NLE Diklaim Bikin Bongkar Muat Pelabuhan dan Bandara hanya 2,5 Hari

Jakarta, IDN Times- Sekretaris Kemenko (Sesmenko) Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengatakan realisasi waktu bongkar muat alias dwelling time di pelabuhan dan bandara di Indonesia saat ini, hanya membutuhkan waktu 2,52 hari.
Kondisi ini telah menunjukkan kemajuan yang pesat dan telah melampaui target pemerintah sebesar 2,9 hari. Perbaikan ini merupakan hasil dari upaya pemerintah untuk membangun sistem logistik yang efisien untuk meningkatkan daya saing.
“Dwelling time di Agustus tercatat sudah bisa mencapai 2,52 hari. Ini melampaui target kita yang sebesar 2,9 hari dan hanya sedikit di bawah Singapura untuk kawasan Asia,” jelas Susi dalam Diskusi Peningkatan Kinerja Logistik melalui Layanan NLE, Selasa (10/10/2023).
1. Implementasi NLE efisienkan proses arus lalu lintas barang

Ia menjelaskan implementasi national logistic ecosystem (NLE) mampu menyelaraskan arus lalu lintas barang dan dokumen internasional sejak kedatangan sarana pengangkut hingga barang tiba di gudang.
NLE berorientasi pada kerja sama antar instansi pemerintah dan swasta, melalui pertukaran data, simplifikasi proses, penghapusan repetisi dan duplikasi, serta didukung oleh sistem teknologi informasi yang mencakup seluruh proses logistik. Tahun ini, penerapan NLE akan diperluas ke 32 pelabuhan dan 6 bandara.
“NLE ini yang tujuannya untuk menghapus berbagai duplikasi dan menggabungkan serta mengintegrasikan melalui digitalisasi dan berbagai kemudahan layanan terutama melalui konsep single submission, sehingga kita harapkan logistik berdasarkan NLE , bisa mendorong kinerja logistik kita,” jelasnya.
2. Biaya logistik bisa ditekan jadi 14,29 persen terhadap PDB

Sementara itu, besaran biaya logistik Indonesia pun sudah bisa ditekan menjadi 14,29 persen terhadap PDB di tahun 2022 atau sudah semakin baik dibandingkan Data World Bank yang mencatat rasio biya logistik terhadap PDB Indonesia pada 2020 menyentuh 24 persen.
Saat itu, kondisi biaya logistik Indonesia tercatat lebih besar ketimbang negara seperti Vietnam 20 persen, Thailand 15 persen, Filipina 13 persen, dan Singapura hanya 8 persen.
“Biaya logistik kita capai 14,29 persen terhadap PDB. Artinya sudah cukup baik di bawah 15 persen. Diharapkan pada tahun 2045 logistik cost turun hanya 8 persen dari PDB jadi sangat efisien sekali ini target kita bersama untuk mencapai Indonesia Emas,” jelasnya.
Biaya logistik yang berhasil diturunkan ini, merupakan hasil kolaborasi antara Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Perhitungan tersebut dilakukan dalam rangka mengukur pencapaian sasaran kebijakan perbaikan sistem logistik nasional sebagai salah satu pendukung percepatan pertumbuhan perekonomian nasional.
Dengan demikian, hasil perhitungan biaya logistik nasional akan menjadi pedoman Pemerintah dalam penyusunan kebijakan peningkatan efektivitas sistem logistik dan rantai pasok nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), serta sebagai salah satu acuan dalam penilaian daya saing ekonomi oleh para pelaku usaha dan investor.
3. Imlementasi NLE hemat waktu 22,37 persen

Berdasarkan data Kemenko Perekonomian, implementasi NLE sudah memberikan dampak positif seperti Single Submission Pabean Karantina (SSm QC) yang berhasil mengefisiensi waktu hingga 22,37 persen serta menghemat biaya sebesar 33,48 persen atau mencapai Rp191,32 miliar.