Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

10 Negara dengan Mata Uang Terendah di Dunia, Ada Indonesia?

ilustrasi uang (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi uang (pexels.com/Pixabay)

Nilai tukar sebuah mata uang mencerminkan kekuatan ekonomi suatu negara. Di tengah gejolak global, beberapa negara justru harus berhadapan dengan kurs yang terus melemah terhadap dolar Amerika. Faktor utama yang menyebabkan kondisi ini antara lain inflasi, konflik berkepanjangan, hingga beban utang negara.

Menariknya, sejumlah mata uang bahkan memiliki nilai yang lebih rendah dari rupiah. Berdasarkan informasi terbaru, berikut deretan negara dengan mata uang terendah saat ini. Simak daftarnya, siapa tahu ada yang tak kamu sangka!

1. Iran mengalami krisis ekonomi berkepanjangan

ilustrasi bendera Iran (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)
ilustrasi bendera Iran (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)

Rial Iran menjadi salah satu mata uang paling rendah nilainya di dunia. Saat ini, nilainya bahkan tidak setara dengan satu sen dolar Amerika, dengan kurs sekitar 42.300 rial Iran untuk satu dolar Amerika. Faktor utamanya berasal dari konflik politik berkepanjangan serta sanksi ekonomi yang menjerat negara ini.

Sejak dikenai embargo oleh negara besar seperti Amerika Serikat, Iran mengalami tekanan ekonomi hebat. Inflasi tinggi yang terus berlangsung memperlemah kemampuan masyarakat dalam berbelanja. Pemerintah setempat pun terus berupaya memulihkan kestabilan keuangan negara.

2. Vietnam menghadapi tekanan dari sektor ekspor dan properti

ilustrasi bendera Vietnam (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)
ilustrasi bendera Vietnam (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)

Dong Vietnam termasuk salah satu mata uang terlemah secara internasional. Nilai tukarnya sekitar 0,000043 dolar Amerika per dong Vietnam, membuatnya tidak kompetitif dibanding banyak negara lainnya. Lemahnya ekspor dan menurunnya investasi dari luar negeri memperburuk situasi.

Sektor properti yang stagnan juga ikut menyeret ekonomi dalam negeri. Kombinasi berbagai faktor ini menempatkan dong Vietnam di posisi bawah dalam daftar mata uang global. Meski demikian, pemerintah masih terus mendorong kebijakan reformasi untuk mengembalikan kestabilan moneter.

3. Laos kesulitan membayar utang luar negeri

ilustrasi bendera Laos (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)
ilustrasi bendera Laos (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)

Kip Laos mengalami depresiasi nilai tukar cukup tajam dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini, untuk mendapatkan satu dolar Amerika, dibutuhkan lebih dari 17 ribu kip Laos. Perlambatan ekonomi dan ketergantungan terhadap utang luar negeri memperparah kondisinya.

Laos juga tengah menghadapi tekanan inflasi yang sulit dikendalikan. Hal ini berdampak langsung pada daya beli masyarakat serta nilai tukar mata uangnya. Kip Laos pun masih berjuang untuk keluar dari tekanan ekonomi tersebut.

4. Sierra Leone terdampak konflik dan korupsi

ilustrasi bendera Sierra Leone (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)
ilustrasi bendera Sierra Leone (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)

Leone Sierra Leone menjadi salah satu mata uang dengan nilai tukar paling rendah di Afrika Barat. Per satu leone Sierra Leone, hanya bernilai 0,000057 dolar Amerika. Kondisi ini diperburuk oleh inflasi yang melonjak tajam dan faktor ketidakstabilan nasional.

Sejarah konflik berkepanjangan, penyebaran wabah, dan krisis politik masih meninggalkan dampak besar. Selain itu, korupsi di berbagai sektor menurunkan kepercayaan terhadap sistem ekonomi negara. Pemerintah masih harus bekerja ekstra keras untuk memperbaiki situasi.

5. Libanon mengalami krisis perbankan dan politik

ilustrasi bendera Libanon (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)
ilustrasi bendera Libanon (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)

Pound Libanon terus mengalami pelemahan signifikan terhadap dolar Amerika. Kursnya kini berkisar pada 15 ribu pound Libanon per satu dolar Amerika, mencerminkan kondisi keuangan yang goyah. Krisis sektor perbankan dan ketidakpastian politik menjadi faktor dominan.

Lonjakan harga dan angka pengangguran turut menekan masyarakat. Minimnya kepercayaan publik terhadap lembaga keuangan memperburuk kondisi mata uang. Libanon perlu perombakan besar untuk mengembalikan stabilitas ekonomi nasional.

6. Indonesia masuk dalam daftar karena tekanan global

ilustrasi bendera Indonesia (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)
ilustrasi bendera Indonesia (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)

Rupiah Indonesia berada di daftar mata uang dengan nilai tukar rendah, meskipun kondisi ekonomi relatif stabil. Satu dolar Amerika setara dengan sekitar 16 ribu rupiah Indonesia. Hal ini lebih disebabkan oleh pengaruh global ketimbang faktor domestik.

Fluktuasi harga komoditas dan situasi geopolitik global memberi tekanan pada rupiah. Namun, pemerintah dan Bank Indonesia aktif mengelola kebijakan untuk menjaga nilai tukar tetap terkendali. Dibanding negara lain di daftar ini, posisi Indonesia tergolong lebih aman.

7. Uzbekistan terhambat pertumbuhan dan korupsi

ilustrasi bendera Uzbekistan (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)
ilustrasi bendera Uzbekistan (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)

Som Uzbekistan memiliki kurs yang sangat rendah terhadap dolar Amerika, yaitu lebih dari 11 ribu som per dolar Amerika. Negara ini tengah menghadapi tantangan berupa ekonomi yang lambat tumbuh dan tingginya pengangguran. Kondisi ini turut menekan nilai tukar som Uzbekistan.

Korupsi dan birokrasi yang belum efisien membuat sistem keuangan kurang dipercaya oleh masyarakat. Upaya reformasi masih dalam tahap awal dan belum menunjukkan hasil signifikan. Pemerintah perlu fokus membenahi fondasi ekonomi agar bisa mengangkat kembali nilai som.

8. Guinea terjebak dalam konflik dan tekanan inflasi

ilustrasi bendera Guinea (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)
ilustrasi bendera Guinea (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)

Franc Guinea merupakan salah satu mata uang dengan nilai terendah di kawasan Afrika Barat. Nilainya setara hanya sekitar 0,000116 dolar Amerika untuk satu franc Guinea. Konflik bersenjata dan ketegangan politik memberi tekanan besar pada perekonomian nasional.

Kondisi diperparah oleh arus pengungsi dari negara tetangga yang menambah beban sosial. Inflasi yang terus meningkat memperlemah daya beli masyarakat secara luas. Tanpa reformasi menyeluruh, nilai franc Guinea sulit untuk menguat.

9. Paraguay menghadapi inflasi dan pencucian uang

ilustrasi bendera Paraguay (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)
ilustrasi bendera Paraguay (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)

Guarani Paraguay bernilai sangat rendah terhadap dolar Amerika, sekitar 7.241 guarani Paraguay per satu dolar Amerika. Meski dikenal punya sumber energi besar, Paraguay masih bergelut dengan inflasi tinggi. Masalah serius lainnya datang dari aktivitas ilegal yang merusak sistem keuangan.

Penyelundupan dan pencucian uang menjadi momok besar bagi kestabilan ekonomi negara ini. Akibat lemahnya pengawasan, nilai tukar guarani Paraguay sulit bersaing. Dibutuhkan penegakan hukum dan reformasi sistem keuangan untuk memperbaiki kondisi.

10. Uganda belum bisa memanfaatkan kekayaan alamnya

ilustrasi bendera Uganda (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)
ilustrasi bendera Uganda (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)

Shilling Uganda masih memiliki nilai tukar yang rendah, yaitu sekitar 3.741 shilling Uganda per satu dolar Amerika. Negara ini sebenarnya punya potensi dari sektor pertambangan dan pertanian. Namun, ketidakefisienan pengelolaan sumber daya membuat potensinya belum optimal.

Instabilitas politik dan utang luar negeri juga menjadi beban berat dalam menjaga nilai tukar. Pemerintah Uganda masih menghadapi tantangan besar untuk menarik investasi dan membangun kepercayaan pasar. Tanpa langkah konkret, nilai shilling Uganda bisa terus melemah.

Daftar negara di atas menunjukkan bahwa rendahnya nilai mata uang sering kali berkaitan erat dengan kondisi ekonomi dan politik dalam negeri. Meski terdengar buruk, situasi ini tetap bisa berubah seiring pembenahan kebijakan dan reformasi struktural. Negara-negara tersebut masih punya peluang untuk bangkit jika dikelola dengan visi yang kuat dan kebijakan yang tepat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us