Jakarta, IDN Times - Presiden Joko 'Jokowi' Widodo membenci praktik predatory pricing yang banyak ditemukan di platform e-commerce. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang menceritakan awal kisah itu dibuat dalam artikel World Economic Forum tentang pertumbuhan industri fashion hijab di Indonesia.
Singkat cerita ada pedagang hijab dengan 3 ribu pekerja dan gaji keseluruhan mencapai 650 dolar AS atau Rp10 miliar. Namun data itu terekam oleh artificial intelligence atau kecerdasan buatan salah satu e-commerce dari luar negeri.
"Ketahuan bentuknya warna, bentuknya, harga berapa, terekam, dibuat di negara luar, datang ke Indonesia dilakukan dengan spesial diskon yang saya katakan dalam istilah perdagangan predatory pricing. Masuk ke Indo harga Rp1.900, gimana kita bisa bersaing?" ungkapnya.
Lalu, apa sih yang dimaksud predatory pricing dan apa dampaknya buat pasar dan kamu sebagai pelanggan? Berikut penjelasannya.