Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan April Terjaga, Ini Buktinya

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar. (dok. YouTube OJK)
Intinya sih...
  • OJK mencatat stabilitas sektor keuangan tetap terjaga hingga 30 April
  • Ekonomi AS tumbuh melambat 1,6%, disebabkan oleh peningkatan impor yang signifikan
  • Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Inggris dihadapkan pada dilema antara pertumbuhan ekonomi rendah dan inflasi tinggi

Jakarta, IDN Times - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat stabilitas sektor jasa keuangan hingga 30 April, tetap terjaga yang didukung oleh intermediasi lembaga jasa keuangan (LJK) tetap tumbuh kuat meski di tengah ketegangan geopolitik.

"Sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil dengan kinerja intermediasi yang kontributif didukung oleh likuiditas yang memadai dan tingkat permodalan yang kuat di tengah peningkatan ketidakpastian akibat ketegangan geopolitik," kata Ketua OJK Mahendra Siregar dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK, Senin (13/5/2024). 

1. Pertumbuhan ekonomi AS tumbuh melambat di kuartal I

Ilustrasi Suku Bunga (IDN Times/Aditya Pratama)

Mahendra memparkan ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh melambat 1,6 persen di kuartal I 2024. Angka itu lebih rendah dari pertumbuhan di kuartal IV 2024 sebesar 3,4 persen.

"Ini merupakan penurunan terendah dalam dua tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan oleh peningkatan impor yang signifikan," ungkap Mahendra. 

Kendati demikian, Mahendra menegaskan ekonomi AS masih menunjukkan tanda tanda penguatan dibandingkan ekspektasi semula. Hal ini disebabkan oleh faktor kembalinya ekspketasi suku bunga tinggi dalam waktu lama atau higer for longer di AS menurun. Artinya, ekspektasi pasar tentang terjadinya pemotongan suku bunga The Fed dalam waktu dekat berkurang.

2. Bank sentral Eropa dan Inggris dihadapkan pada dilema

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Berbeda dengan The Fed, Mahendra mengatakan Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Inggris (BOE) dihadapkan dengan dilema antara pertumbuhan ekonomi yang rendah dan inflasi yang masih tinggi. Namun, pasar berekspektasi ECB maupun BOE akan memilih menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, di rilis kinerja ekonomi China  berada di atas ekspektasi pasar. Meskipun masih terjadi pelemahan permintaan domestik. "Sehingga pemerintah cenderung menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif," katanya.

3. Pemerintah perlu hati-hati adanya normalisasi pertumbuhan ekonomi

ilustrasi ekonomi (IDN Times)

Mahendra melanjutkan di perekonomian domestik  inflasi mengalami peningkatan yang mengindikasikan pemulihan permintaan karena adanya momentum pemilu dan Ramadan. Kinerja manufaktur juga mengalami peningkatan kinerja didorong oleh naiknya volume pesanan.

"Penguatan tersebut refleksi dari peningkatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024 menjadi 5,11 persen dari tahun ke tahun dibandingkan pertumbuhan pada kuartal IV-2023 sebesar 5,04 persen," jelasnya.

Menurut Mahendra perekonomian kuartal I ditopang oleh peningkatan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) mengalami pertumbuhan paling besar mencapai 24,29 persen. Hal ini didorong oleh kegiatan pemilihan umum dan momen Ramadan. Seiring berakhirnya kedua momen tersebut, ia meminta pemerintah terus mencermati berbagai faktor agar perlambatan ekonomi tak terjadi. 

"Kedepan perlu dicermati potensi normalisasi pertumbuhan ekonomi seiring berakhirnya periode pemilu dan Ramadan dan ditengah berlanjutnya normalisasi harga komoditas tekan pertumbuhan ekspor," tuturnya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us