

“Meningkatnya kinerja intermediasi juga diikuti dengan terjaganya aspek pengelolaan kredit terutama pasca diberlakukannya restrukturisasi kredit targeted,” ungkapnya.

Adapun Rasio Gross Non Performing Loan (NPL) pada periode April 2023 berada pada level yang terkendali, yaitu sebesar 2,53 persen dan rasio loan at risk, menurun ke level 13,88 persen.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us