Rupiah Melemah Lawan Dolar AS, Sekarang Jadi Berapa?

- Rupiah melemah 14,50 poin atau 0,09 persen dibanding penutupan sebelumnya
- Mayoritas mata uang Asia melemah, termasuk Bath Thailand, Ringgit Malaysia, dan Won Korea
- Pasar menantikan keputusan kebijakan moneter dari Bank Indonesia dan mengkhawatirkan dampak kebijakan tarif Trump
Jakarta, IDN Times - Pergerakan rupiah di pasar spot dibuka melemah pada perdagangan Rabu (23/4/2025). Mata uang Garuda kini berada di level Rp16.874 per dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 14,50 poin atau 0,09 persen dibanding penutupan hari sebelumnya ditutup pada level Rp16.860 per dolar AS.
1. Mayoritas mata uang Asia melemah
Hingga pukul 09.20 WIB, pergerakan mata uang Asia mayoritas melemah dengan rincian:
- Bath Thailand melemah 0,03 persen
- Ringgit Malaysia melemah 0,47 persen
- Rupee India melemah 0,07 persen
- Won Korea melemah 0,30 persen
- Dolar Taiwan melemah 0,10 persen
- Dolar Singapura melemah 0,05 persen
- Yen Jepang melemah 0,21 persen
2. Pasar tunggu keputusan suku bunga acuan BI
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan pasar menantikan keputusan kebijakan moneter dari Bank Indonesia yang akan diumumkan pada Rabu (23/4/2025).
"Kemungkinan akan mempertahankan tingkat BI rate untuk menjaga rupiah agar tidak terlalu tertekan terhadap dolar AS," kata Ariston.
3. Pasar masih khawatir dampak kebijakan Trump
Di sisi lain, pasar masih mengkhawatirkan dampak dari kebijakan tarif Trump. Namun, ada kabar baik dari Gedung Putih pemerintah AS akan menurunkan tensi perang tarif dengan China.
Kabar ini disambut positif pasar, dan membuat indeks saham Asia terlihat bergerak positif.
"Rupiah pun bisa bergerak menguat terhadap dolar AS, meskipun risiko pelemahan masih terbuka. Kita lihat sewaktu dolar melemah pada Senin, nilai tukar rupiah hanya menguat 30 poin," ujar Ariston.
Dengan demikian, pasar masih belum yakin kondisi perekonomian akan baik-baik saja dengan kebijakan tarik-ulur tarif Trump.
"Potensi penguatan ke arah Rp16.800 per dolar AS, dengan potensi resisten di kisaran Rp16.880 per dolar AS," ujar Ariston.