PT Vale dan Cerita Hijau dari Tanah Merah Tambang

- PT Vale Indonesia menunjukkan bahwa aktivitas menambang dapat dilakukan dengan cara yang baik dan bertanggung jawab.
- Perusahaan ini fokus pada reklamasi lahan pascatambang, menanam tanaman pionir dan lokal, serta memastikan kualitas produk nikel sesuai standar internasional.
- PT Vale berhasil menyulap limbah menjadi solusi hijau, mengelola air limbah dengan ketat, dan melakukan kolaborasi dengan masyarakat lokal untuk mereklamasi lahan pascatambang.
Coba kamu bayangkan hutan yang dulunya rimbun dan hijau kini berubah menjadi tanah merah yang gersang. Mungkin inilah bayangan buruk yang selalu melekat pada dunia tambang bagi sebagian besar orang. Namun, tidak semua cerita tentang dunia tambang akan berakhir kelam. PT Vale Indonesia hadir untuk membuktikan langsung bahwa aktivitas menambang dapat dilakukan dengan cara yang baik dan juga bertanggung jawab.
Melalui semangat #MenambangKebaikan, PT. Vale Indonesia menjalankan berbagai program hijau yang bukan hanya melestarikan alam, tetapi turut serta memberdayakan masyarakat sekitar. Sejak beroperasi pada Juli 1968, perusahaan tambang yang berada di Sorowako, Sulawesi Selatan, ini terus menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Yuk, kita simak perjuangan PT Vale Indonesia dalam membuktikan bahwa industri pertambangan bisa berjalan selaras dengan alam dan masyarakat!
1. Menghijaukan kembali lahan pascatambang guna menjaga alam tetap lestari

Bagi PT Vale, menambang bukan berarti meninggalkan "bekas luka" di alam. Melalui program reklamasi, lahan pascatambang lantas dipulihkan agar ekosistem kembali hidup. Kegiatan ini dilakukan dengan pendekatan ekologis, yakni dengan memperhatikan jenis tanah, curah hujan, dan jenis tanaman yang cocok.
Perusahaan tambang terkemuka ini fokus memprioritaskan menanam dan mengembangkan tanaman pionir dan lokal. Dilansir vale.com, beberapa tanaman-tanaman yang menjadi prioritasnya seperti pohon eboni (Diospyros celebica), dengen, kalapi, anggrek sorume, dan jambu-jambuan. Berdasarkan Laporan Keberlanjutan 2023, perusahaan tambang ini berhasil mereklamasi total 3.703,6 hektare lahan kumulatif dengan lebih dari 4 juta pohon ditanam pada 2023. Semua ini selaras dengan Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang yang diterbitkan oleh Ditjen Minerba Kementerian ESDM.
2. Proses produksi dan produk nikel yang aman dan ramah lingkungan

Di tangan PT Vale Indonesia, nikel bukan sekadar logam biasa yang diproses, lalu dikirim ke pasar global. Ada cerita, usaha, tekad, dan niat baik dalam setiap gram nikel yang dihasilkan. Mereka tahu betul jika kualitas produk tidak hanya diukur dari kualitasnya.
Namun, seberapa besar tanggung jawab yang juga menyertainya? Ini terlihat dari Laporan Keberlanjutan 2023. Proses produksi dan produk nikel dalam bentuk matte yang diproduksi PT Vale telah memenuhi standar internasional, seperti Restriction of Hazardous Substances (RoHS) dan ISO 17025:2008 yang jadi syarat wajib jika ingin main pasar Uni Eropa.
Tidak hanya itu, nikel matte dari PT Vale juga lolos uji Globally Harmonized System (GHS). Ini merupakan sistem klasifikasi bahaya yang diadopsi PBB dan berlaku di Indonesia lewat Permenperin No. 23 Tahun 2013. Artinya, setiap gram nikel yang keluar dari PT Vale dapat dipastikan bebas dari bahan berbahaya dan tidak membahayakan kesehatan manusia maupun lingkungan.
3. Limbah padat industri? Didaur ulang saja!

Menambang kebaikan tidak sekadar slogan manis, tetapi menjadi roh dari setiap aktivitas PT Vale. Lewat prinsip reduce, reuse, and recycle (3R), perusahaan tambang ini berhasil menyulap limbah menjadi solusi hijau. Dalam Laporan Keberlanjutan 2023, PT Vale Indonesia memaparkan bagaimana cara mereka mengolah berbagai jenis limbah dari hasil pertambangan, salah satunya slag yang merupakan limbah padat berbentuk batuan yang muncul dari proses pemisahan logam saat bijih dilebur.
Hebatnya lagi, limbah padat ini bahkan tidak tergolong sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) serta dimanfaatkan pula sebagai material konstruksi jalan. Cara cerdas ini mampu mengurangi timbulan slag nikel sebesar 4.406.877 ton. Inovasi PTVL ini pun telah didukung dan disetujui oleh pemerintah berdasarkan Izin Pemanfaatan Limbah B3 dari KLHK Nomor SK 121/Menlhk/Setjen/PLB.3/2/2018. Jadi, gak ada ceritanya, tuh, buang limbah sembarangan di sini!
4. Limbah cair diproses melalui pengelolaan cerdas sebelum kembali ke alam

Air limbah dari proses produksi tak langsung dibuang begitu saja. Sebelum kembali ke alam, limbah cair ini diproses dan diolah secara ketat dengan menggunakan teknologi Lamella Gravity Settler (LGS). Ini adalah alat yang digunakan untuk menyaring partikel padat dari air.
Setelahnya, air ini akan diuji berulang kali agar aman saat dikembalikan ke alam. Tak sampai di situ, PT Vale juga rutin memantau kualitas air di sungai dan danau sekitar lokasi tambang. Tujuannya untuk memastikan lingkungan tetap terjaga.
5. Menggunakan kembali air daur ulang demi menjaga Bumi tetap tersenyum

Industri tambang sering sekali dicap "boros air", tetapi PT Vale punya cerita yang beda! Alih-alih hanya menghabiskan air, perusahaan yang menyuplai 5 persen kebutuhan nikel dunia ini justru punya misi keren, yaitu hemat air tanpa mengorbankan produktivitas. Targetnya jelas, sampai 2030, PT Vale bertekad menurunkan angka pemakaian air baru hingga 10 persen.
Caranya? Perusahaan tambang ini punya jurus jitu dengan mendaur ulang air limbah dari LGS. Sebagai contoh, hasil air daur ulang sebanyak 385 ribu meter kubik digunakan kembali untuk buat pendingin slag. Sementara, 2 ribu meter kubik lainnya dimanfaatkan buat bahan baku larutan ferrous sulphate. Tidak hanya itu, mereka juga memasang flow meter di jalur air dan menggunakan sistem digital steam, water, air, and power (SWAP) untuk memantau pemakaian air secara real-time. Jadi, bakal ketahuan langsung jika ada kebocoran, lho!
6. PT Vale mengajak penduduk lokal sebagai mitra, tidak hanya jadi penonton

"Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing." Pepatah ini mungkin menggambarkan prinsip PT Vale dalam setiap langkah keberlanjutannya. Dalam melaksanakan program reklamasi, PT Vale tidak hanya bekerja sendirian untuk mewujudkannya.
Demi mengembalikan ekosistem, mereka turut serta merangkul warga sekitar. Jadi, mereka dapat terlibat langsung dalam proses kegiatan ini. Kolaborasi dengan penduduk lokal pun menunjukkan hasil signifikan.
Berdasarkan Laporan Keberlanjutan 2023, PT Vale sukses mereklamasi 3.703,6 hektare lahan pascatambang. Selain itu, PT Vale beserta warga juga berhasil menanam lebih dari 4 juta pohon, termasuk jenis endemik Sulawesi, seperti eboni dan dengen pada 2023. Semua pencapaian ini tentu tak bisa dilakukan tanpa kerja sama dengan banyak pihak, termasuk masyarakat lokal.
Dari kisah perjuangan PT Vale, kita dapat belajar bahwa harapan dan perubahan bisa tumbuh dari keberanian untuk memulai langkah kecil. Dengan niat tulus dan kerja sama yang baik, aktivitas tambang bisa menjadi sumber harapan bagi banyak orang. Sebab, merawat Bumi adalah tanggung jawab bersama, tetapi penting untuk dimulai dari diri sendiri #StartsWithMe.