10 Negara dengan Tarif Listrik Termahal di Dunia, Bikin Kaget!

Tarif listrik di berbagai negara sangat bervariasi, tergantung banyak faktor. Mulai dari kondisi geografis, kebijakan energi nasional, hingga ketergantungan pada bahan bakar tertentu mempengaruhi biaya listrik untuk rumah tangga. Menurut Harga Bensin Global, rata-rata tarif listrik dunia saat ini adalah 0,159 dolar Amerika atau setara Rp2.576 per kWh untuk rumah tangga dan 0,155 dolar Amerika atau setara Rp2.511 per kWh untuk sektor bisnis.
Di antara ratusan negara, ada beberapa yang menetapkan tarif listrik jauh di atas rata-rata global. Biaya yang tinggi ini tentu berdampak besar pada kehidupan sehari-hari warganya. Yuk, kita lihat negara mana saja yang masuk daftar negara dengan tarif listrik termahal di dunia!
1. Bermuda jadi negara dengan tarif listrik tertinggi di dunia

Bermuda mencatatkan tarif listrik rumah tangga tertinggi saat ini, yakni sebesar 0,458 dolar Amerika atau setara Rp7.328 per kWh. Tingginya tarif ini disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kecilnya skala pembangkit listrik hingga keterbatasan infrastruktur energi. Negara ini juga tidak memiliki banyak pilihan pembangkit energi alternatif yang efisien.
Selain itu, letak geografis Bermuda yang berupa kepulauan membuat biaya impor bahan bakar menjadi sangat mahal. Hal ini berdampak langsung pada tingginya biaya produksi listrik. Alhasil, warga Bermuda harus membayar listrik jauh lebih mahal dibanding negara lain.
2. Irlandia memimpin Eropa dengan biaya listrik selangit

Irlandia menjadi negara dengan tagihan listrik termahal di Uni Eropa, dengan tarif mencapai 0,445 dolar Amerika atau setara Rp7.120 per kWh. Salah satu penyebab utama mahalnya tarif listrik di Irlandia adalah penerapan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 9 persen. Beban pajak ini membuat biaya listrik melonjak dibanding negara tetangga.
Rata-rata tagihan listrik rumah tangga di Irlandia bahkan lebih dari 500 euro atau setara Rp8,8 juta per bulan. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata negara Uni Eropa lainnya yang hanya sekitar 350 euro atau setara Rp6,1 juta. Tak heran kalau banyak warga Irlandia mengeluhkan mahalnya biaya listrik.
3. Italia bergantung pada bahan bakar fosil

Tarif listrik di Italia juga tidak kalah tinggi, yaitu sekitar 0,427 dolar Amerika atau setara Rp6.832 per kWh. Negara ini masih sangat bergantung pada pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan energinya. Kondisi ini membuat biaya produksi listrik menjadi mahal dan kurang stabil.
Pada 2023, sekitar 55 persen listrik di Italia berasal dari bahan bakar fosil, menurut data Ember. Ini adalah angka tertinggi di Uni Eropa, bahkan melampaui Jerman dan Inggris. Ketergantungan ini membuat Italia rentan terhadap fluktuasi harga energi global.
4. Kepulauan Cayman menghadapi lonjakan listrik saat musim panas

Kepulauan Cayman memiliki tarif listrik rumah tangga sekitar 0,416 dolar Amerika atau setara Rp6.656 per kWh. Sebagian besar listrik di negara ini dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang tentu saja berbiaya tinggi. Selain itu, biaya logistik untuk mengimpor bahan bakar juga ikut menaikkan tarif.
Kebutuhan listrik meningkat tajam saat musim panas karena penggunaan pendingin ruangan (AC) melonjak. Lonjakan permintaan ini mendorong tarif listrik semakin tinggi. Warga pun harus merogoh kocek lebih dalam untuk memenuhi kebutuhan energi sehari-hari.
5. Liechtenstein bergantung pada impor energi

Liechtenstein mencatatkan tarif listrik sebesar 0,415 dolar Amerika atau setara Rp6.640 per kWh. Negara kecil ini memiliki sumber daya alam yang terbatas, terutama dalam hal bahan bakar fosil. Akibatnya, Liechtenstein harus bergantung pada impor energi dari negara tetangga.
Ketergantungan tersebut membuat biaya listrik di negara ini menjadi sangat mahal. Selain itu, fluktuasi harga energi global juga ikut berkontribusi terhadap tingginya tarif listrik di Liechtenstein. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi warganya.
6. Jerman kesulitan memenuhi kebutuhan listrik dari energi terbarukan

Di Jerman, tarif listrik rumah tangga kini mencapai sekitar 40 sen atau setara Rp6.400 per kWh. Meski dikenal sebagai negara yang maju dalam penggunaan energi terbarukan, Jerman menghadapi tantangan besar ketika musim dingin berlangsung lama. Produksi energi dari sumber terbarukan menurun signifikan pada periode tersebut.
Akibatnya, Jerman terpaksa mengimpor sekitar 70 persen energi dari Prancis sepanjang 2024. Ketergantungan ini menyebabkan biaya listrik naik drastis. Walau investasi di energi hijau terus digalakkan, warga tetap harus membayar tarif listrik yang tinggi.
7. Belgia dibebani pajak dan retribusi tinggi

Belgia mencatatkan tarif listrik sekitar 0,397 dolar Amerika atau setara Rp6.352 per kWh. Salah satu faktor utama tingginya biaya ini adalah adanya berbagai pajak, retribusi, dan kewajiban pelayanan publik yang dibebankan pada sektor listrik. Beban tambahan ini membuat tarif listrik tidak bisa ditekan lebih rendah.
Meskipun Belgia memiliki jaringan distribusi energi yang modern, tarif listriknya tetap sulit bersaing dengan negara-negara Eropa lainnya. Pemerintah setempat pun terus mencari solusi untuk menekan biaya energi bagi masyarakat. Namun, sampai saat ini, harga listrik tetap tinggi.
8. Inggris terdampak krisis energi global

Di Inggris, biaya listrik untuk rumah tangga berkisar dari 0,398 dolar Amerika atau setara Rp6.368 per kWh. Krisis energi global, terutama akibat invasi Rusia ke Ukraina, membuat harga gas dan listrik melonjak drastis. Inggris, yang bergantung pada impor gas, terdampak langsung oleh kondisi ini.
Kate Mulvany, konsultan utama dari Cornwall Insight, menyebutkan bahwa ketergantungan tinggi pada gas impor memperburuk situasi. Warga Inggris pun harus menghadapi tagihan listrik yang membengkak dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini mendorong banyak pihak untuk beralih ke energi terbarukan.
9. Swiss mengandalkan pajak energi terbarukan

Tarif listrik rumah tangga di Swiss rata-rata mencapai 0,360 dolar Amerika atau setara Rp5.760 per kWh. Pemerintah Swiss menetapkan pajak sebesar 2,3 sen atau setara Rp368 untuk setiap kWh yang digunakan. Pajak ini bertujuan untuk mempercepat transisi ke energi terbarukan.
Meskipun langkah ini mendukung keberlanjutan, konsekuensinya adalah meningkatnya tarif listrik untuk konsumen. Warga Swiss harus membayar lebih mahal demi mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
10. Bahama mengalami kendala distribusi energi

Bahama juga masuk daftar negara dengan tarif listrik tinggi, yaitu sekitar 0,360 dolar Amerika atau setara Rp5.760 per kWh. Negara ini masih sangat bergantung pada energi impor dari negara tetangga. Kurangnya infrastruktur distribusi energi yang efisien memperparah situasi ini.
Tingginya biaya impor energi membuat tarif listrik di Bahama sulit ditekan. Selain itu, ketergantungan pada sumber energi luar negeri membuat negara ini rentan terhadap fluktuasi harga global. Warga pun harus membayar lebih mahal untuk kebutuhan listrik sehari-hari.
Itulah 10 negara dengan tarif listrik termahal di dunia berdasarkan data terbaru. Biaya energi yang tinggi tidak hanya berdampak pada pengeluaran rumah tangga, tetapi juga memengaruhi sektor industri dan ekonomi secara keseluruhan. Semoga ke depan, pengembangan energi terbarukan bisa membantu menurunkan biaya listrik di berbagai belahan dunia!