Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pabrik Soda Ash Pupuk Kaltim Rampung Dibangun 2027

Lahan yang bakal dijadikan lokasi pembangunan pabrik soda ash Pupuk Kaltim (dok. Pupuk Kaltim)

Jakarta, IDN Times - PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) bersiap merealisasikan pembangunan pabrik soda ash pertama di Indonesia. Hal itu menjadi upaya Pupuk Kaltim mendukung terwujudnya kemandirian industri nasional.

Adapun rencana tersebut dimulai dengan penandatanganan kontrak Engineering, Procurement and Construction (EPC) yang dijadwalkan berlangsung di Jakarta, Rabu (22/1/2025).

"Pupuk Kaltim kini memasuki tahapan penting dalam pembangunan pabrik soda ash pertama di Indonesia, yang dirancang untuk memperkuat industri domestik. Pembangunan pabrik ini sejalan dengan inisiatif pemerintah untuk mendorong keberlanjutan melalui proyek-proyek strategis,” kata Sekretaris Perusahaan Pupuk Kaltim, Teguh Ismartono dalam media briefing penandatanganan kontrak EPC pabrik soda ash Pupuk Kaltim pada Senin (20/1/2025).

Pabrik tersebut bakal dibangun di atas lahan seluas 16 hektare di kawasan PT Kaltim Industrial Estate, Bontang, Kalimantan Timur.

1. Pabrik soda ash atasi ketergantungan impor

ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Sebagai informasi, soda ash merupakan bahan baku utama dalam beberapa industri seperti kaca, keramik, tekstil, kertas, dan aki yang selama ini sepenuhnya bergantung pada impor. Kebutuhan yang terus meningkat inilah yang menjadi salah satu alasan utama dibangunnya pabrik soda ash oleh Pupuk Kaltim.

Berdasarkan data BPS, selama tahun 2022 Indonesia mengimpor 916.828 metrik ton soda ash untuk kebutuhan domestik. Kebutuhan ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 1,2 juta metrik ton pada 2030. Dengan kapasitas produksi hingga 300.000 metrik ton per tahun, pabrik soda ash Pupuk Kaltim diperkirakan mampu mencukupi hingga 30 persen kebutuhan soda ash domestik.

"Pembangunan pabrik soda ash merupakan langkah strategis kami untuk mengurangi ketergantungan pada impor sehingga industri dalam negeri dapat lebih mandiri. Kami optimis keberadaan pabrik ini akan membantu menjaga stabilitas pasokan, meningkatkan efisiensi biaya operasional industri, dan memperkuat daya saing Indonesia di pasar global dengan memanfaatkan potensi sumber daya lokal secara optimal,” tutur Teguh.

2. Prinsip ekonomi sirkular dan ramah lingkungan

Para pekerja di pabrik amonium nitrat Pupuk Kaltim (dok. Pupuk Kaltim)

Sementara itu, Ketua Tim Persiapan Proyek Soda Ash, Rifki Adi Nugroho menambahkan, proses produksi pabrik ketika beroperasi kelak juga menerapkan prinsip ekonomi sirkular dan ramah lingkungan.

Produk soda ash, kata dia, dihasilkan dari amonia dan karbondioksida (CO2) yang merupakan produk utama dan produk sampingan dari unit produksi lain di Pupuk Kaltim.

Dengan pemanfaatan CO2 ini, pabrik soda ash diperkirakan mampu menyerap hingga 170.000 ton CO2 per tahun. Sebaliknya, produk sampingan dari pabrik soda ash yang berupa Amonium Klorida juga dapat digunakan sebagai sumber nitrogen untuk memenuhi kebutuhan produksi pupuk domestik maupun ekspor.

“Pembangunan pabrik soda ash merupakan diversifikasi usaha Pupuk Kaltim yang berfokus untuk memberikan nilai tambah pada produk-produk ramah lingkungan. Keberadaan pabrik ini kami yakini tidak hanya memberikan dampak positif pada ekonomi, tapi juga pada lingkungan dan sosial,” beber Rifki.

3. Pabrik soda ash ditargetkan rampung 2027

Penerapan ESG ala Pupuk Kaltim lewat inisiatif AKSI TERANG (dok. Pupuk Kaltim)

Pembangunan pabrik soda ash Pupuk Kaltim ditargetkan akan rampung pada akhir 2027 dan diklaim selalu mengedepankan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).

Rifki mengatakan, komitmen tersebut salah satunya ditunjukan melalui pembangunan yang baru dimulai setelah perusahaan mengantongi dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Selain itu, pembangunan pabrik soda ash diperkirakan dapat menyerap 800 tenaga kerja pada puncak konstruksi dengan mengutamakan penyerapan tenaga kerja lokal sesuai ketentuan yang berlaku.

“Keberadaan pekerja ini akan mendorong ekonomi lokal ikut bergeliat, khususnya bagi UMKM yang menyediakan makanan dan kebutuhan pokok lainnya untuk para pekerja,” ujar Rifki.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Dwi Agustiar
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us