OJK: Pertumbuhan Investor Ritel di 2020 Terbesar dalam Sejarah

Jakarta, IDN Times – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, angka pertumbuhan investor ritel Indonesia sangat pesat di tahun 2020. Ia bahkan menyebut angka pertumbuhannya merupakan yang terbesar dalam sejarah.
Hal itu terjadi meski negara-negara dunia, termasuk Indonesia, sedang dilanda pandemik COVID-19 yang telah menghancurkan perekonomian secara luas.
“Tidak terkecuali di Indonesia sehingga pertumbuhan investor ritel itu hampir 4 juta investor dalam waktu masa pandemik tahun 2020. Ini terbesar dalam sejarah,” kata Wimboh dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan yang disiarkan langsung di YouTube Kementerian Keuangan, Senin (1/2/2021).
1. Penyebab naiknya jumlah investor ritel

Menurut Wimboh, ada banyak faktor yang menyebabkan kenaikan jumlah investor ritel baru begitu pesat di tahun lalu. Salah satunya yaitu akibat adanya pandemik COVID-19 yang menyebabkan masyarakat menekan konsumsi.
Selain itu, kemajuan teknologi juga disebutnya berpengaruh terhadap kenaikan jumlah investor ritel tahun 2020.
“Akhir-akhir ini di seluruh dunia memang banyak sekali masyarakat yang tertarik untuk investasi di pasar modal. Karena apa? Karena ruang konsumsinya belum pulih seperti semula,” jelasnya.
“Jadi disposable income-nya bisa salah satu alternatifnya dari pasar modal ini adalah kesempatan yang baik di pasar modal, sehingga banyak sekali investor-investor ritel, masyarakat, apalagi didukung dengan teknologi yang maju ini untuk bisa akses pasar modal,” lanjutnya.
2. Langkah OJK menjaga permintaan dan persediaan seimbang
Dalam pemaparannya, Wimboh juga mengatakan bahwa OJK akan senantiasa bertindak untuk menjaga permintaan dan persediaan instrumen investasi yang seimbang sehingga bisa terus memenuhi antusiasme masyarakat atau investor yang meningkat.
“Untuk itu, kami ingin menjaga, mem-balance ini, karena demand-nya tinggi supply-nya juga akan kita dorong, dipercepat,” ujarnya.
Wimboh menjelaskan, salah satu upaya yang telah ditempuh adalah dengan mengeluarkan security crowdfunding.
“Ini didedikasikan kepada kaum-kaum muda millennial apabila mempunyai proyek-proyek yang rekanan pemerintah, ini bisa dikeluarkan surat utang melalui pasar modal secara elektronik. Ini akan masif ya dan ini potensinya sudah kami hitung sekitar Rp74 triliun untuk seluruh Indonesia,” katanya.
“Nah, ini bagaimana upaya kita mem-balance ya, karena demand-nya masyarakat tadi tinggi, kita balance dengan supply-nya. Fundamentalnya supaya balance,” lanjutnya.
3. Mengedukasi masyarakat tentang cara investasi

Wimboh lebih lanjut mengatakan bahwa pemerintah juga tidak akan berhenti mengedukasi masyarakat tentang cara investasi yang baik dan benar, serta membagi berbagai pengetahuan terkait investasi, termasuk risiko dari berinvestasi di pasar saham. Tujuannya agar masyarakat tidak terkejut dengan risiko dari berinvestasi di pasar saham.
“Yang kedua, kita melakukan edukasi kepada masyarakat agar bisa memahami produk-produk pasar modal ini sifatnya bisa volatil sehingga analisis fundamental perlu tahu, jangan terbawa-bawa kepada analisis teknikal yang tentunya bisa sewaktu-waktu bisa terkoreksi. Dan apabila sudah paham, pilihan terserah pada investor,” kata Wimboh.
“Ini jangan sampai nanti apabila terkoreksi kaget dan akhirnya menimbulkan permasalahan di masyarakat. Itu semua kita lakukan bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan edukasi masyarakat tentang bagaimana mekanisme bekerjanya transaksi di pasar modal, terutama kami juga akan mengajak SRO (Self-Regulatory Organization) dan seluruh pelaku pasar modal untuk melakukan edukasi bersama kepada masyarakat,” tuturnya lagi.