PHK Massal Panasonic Berdampak ke 10 Ribu Karyawan

- Panasonic akan merumahkan 10 ribu pekerja, setara dengan 4 persen dari total tenaga kerja.
- Perusahaan melakukan restrukturisasi untuk efisiensi biaya tetap dan pensiun dini sebagai jalur pengurangan tenaga kerja.
- Kusumi memangkas 40 persen kompensasi tahunan, meninjau ulang unit bisnis yang merugi, dan mengalihkan sumber daya ke layanan berbasis AI.
Jakarta, IDN Times – Panasonic mengumumkan akan merumahkan sekitar 10 ribu pekerja, setara dengan 4 persen dari total tenaga kerjanya yang mencapai hampir 230 ribu orang. Kebijakan ini berlaku setara antara Jepang dan luar negeri, masing-masing 5 ribu posisi. Pemangkasan difokuskan pada divisi penjualan dan administrasi selama tahun fiskal yang berakhir Maret 2026.
Langkah ini merupakan bagian dari restrukturisasi menyeluruh untuk mendorong efisiensi biaya tetap. Panasonic juga menyiapkan program pensiun dini sebagai salah satu jalur pengurangan tenaga kerja. Prosesnya akan mengacu pada hukum ketenagakerjaan di setiap negara yang terdampak.
Presiden Panasonic, Yuki Kusumi, menyampaikan hal ini dalam konferensi pers daring.
“Dibandingkan dengan para pesaing industri yang telah lebih dulu melakukan reformasi struktural, rasio pengeluaran penjualan, umum, dan administrasi kami masih sangat tinggi,” kata Kusumi, dikutip dari The Times of India, Sabtu (10/5/2025).
1. Panasonic ingin jadi perusahaan yang lebih ramping dan efisien

Kusumi menyatakan dirinya akan memangkas sekitar 40 persen dari kompensasi tahunan selama tahun fiskal ini. Ia menyebut perusahaannya perlu menjadi lebih tangguh dan responsif terhadap situasi bisnis yang cepat berubah. Panasonic menargetkan efisiensi operasional melalui merger divisi penjualan dan fungsi pendukung di seluruh grup.
Restrukturisasi juga membuka kemungkinan untuk keluar dari unit bisnis yang merugi. Perusahaan berencana meninjau kembali jumlah organisasi dan personel yang benar-benar dibutuhkan. Fokusnya tertuju pada divisi penjualan dan non-produksi demi menyusun ulang struktur tenaga kerja di semua perusahaan afiliasi.
Beban restrukturisasi ini diperkirakan mencapai 894,6 juta dolar AS (sekitar Rp14,8 triliun). Panasonic berharap perombakan ini akan memperkuat profitabilitasnya dalam jangka menengah.
2. Performa bisnis Panasonic tertinggal dari pesaingnya

Dalam lima tahun terakhir, margin laba operasi Panasonic hanya berada di kisaran 3,4 hingga 5,0 persen. Angka ini tertinggal jauh dibanding Sony dan Hitachi yang lebih kompetitif. Salah satu penyebabnya adalah pangsa pasar produk elektronik rumah tangga mereka yang terus merosot di Jepang dan Asia Tenggara.
Pesaing asal China seperti Haier dan Midea berhasil menguasai pasar lemari es, microwave, dan televisi. Selain itu, pasar kendaraan listrik yang lesu ikut memperburuk kinerja Panasonic, meskipun perusahaan ini merupakan pemasok baterai utama bagi Tesla.
Panasonic juga menghadapi tekanan dari potensi tarif baru di Amerika Serikat. Di sisi lain, produk Vision Pro dan perangkat AI nirscreen belum menunjukkan penerimaan yang memadai di pasar.
3. Panasonic pertimbangkan jual bisnis TV dan fokus ke AI korporat

Kusumi menyebut bisnis televisi sebagai pasar yang secara struktural menantang. Ia membuka kemungkinan menjual unit tersebut jika diperlukan, meskipun belum ada keputusan akhir. Ia juga mempertimbangkan kemitraan lebih dalam dengan produsen eksternal karena beberapa lini TV Panasonic sudah dialihdayakan di Asia.
Langkah strategis ini menjadi bagian dari upaya perusahaan untuk mendongkrak profit melalui diversifikasi layanan. Panasonic akan mengalihkan sumber daya ke layanan berbasis AI untuk klien korporat. Selain bisnis TV, unit gabungan yang menangani alat rumah tangga, AC, dan pencahayaan juga akan dibongkar.
Divisi elektronik konsumen disebut sebagai salah satu target utama pemangkasan karyawan. Namun, perusahaan belum merinci lini usaha mana yang akan dikurangi secara spesifik.
Dilansir dari NHK, Panasonic memperkirakan penjualan tahun fiskal ini turun lebih dari 7 persen menjadi sekitar 53,7 miliar dolar AS. Sementara itu, laba bersih diprediksi anjlok lebih dari 15 persen menjadi 2,1 miliar dolar AS. Proyeksi ini belum memperhitungkan potensi dampak tarif dagang dari Presiden AS Donald Trump.