AHY: Sembilan Tahun Ekonomi Mandek, Utang Meroket

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengkritik kondisi ekonomi selama sembilan tahun terakhir di bawah pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo.
Dia mengatakan bahwa sembilan tahun terakhir perekonomian Indonesia mengalami sejumlah kemandekan dan bahkan kemunduran serius. Pertumbuhan ekonomi menurun. Jauh di bawah yang dijanjikan tujuh persen hingga delapan persen.
“Pertumbuhan ekonomi stagnan di angka 5 persen. Bahkan, sempat anjlok ketika diterjang pandemik COVID-19,” kata AHY dalam pidato politiknya, di Jakarta, Jumat (14/7/2023).
1. Kritik utang pemerintah yang meroket

AHY juga mengkritik kondisi utang luar yang terus meroket. Ia pun mengingatkan pemerintah supaya tidak berdalih bahwa jika dilihat dari sisi rasio utang terhadap PDB masih aman karena masih kurang dari 60 persen.
Sebab faktanya, kata dia, kemampuan fiskal untuk membayar utang rendah, dan membebani APBN. Karena itu, mendesak pemerintah untuk mengontrol utang luar negeri.
“Untuk itu, batasi dan kontrol utang pemerintah dan BUMN,” ujar AHY.
2. Pastikan pembangunan infrastruktur tak andalkan utang

AHY juga heran di tengah kondisi ekonomi yang mandek dan utang luar negeri meroket, pemerintah masih agresif melakukan pembangunan infrastruktur. Bahkan infrakstruktur yang kurang menyentuh terhadap masyarakat.
Karena itu, AHY meminta pemerintah tidak mengandalkan utang untuk melakukan pembangunan infrastruktur.
“Pastikan, pembangunan infrastruktur tidak mengandalkan utang. Infrastuktur memang penting. Karenanya, kita juga harus melanjutkan pembangunan infrastruktur,” kata AHY.
3. Jangan besar pasak daripada tiang

AHY menyampaikan bahwa pembangunan infrastruktur itu merupakan hal yang sangat penting. Tetapi, pemerintah harus mampu memilih dan memprioritaskan mana pembangunan yang diperlukan dengan tingkat rasionalitas tinggi.
Dia juga mengingatkan supaya pemerintah bisa memastikan pembiayaan tersedia, baik dari APBN maupun non APBN.
Menurut AHY kerangka pembiayaan bersama atau pembiayaan penuh dari swasta, juga sebuah pilihan.
“Jika harus berutang, utang itu bukanlah komponen paling besar. Ukur kemampuan keuangan kita. Jangan besar pasak daripada tiang,” kata dia.