Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sejarah Sistem Ekonomi Ali Baba dan Penyebab Kegagalannya

ilustrasi perhitungan ekonomi (freepik.com/freepik)
ilustrasi perhitungan ekonomi (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo adalah pencetus sistem ekonomi Ali Baba.
  • Sistem ekonomi Ali Baba bertujuan untuk memajukan pengusaha pribumi.
  • Pelaksanaan sistem ekonomi Ali Baba dilakukan langsung oleh pemerintah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Membahas sejarah ekonomi Indonesia tak lengkap rasanya tanpa menyinggung sistem ekonomi Ali Baba. Kebijakan yang digagas pada era Kabinet Ali Sastroamidjojo I ini bertujuan untuk menumbuhkan pengusaha pribumi agar mampu bersaing dengan pengusaha non-pribumi. Nama Ali Baba sendiri merujuk pada kolaborasi antara pengusaha pribumi (Ali) dan pengusaha Tionghoa (Baba).

Meski niat awalnya baik, penerapan sistem ini justru menimbulkan berbagai dampak negatif. Alih-alih mandiri, banyak pengusaha pribumi yang hanya menjadi "boneka" atau perantara bagi pengusaha non-pribumi. Hal ini kemudian memicu ketidakmerataan ekonomi dan berbagai permasalahan sosial yang kompleks. Lantas, bagaimana sejarahnya? Mari kita bahas!

1. Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo adalah pencetus sistem ekonomi Ali Baba

ilustrasi bendera Indonesia (unsplash.com/@mufidpwt)
ilustrasi bendera Indonesia (unsplash.com/@mufidpwt)

Pencetus utama sistem ekonomi Ali Baba adalah Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo. Ia menjabat sebagai Menteri Perekonomian pada era Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Kebijakan ini merupakan upaya strategis untuk mempercepat pertumbuhan pengusaha pribumi melalui kolaborasi dengan pengusaha non-pribumi yang telah lebih dulu mapan. Sistem ini secara resmi dijalankan pada 1953 hingga 1955. Tujuannya agar pengusaha pribumi dapat memperoleh modal dan keahlian bisnis dari mitra mereka.

Dalam praktiknya, pemerintah memberikan lisensi dan pinjaman modal kepada pengusaha pribumi. Kemudian, mereka diwajibkan untuk menjalin kemitraan dengan pengusaha Tionghoa. Namun, skema ini seringkali disalahgunakan. Banyak pengusaha pribumi hanya meminjamkan nama mereka kepada pengusaha Tionghoa demi mendapatkan keuntungan sewa nama. Akibatnya, alih-alih melahirkan pengusaha pribumi yang mandiri dan kuat, kebijakan ini justru memperdalam ketimpangan ekonomi dan tidak berhasil mencapai tujuan awalnya.

2. Sistem ekonomi Ali Baba bertujuan untuk memajukan pengusaha pribumi

ilustrasi UMKM lokal unsplash.com/@deviyahya)
ilustrasi UMKM lokal unsplash.com/@deviyahya)

Tujuan paling mendasar dari program ini adalah menumbuhkan pengusaha pribumi agar mampu bersaing dengan pengusaha non-pribumi. Berikut adalah uraian lengkapnya.

1. Mendorong Kerjasama Dua Kelompok

Kebijakan ini dirancang untuk memaksa adanya kolaborasi antara pengusaha pribumi (Ali) dan pengusaha non-pribumi (Baba). Pengusaha Tionghoa diharapkan dapat memberikan bimbingan, pelatihan, dan modal kepada mitra pribumi mereka.

2. Merombak Struktur Ekonomi Kolonial

Pada dasaarnya, sistem ini adalah bagian dari gerakan nasionalisasi ekonomi. Tujuannya adalah mengubah sistem ekonomi yang masih terpengaruh kolonial menjadi sistem ekonomi nasional yang mandiri.

3. Meningkatkan Perekonomian Nasional

Lewat program pemberdayaan pengusaha pribumi, pemerintah dapat meningkatkan produksi domestik. Ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada impor.

3. Pelaksanaan sistem ekonomi Ali Baba dilakukan langsung oleh pemerintah

ilustrasi kegiatan ekonomi (unsplash.com/@hdbernd)
ilustrasi kegiatan ekonomi (unsplash.com/@hdbernd)

Secara garis besar, pelaksanaan Sistem Ekonomi Ali Baba meliputi tiga langkah utama. Pertama, pemerintah memberikan fasilitas berupa kredit lunak, dan lisensi kepada pengusaha pribumi. Kedua, pengusaha non-pribumi diwajibkan untuk bekerja sama dengan pengusaha pribumi dan memberikan pelatihan serta tanggung jawab kepada tenaga kerja Indonesia. Ketiga, pengusaha non-pribumi diharuskan menempatkan warga negara Indonesia pada posisi staf di perusahaan mereka sebagai bagian dari program nasionalisasi ekonomi.

4. Sistem ekonomi Ali Baba gagal karena beberapa faktor

ilustrasi penurunan saham (unsplash.com/@polarmermaid)
ilustrasi penurunan saham (unsplash.com/@polarmermaid)

Beberapa faktor menyebabkan Sistem Ekonomi Ali Baba mengalami kegagalan. Para pengusaha pribumi yang mendapatkan fasilitas kredit lunak dari pemerintah banyak yang tidak memanfaatkannya untuk modal produksi, melainkan untuk kepentingan konsumtif.

Selain itu, banyak pengusaha pribumi yang belum memiliki pengalaman dalam berbisnis. Hal ini membuat banyak pengusaha pribumi hanya menjadi makelar lisensi dengan menjual haknya kepada pengusaha non-pribumi. Akibatnya, tujuan awal kebijakan untuk menumbuhkan pengusaha pribumi yang kuat dan mandiri tidak tercapai

5. Sistem ekonomi Ali Baba membawa dampak positif dan negatif

ilustrasi kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia (unsplash.com/@deviyahya)
ilustrasi kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia (unsplash.com/@deviyahya)

Sistem ekonomi Ali Baba memiliki dampak positif dan negatif. Kebijakan ini memang berhasil mendorong pertumbuhan beberapa bank swasta nasional dan perusahaan perkapalan. Namun, di sisi lain kebijakan ini juga menciptakan kelompok makelar lisensi yang menjual izin usaha mereka. Dampak utamanya adalah kegagalan mencapai tujuan awal untuk menciptakan pengusaha pribumi yang sukses. Sebab, banyak yang tidak memanfaatkan kredit dengan benar dan tidak mampu bersaing.

Kegagalan dari sistem ekonomi Ali Baba menunjukkan bahwa niat baik pemerintah saja tidak cukup tanpa didukung oleh kesiapan sumber daya manusianya. Meski begitu, kebijakan ini tetap menjadi babak penting dalam sejarah perekonomian Indonesia. Sistem ini menjadi pelajaran berharga untuk program-program pemberdayaan ekonomi pribumi di masa selanjutnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us