Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rupiah Perkasa Lawan Dolar AS, Berpotensi Menguat Seharian

Ilustrasi rupiah. (dok. BNI)
Ilustrasi rupiah. (dok. BNI)
Intinya sih...
  • Rupiah menguat ke level Rp16.554 per dolar AS, naik 22 poin (0,13 persen) dari sebelumnya.
  • Pasar keuangan mendapat kabar baik dengan positifnya pergerakan indeks saham regional dan sinyal China terbuka pada negosiasi tarif dengan AS.
  • Ariston Tjendra memproyeksikan rupiah berpotensi menguat seharian ini, meski beberapa sentimen negatif masih membayangi pergerakan kurs rupiah.

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah mengalami penguatan atas mata uang dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir pekan atau Jumat (2/5/2025) pagi.

Mengutip Bloomberg, hingga pukul 09.25 WIB, kurs rupiah ada di level Rp16.554 per dolar AS atau menguat 22 poin (0,13 persen).

Sebelumnya, nilai tukar rupiah menguat signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Rabu (30/4/2025), menjelang libur Hari Buruh Internasional (May Day).

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda mengalami penguatan sebesar 158 poin atau 0,94 persen ke level Rp16.603 per dolar AS.

1. Pasar keuangan mendapakan sentimen positif pagi ini

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan, pasar keuangan mendapatkan kabar baik pada pagi ini. Hal itu seiring dengan positifnya pergerakan indeks saham regional.

Selain itu, ada juga sinyal pemerintah China yang terbuka terhadap proses negosiasi tarif dengan AS.

"Ini tentunya kabar positif untuk pasar keuangan," kata Ariston kepada IDN Times, Jumat pagi.

2. Rupiah berpotensi menguat seharian

Atas dasar hal tersebut, Ariston memproyeksikan rupiah berpotensi menguat seharian ini.

"Rupiah berpeluang menguat lagi terhadap dolar AS dengan potensi penguatan ke aera Rp16.550, dengan potensi resisten di kisaran Rp16.630," katanya.

3. Sentimen negatif yang membayangi pergerakan kurs rupiah

Meski begitu, beberapa sentimen negatif masih membayangi pergerakan kurs rupiah hari ini.

Ariston menjelaskan ada dua hal yang menjadi sentimen negatif tersebut. Pertama, proyeksi pelambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari Lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia. Kedua, kontraksi indeks manufaktur Indonesia April 2025 menurut S&P.

"Jadi tekanan terhadap rupiah belum hilang. Bila ada kekhawatiran soal tarif lagi, rupiah bisa langsung melemah ke Rp16.700 lagi," kata Ariston.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us