Luhut Luruskan soal Wacana Produksi BBM Jenis Baru

- Luhut Binsar Pandjaitan menepis kabar produksi BBM baru, fokus pada peningkatan kualitas BBM yang sudah ada agar memenuhi standar Euro 4 dan Euro 5.
- BBM yang digunakan di Indonesia masih memiliki kandungan sulfur sebesar 500 ppm, pemerintah berupaya menurunkan kadar sulfur dalam BBM hingga menjadi rendah sulfur dengan menggunakan bioetanol atau melakukan perbaikan pada kilang Pertamina.
Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan menepis kabar akan adanya produksi bahan bakar minyak (BBM) jenis baru.
Luhut menegaskan tidak ada arahan untuk memproduksi jenis BBM baru. Menurutnya, yang akan dilakukan adalah peningkatan kualitas BBM yang sudah ada agar memenuhi standar Euro 4 dan Euro 5.
Itu adalah peraturan yang mengatur batasan emisi gas buang dari kendaraan bermotor. Sederhananya, itu adalah aturan untuk memastikan kendaraan menghasilkan polusi udara lebih sedikit. Euro 4 lebih ketat daripada Euro 3, dan Euro 5 lebih ketat lagi dari Euro 4.
“Enggak (ada rencana memproduksi) BBM baru. (BBM) yang sama, tapi dengan kualitas yang lebih bagus, Euro 4, Euro 5. Kita mau standar di situ,” kata Luhut kepada jurnalis di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, Kamis (25/7/2024).
1. Ada dua opsi bagi Pertamina memproduksi BBM rendah sulfur

Saat ini, kata Luhut, BBM yang digunakan di Indonesia masih memiliki kandungan sulfur sebesar 500 ppm, yang berdampak negatif pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah berupaya menurunkan kadar sulfur dalam BBM hingga menjadi rendah sulfur.
Luhut menjelaskan, ada dua pilihan untuk mencapai target tersebut, yaitu menggunakan bioetanol atau melakukan perbaikan pada kilang Pertamina agar dapat memproduksi BBM dengan kadar sulfur yang lebih rendah.
“Pilihannya bioetanol atau nanti di Pertamina itu di-refurbish sehingga nanti mereka memproduksi bensin yang low sulfur,” sebutnya.
Luhut menyatakan, kilang-kilang minyak di Indonesia perlu diperbaiki karena sudah berumur dan memerlukan penyesuaian di beberapa bagian. Menurutnya, perbaikan tersebut adalah langkah yang baik untuk meningkatkan kualitas BBM.
2. Luhut sebut peningkatan standar BBM dilakukan secara bertahap

Luhut menjelaskan, peningkatan standar untuk seluruh BBM Pertamina akan dilakukan secara bertahap. Menurutnya, tidak mungkin perubahan tersebut dilakukan sekaligus.
Ketika ditanya mengenai apakah peningkatan standar juga akan mencakup BBM bersubsidi, Luhut menyatakan, prosesnya masih dalam tahap perhitungan yang cermat.
Dia menekankan, pemerintah tidak ingin mengganggu ekonomi yang saat ini cukup bagus dengan perubahan tersebut. Namun, Luhut juga mengingatkan subsidi kesehatan akibat polusi udara sangat besar, mencapai sekitar Rp10 triliun.
“Kan subsidi kesehatan itu kan besar sekali ya gara-gara air pollution ini ya. Itu saya kira Rp10 triliun karena itu aja. Kalau total Rp38 triliun, jadi angkanya besar sekali,” ujarnya.
3. Luhut pernah ungkap rencana ganti bensin dengan bioetanol

Sebelumnya, Luhut mengungkapkan adanya rencana untuk mengganti bensin yang beredar saat ini dengan bioetanol. Langkah itu diyakini dapat mengurangi impor minyak sekaligus mengurangi polusi udara di tengah masyarakat.
"Kita kan sekarang berencana mau mendorong segera bioetanol masuk, menggantikan bensin supaya polusi udara ini juga bisa dikurangi cepat karena sulfur ini sampai 500 ppm ya. Kita mau suhunya tuh 50 ppm. Ini sekarang lagi diproses, dikerjakan oleh Pertamina," tutur Luhut, dikutip Selasa (9/7).