Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Prabowo Putuskan Bangun Giant Sea Wall 700 Km dari Banten sampai Jatim

Presiden Prabowo Subianto saat memberikan keterangan pers di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (23/1/2025). (YouTube/Sekretariat Presiden)
Presiden Prabowo Subianto saat memberikan keterangan pers di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (23/1/2025). (YouTube/Sekretariat Presiden)
Intinya sih...
  • Presiden Prabowo Subianto akan membangun tanggul laut raksasa sepanjang 700 km dari Banten hingga Jawa Timur.
  • Tanggul tersebut bertujuan melindungi sawah-sawah di sisi pantai utara Pulau Jawa dari kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim.

Jakarta, IDN Times - Presiden Prabowo Subianto memutuskan akan membangun tanggul laut raksasa (giant sea wall) sepanjang 700 kilometer (km). Tanggul tersebut terbentang dari Banten hingga Jawa Timur (Jatim).

Hal tersebut disampaikan Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo dalam acara bertema “ESG Sustainable Forum 2025” di Jakarta, Jumat (31/1/2025).

"Pemerintah Prabowo sudah memutuskan untuk melaksanakan beberapa program, termasuk pembangunan tanggul laut raksasa sepanjang 700 km dari Banten sampai Jawa Timur," kata dia, dikutip dari ANTARA, Sabtu (1/2).

1. Tujuan pembangunan tanggul laut raksasa

Utusan Khusus Presiden RI untuk Konferensi Iklim PBB COP29, Hashim Djojohadikusumo. (dok. Kemlu RI)
Utusan Khusus Presiden RI untuk Konferensi Iklim PBB COP29, Hashim Djojohadikusumo. (dok. Kemlu RI)

Hashim menjelaskan, pembangunan tanggul laut raksasa bertujuan melindungi sawah-sawah yang terletak di sisi pantai utara Pulau Jawa. Pasalnya, masyarakat khawatir terkait peristiwa pagar laut, di mana para nelayan merasa terancam dengan kenaikan permukaan laut.

"Ini semua disebabkan masalah perubahan iklim," ujarnya.

2. Pembangunan butuh waktu 10-20 tahun

(kiri ke kanan) Wakil Ketua Umum Bidang Lingkungan Hidup Kadin Indonesia, Dharsono Hartono bersama Ketua Delegasi Indonesia di COP 29, Hashim S. Djojohadikusumo dan  Managing Director Utomo SolaRUV, Anthony Utomo saat menghadiri konferensi tingkat tinggi COP 29, hari ini (14/11). (Utomo SolaRUV)
(kiri ke kanan) Wakil Ketua Umum Bidang Lingkungan Hidup Kadin Indonesia, Dharsono Hartono bersama Ketua Delegasi Indonesia di COP 29, Hashim S. Djojohadikusumo dan Managing Director Utomo SolaRUV, Anthony Utomo saat menghadiri konferensi tingkat tinggi COP 29, hari ini (14/11). (Utomo SolaRUV)

Hashim mengungkapkan, tanggul laut raksasa sudah mulai dirancang sejak 1994. Hal itu karena pemerintah Orde Baru kala itu sudah melihat ancaman kenaikan permukaan laut, namun belum berhasil dieksekusi hingga saat ini.

Dia pun memperkirakan pembangunan tanggul laut raksasa tersebut membutuhkan waktu 10 hingga 20 tahun.

Sementara itu, Hashim mengajak masyarakat ikutmendukung pembangunan tanggul raksasa. Sebab, menurutnya, pembangunan food estate di Kalimantan atau Papua tdak akan berguna jika jutaan lahan sawah terbenam karena ditutup air laut yang naik.

3. Masuk dalam PSN 2025

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Dok Kemenko Perekonomian)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Dok Kemenko Perekonomian)

Adapun Prabowo sebelumnya telah meminta jajarannya mengkaji pembangunan tanggul laut raksasa Jakarta sampai Cirebon sebagai Program Strategis Nasional (PSN) Tahun 2025. Dia juga memberi arahan supaya pembangunan tanggul tersebut disiapkan dengan pembiayaan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, arahan tersebut berdasarkan hasil rapat internal yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto tentang pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) dan penyelesaian PSN 2024–2025. Dia menuturkan, tanggul ini masuk dalam daftar PSN Tahun 2025 sebagai upaya mewujudkan ketahanan energi dan pangan.

Airlangga menambahkan, pembangunan tanggul laut raksasa Jakarta sampai Cirebon nantinya bakal terhubung dengan tanggul pengendali banjir dan rob di Tambaklorok, Semarang, Jawa Tengah. Tanggul Tambalorok ini sudah dibangun.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us