Perbedaan Danantara, Temasek, dan Khazanah

- Danantara akan menjadi pesaing Temasek dan Khazanah sebagai lembaga pengelola dana investasi milik negara dengan aset jumbo Rp14.700 triliun.
- Dibentuk untuk mengoptimalkan penerimaan negara, Danantara akan mengelola aset hingga 900 miliar dolar AS dari tujuh BUMN raksasa dan INA.
Jakarta, IDN Times - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) alias Danantara tengah menjadi topik pembicaraan hangat belakangan ini. Selain karena bakal diluncurkan secara resmi oleh Presiden Prabowo Subianto pada 24 Februari 2025, Danantara juga mengelola aset jumbo Rp14.700 triliun.
Kehadiran Danantara pun digadang-gadang bisa menjadi lembaga pengelola dana investasi milik alias sovereign wealth fund (SWF), seperti halnya Temasek di Singapura dan Khazanah di Malaysia.
Dua institusi tersebut sudah ada terlebih dulu jauh sebelum Danantara dan telah berhasil dijalankan sesuai dengan tujuannya. Danantara pun diharapkan bisa mengikuti jejak kedua lembaga tersebut atau bahkan melampauinya.
Meski begitu, Danantara memiliki perbedaan baik dengan Temasek maupun Khazanah. Berikut ini ulasannya:
1. Danantara

Danantara dibentuk untuk mengoptimalkan penerimaan negara melalui pengelolaan aset milik negara lewat konsolidasi dalam suatu dana investasi nasional. Menurut Menteri BUMN, Erick Thohir, pembentukan Danantara sebagai superholding itu sudah dicita-citakan dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) BUMN yang sudah dibahas sejak dua tahun lalu.
Pembentukan Danantara mengacu pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2025 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2025 tentang Organisasi dan Tata Kelola Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara. Sebagai badan pengelola investasi, Danantara akan melakukan pengelolaan aset negara guna membiayai proyek-proyek berkelanjutan di berbagai sektor strategis seperti energi terbarukan, pengembangan industri manufaktur, hilirisasi sumber daya alam, hingga ketahanan pangan.
Badan hukum yang sepenuhnya dimiliki pemerintah Indonesia ini diperkirakan bakal mengelola aset hingga 900 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp14.700 triliun atau Rp14,7 kuadriliun.
Untuk tahap awal, Danantara akan mengelola tujuh BUMN raksasa, antara lain PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar Rp2.174 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar Rp1.965 triliun, PT PLN (Persero) sebesar Rp1.671 triliun, PT Pertamina (Persero) sebesar Rp1.412 triliun, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar Rp1.087 triliun, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sebesar Rp318 triliun, dan MIND ID sebesar Rp259 triliun. Danantara juga akan mengelola aset Lembaga Pengelola Investasi atau Indonesia Investment Authority (INA) sebesar Rp163 triliun.
Struktur Danantara terbagi menjadi tiga, yakni Dewan Pengawas, Dewan Penasehat, dan Badan Pelaksana yang diawasi oleh presiden. Mereka diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
2. Temasek

Temasek yang punya nama lengkap Temasek Holdings (Private) Limited adalah BUMN-nya Singapura dengan fokus pada sektor investasi. Temasek mengelola dana investasi atas nama Pemerintah Singapura.
Temasek berdiri pada 1974 berdasarkan Undang-Undang Perusahaan Singapura. Temasek hadir untuk memiliki dan mengelola aset komersial dan investasi yang sebelumnya jadi tanggung jawab pemerintah Negeri Singa.
Kehadiran Temasek membuat Kementerian Keuangan Singapura fokus pada pembuatan kebijakan dan regulasi. Temasek sendiri punya peran dalam memiliki dan mengelola investasi secara komersial.
Temasek memiliki struktur perusahaan pada umumnya. Namun, ada dua hal unik yang mencerminkan statusnya sebagai salah satu entitas dalam daftar perusahaan Fifth Schedule di Singapura.
Pertama, persetujuan Presiden Singapura diperlukan untuk mengambil tindakan tertentu, seperti pengangkatan dan pemberhentian direktur dan manajer kunci, termasuk CEO. Adapun Dewan dan CEO bertanggung jawab kepada Presiden.
Sementara itu, mayoritas direktur dan pejabat kunci Temasek adalah direktur independen yang ditunjuk dari sektor swasta. Temasek sendiri memiliki satu pemegang saham tunggal, yakni Menteri Keuangan Singapura. Hal itu bisa terjadi lantaran berdasarkan Undang Undang Menteri Keuangan Singapura tahun 1959, Menteri Keuangan Singapura adalah badan hukum.
Meskipun Menteri Keuangan Singapura merupakan pemegang saham tunggal perusahaan, Pemerintah Singapura tidak terlibat langsung dalam keputusan investasi atau operasional di semua tingkat perusahaan. Keunikan kedua adalah laporan keuangan Temasek diaudit oleh Jenderal Auditor Pemerintah Singapura.
Mengutip Investopedia, Temasek awalnya dibangun dengan portofolio aset senilai 354 juta dolar Singapura. Berbeda dengan Danantara yang mengelola aset-aset BUMN untuk modal awalnya, Temasek memiliki portofolio awal dari saham di sejumlah perusahaan mulai dari startup hingga usaha patungan milik Pemerintah Singapura.
Seiring berjalannya waktu, Temasek kini mendapatkan dukungan dari 13 kantor di 9 negara. Nilai portofolionya per 31 Maret 2024 telah mencapai 389 miliar dolar AS yang meliputi aset di Singapura dan seluruh Asia.
3. Khazanah Nasional

Khazanah Nasional Berhad (Khazanah) merupakan SWF milik Malaysia. Khazanah didirikan sebagai sebuah perusahaan terbatas publik melalui saham pada 3 September 1993 dan mulai beroperasi pada 1994.
Khazanah dibentuk dengan tujuan memberikan pengembalian hasil investasi yang disesuaikan dengan risiko jangka panjang kuat di seluruh portofolionya. Selain itu, Khazanah juga berperan dalam mengatalisasi pertumbuhan sektor dan perusahaan yang sedang berkembang di Malaysia, berkontribusi terhadap daya saing dan kemakmuran jangka panjang Malaysia, dan membangun masyarakat yang lebih bersemangat untuk semua.
Khazanah pun berpartisipasi dalam pasar modal Malaysia sebagai pemegang saham aktif dan mendorong perusahaan yang diinvestasikan untuk menciptakan nilai dengan membuat investasi swasta baru sambil mengupayakan adanya perbaikan regulasi.
Khazanah dimiliki oleh Menteri Keuangan Malaysia dengan pengecualian pada salah satu sahamnya dimiliki oleh Komisi Pertanahan Malaysia.
Mengutip situs resminya, Khazanah berinvestasi di semua tingkatan ekonomi Malaysia. Hal itu mulai dari perusahaan Malaysia yang terdaftar hingga sektor sedang berkembang dengan cakupan secara internasional di seluruh pasar, kelas aset, sektor, dan geografi. Selain itu, Khazanah juga tercatat menjadi investor di pasar global dengan tujuan membuka peluang investasi di Malaysia.
Adapun per 31 Desember 2022, sektor perusahaan terpilih yang jadi portofolio Khazanah adalah layanan komunikasi, produk konsumen, layanan keuangan, perawatan kesehatan, jasa industri, transportasi dan logistik, perumahan, serta energi terbarukan.
Per 2023, Khazanah diketahui mengelola total aset hingga 165,84 miliar ringgit atau setara dengan Rp596 triliun lebih.