Prabowo Komit Genjot EBT hingga 75 Gigawatt, Termasuk Nuklir

- Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia capai 75 GW energi terbarukan dalam 15 tahun ke depan.
- Indonesia berkomitmen memimpin pengembangan energi terbarukan, termasuk hidro, panas bumi, surya, dan energi laut.
Jakarta, IDN Times - Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia untuk mencapai kapasitas energi terbarukan sebesar 75 gigawatt (GW) dalam 15 tahun ke depan. Hal itu disampaikan dalam perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Brasil.
"Bapak Presiden menyampaikan bahwa kita punya komitmen untuk renewable energy itu bisa sampai 75 gigawatt di dalam 15 tahun ke depan," kata Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan yang diterima, Rabu (20/11/2024).
1. Prabowo juga mau bangun reaktor nuklir sebagai energi terbarukan

Airlangga menyatakan, Indonesia berkomitmen untuk memimpin dalam pengembangan energi terbarukan, termasuk sektor hidro, panas bumi, surya, dan energi laut seperti gelombang pasang.
Selain itu, Indonesia sedang mempertimbangkan penggunaan reaktor modular kecil (small modular reactor/SMR) dan memanfaatkan potensi thorium sebagai sumber energi alternatif.
"Dan Indonesia punya potensi juga di bidang thorium dan ini sejalan dengan yang dibicarakan oleh berbagai negara yang lain," ujarnya.
Sebagai informasi, SMR adalah reaktor nuklir berukuran lebih kecil dari reaktor konvensional. Beberapa desain SMR memanfaatkan siklus bahan bakar thorium sebagai alternatif uranium.
2. Indonesia minta Bank Dunia berperan lebih dalam perubahan iklim

Indonesia juga menyinggung reformasi di lembaga-lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan badan-badan terkait, termasuk organisasi multilateral seperti Bank Dunia atau World Bank.
Dia menyatakan negara-negara berkembang mengharapkan Bank Dunia memberikan manfaat lebih besar, terutama dalam mendukung transisi energi dan penanganan perubahan iklim.
"Ini sangat terkait dengan energy transition, terkait dengan climate (perubahan iklim)," ujar Airlangga.
Dia juga menyoroti peran Bank Dunia saat ini berbeda dibandingkan saat didirikan pada era Bretton Woods, sehingga diperlukan penyesuaian untuk memenuhi kebutuhan negara-negara berkembang yang semakin meningkat.
3. Sekjen PBB dorong Indonesia lebih aktif suarakan pandangannya

Airlangga mengungkapkan, dalam pertemuan bilateral antara Prabowo dan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, Guterres meminta Indonesia untuk lebih aktif menyuarakan pandangannya di forum internasional.
Permintaan tersebut didasarkan pada posisi Indonesia yang dianggap sebagai kekuatan menengah (middle power) dan negara demokratis dengan transisi politik yang berjalan baik.
"Dari U.N. Secretary General juga dalam pertemuan bilateral dengan Pak Presiden meminta Indonesia mem-voice out karena voice Indonesia didengar saat sekarang," tuturnya.