Pertamina Patra Niaga Salurkan SAF Nasional Pertama

- Pertamina Patra Niaga mendistribusikan SAF berbahan baku minyak jelantah untuk penerbangan komersial perdana.
- Minyak jelantah dikumpulkan dari masyarakat, menciptakan ekonomi sirkular dan memperkuat ekosistem energi berkelanjutan.
- Indonesia menjadi negara pertama di ASEAN yang memproduksi SAF sendiri, sebagai bagian dari strategi menuju net zero emission 2060.
Jakarta, IDN Times - Penerbangan komersial perdana yang menggunakan Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan baku minyak jelantah dan didistribusikan oleh Pertamina Patra Niaga resmi mengudara pada Rabu (20/8/2025).
Penerbangan ini dioperasikan oleh Pelita Air dengan rute Jakarta–Bali, dan lepas landas dari Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Momen ini menjadi tonggak sejarah dalam inovasi energi nasional dan menandai peran Indonesia sebagai pionir dalam penggunaan bahan bakar aviasi berkelanjutan di kawasan.
1. Diharapkan tercipta ekonomi sirkular di masyarakat

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menjelaskan pihaknya juga turut serta dalam pengumpulan bahan baku utama, yaitu minyak jelantah yang dikumpulkan dari masyarakat. Inisiatif ini tidak hanya memperkuat ekosistem energi berkelanjutan, tetapi juga mendorong terciptanya ekonomi sirkular yang memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
“Kami memastikan distribusi SAF berjalan baik sehingga penerbangan perdana ini dapat terlaksana dengan lancar. Bahan bakunya berasal dari minyak jelantah yang dikumpulkan dari berbagai sumber mulai dari rumah tangga, restoran, hingga pelaku usaha kecil. Ini adalah bukti bahwa transisi energi dapat berjalan berdampingan dengan pemberdayaan masyarakat,” ungkap Mars Ega.
2. Indonesia jadi negara pertama yang produksi SAF

Wakil Menteri Luar Negeri RI, Arif Havas Oegroseno, menegaskan SAF tidak hanya memiliki nilai teknis, tetapi juga dimensi strategis dalam konteks geopolitik dan diplomasi energi Indonesia.
“Pertamina Group harus menjadi pelopor. Kita adalah negara pertama dan satu-satunya di ASEAN yang memproduksi SAF sendiri. Maka, Indonesia harus memiliki hak dalam hal riset, pemasaran, hingga pengambilan kebijakan. Kita punya aset untuk menjadi pemimpin di tingkat global,” ujar Havas.
Adapun pengembangan SAF merupakan bagian dari mandat Presiden RI dalam rangka pelaksanaan Asta Cita, khususnya di sektor ketahanan dan kemandirian energi.
3. Roadmap SAF jadi strategi menuju net zero emission

Deputi Bidang Koordinasi Konektivitas Kemenko Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah, Odo R.M. Manuhutu, menekankan pentingnya menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan ekosistem SAF di kawasan.
“Momentum ini menunjukkan komitmen nyata Indonesia dalam mendekarbonisasi sektor aviasi. Roadmap SAF adalah bagian dari strategi kita menuju Net Zero Emission 2060. Ke depannya, Indonesia harus bukan hanya sebagai pengguna, tapi juga pusat inovasi dan produksi SAF, setidaknya di Asia Tenggara,” ujarnya.