Mata Uang Pakistan, Sejarah dan Tantangannya

Jakarta, IDN Times - Pakistan merupakan salah satu negara yang berada di Asia Selatan dan berbatasan langsung dengan India. Mata uang nasionalnya disebut rupee Pakistan yang biasanya disingkat PKR.
Pakistan rupee terdiri dari 100 paise dan dilambangkan secara lokal dengan simbol Rp atau Rs. Mengutip Investopedia, PKR juga sering disebut rupee laiknya mata uang India, rupaya atau rupaye.
Rupee sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta, rup atau rupa, yang berarti perak dalam banyak dialek Indo-Arya.
1. Sejarah rupee Pakistan

Ketika merdeka dari penjajahan Inggris pada 1947, rupee Pakistan menggantikan rupee India. Awalnya, mereka tetap menggunakan uang kertas Inggris dan hanya menempelkan tulisan "Pakistan" di atasnya hingga mulai mencetak uang kertas sendiri setahun berikutnya.
Rupee didesimalkan pada 1961 sekaligus menggantikan 16 anna yang awalnya digunakan untuk membagi rupee dengan 100 paise. Koin yang berdenominasi paisa tidak lagi menjadi alat pembayaran sah setelah 2013.
Koin satu rupee pun menjadi alat pembayaran yang sah. Kemudian koin lima rupee diperkenalkan pada 15 Oktober 2015. Lalu, koin 10 rupee diperkenalkan pada 2016.
Saat, ini terdapat sejumlah uang kertas rupee Pakistan yang beredar, yakni Rs 10, Rs 20, Rs 50, Rs 100, Rs 500, Rs 1.000, dan Rs 5.000. Selain itu, ada juga uang kertas pecahan Rs 5 yang dicetak untuk memperingati 50 tahun kemerdekaan Pakistan.
2. Prospek ekonomi Pakistan

Seperti kebanyakan mata uang pasar berkembang , rupee Pakistan anjlok selama krisis keuangan global dan kehilangan lebih dari 20 persen terhadap dolar AS pada 2008.
Sejak saat itu, nilai tukar rupee Pakistan terus terdepresiasi terhadap dolar AS. Hal itu diperburuk oleh defisit transaksi berjalan negara yang juga besar. Adapun per 23 Juli 2024, satu dolar AS bernilai 278 rupee Pakistan.
Lantaran kerapuhan dan volatilitas ekonominya, rupee Pakistan tidak memiliki korelasi yang kuat dengan mata uang, keuangan, atau komoditas lainnya.
3. Tantangan yang dihadapi rupee Pakistan

Rupee Pakistan telah mengalami tekanan terhadap mata uang lainnya dalam beberapa bulan terakhir karena negara tersebut menghadapi defisit fiskal dan neraca berjalan yang signifikan. Pakistan pun dibayangi gagal bayar jika pemerintah tak mampu menghidupkan kembali dana talangan IMF.
Kendati pertumbuhan ekonomi Pakistan pada akhir 2019 silam kurang dari yang diproyeksikan, negara tersebut menopang program talangan bersyarat multitahun sebesar enam miliar dolar AS dari IMF.
Talangan tersebut ditujukan untuk melaksanakan reformasi struktural dan mengatasi masalah-masalah makroekonomi yang penting. Namun, dana talangan terbaru terhenti pada November 2022, di tengah perbedaan pendapat mengenai tinjauan program yang dilakukan Pakistan.