OJK: Penyaluran Kredit September 2025 Tumbuh 7,7 Persen Jadi Rp8.163 T

- Kredit investasi tumbuh 15,18 persen, kredit konsumsi naik 7,42 persen, dan kredit modal kerja tumbuh 3,37 persen
- Rasio alat likuid terhadap noncore deposit di atas ambang batas minimal
- Rasio kredit bermasalah 2,24 persen, NPL net sebesar 0,87 persen, dan CAR mencapai 26,15 persen
Jakarta, IDN Times - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit perbankan pada September 2025 tumbuh 7,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp8.163 triliun. Penyaluran kredit mengalami kenaikan tipis dari Agustus sebesar 7,56 persen, yang tercatat sebesar Rp8.075 triliun.
“Kinerja intermediasi perbankan saat ini stabil dengan profil risiko yang terjaga. Aktivitas operasional perbankan juga tetap optimal dalam memberikan layanan keuangan bagi masyarakat. Pada September 2025, kredit tumbuh sebesar 7,70 persen yoy,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, dalam Konferensi Pers RDK Bulan Oktober 2025, Jumat (7/11/2025).
1. Kredit investasi catat pertumbuhan tinggi sebesar 15,18 persen

Dian menjelaskan, berdasarkan jenis penggunaannya, kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 15,18 persen, diikuti kredit konsumsi yang naik 7,42 persen, dan kredit modal kerja tumbuh 3,37 persen. Berdasarkan kategori debitur, kredit korporasi tumbuh 11,53 persen, sementara kredit UMKM hanya meningkat 0,23 persen.
Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh kuat sebesar 11,81 persen yoy menjadi Rp9.695 triliun, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Agustus yang sebesar 8,51 persen. Menurut OJK, kondisi ini mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan yang masih solid.
2. Rasio alat likuid terhadap noncore deposit di atas ambang batas minimal

Likuiditas industri perbankan pun tetap longgar, dengan rincian rasio alat likuid terhadap noncore deposit (AL/NCD) dan alat likuid terhadap DPK (AL/DPK) masing-masing berada pada level 130,47 persen dan 29,30 persen, jauh di atas ambang batas minimal.
“Masih di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen. Adapun liquidity coverage ratio (LCR) berada di level 205,94 persen,” ujar Dian.
3. Rasio kredit bermasalah 2,24 persen

Dari sisi kualitas aset, rasio kredit bermasalah (NPL) gross tercatat 2,24 persen dan NPL net sebesar 0,87 persen. Sementara itu, loan at risk (LAR) turun menjadi 9,52 persen dari bulan sebelumnya.
Permodalan perbankan juga terjaga kuat dengan capital adequacy ratio (CAR) mencapai 26,15 persen. Menurut Dian, posisi ini menjadi bantalan penting untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
“CAR yang tinggi menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat dalam mengantisipasi kondisi ketidakpastian global,” ujarnya.


















