Soroti 5 Bulan Deflasi-PHK Massal, Rachmat Gobel Minta Ini ke Prabowo

Jakarta, IDN Times - Anggota DPR RI dari Partai Nasdem, Rachmat Gobel, menyoroti fenomena deflasi yang terjadi lima bulan berturut-turut dan juga peristiwa lain seperti gelombang pemutusan kerja (PHK) massal.
Belum lagi fakta bahwa jumlah kelas menengah Indonesia yang terus menurun, dan banjirnya impor. Dia menilai kondisi perekonomian Indonesia memprihatinkan.
“Semua ini terjadi akibat salah kelola ekonomi serta kebijakan ekonomi yang mengandung unsur fraud dan moral hazard,” kata Rachmat dikutip dari keterangan resmi, Rabu (9/10/2024).
1. Deflasi 5 bulan berturut-turut disebut sebagai fenomena terburuk dalam 1 dekade

Khususnya terkait deflasi yang terjadi selama 5 bulan berturut-turut, yakni mulai bulan bulan Mei sebesar 0,03 persen, lalu Juni 0,08 persen, Juli 0,18 persen, Agustus 0,03 persen, dan September 0,12 persen.
Dia mengatakan, deflasi menunjukkan adanya penurunan harga barang yang disebabkan daya beli masyarakat menurun. Gobel mengatakan, meski harga barang turun, masyarakat tetap tidak berbalanja karena tak memiliki cukup uang. Dia menilai kondisi ini merupakan yang terburuk dalam satu dekade terakhir.
Gobel mengatakan, situasi yang sedang dihadapi Indonesia tak hanya mengancam target pertumbuhan ekonomi Indonesia tapi juga bisa menjungkalkan Indonesia untuk masuk ke dalam negara berkategori middle income trap.
“Saya juga bukan hendak membangun pesimisme, tapi justru pada kesempatan ini saya ingin memompakan semangat dan optimisme dengan terus mencarikan solusi yang terbaik. Ini soal pilihan dan kemauan saja,” tutur Gobel.
2. Minta pemerintahan Prabowo pertimbangkan 3 solusi atasi deflasi

Gobel sendiri menyampaikan tiga solusi mengatasi deflasi, yang diharapkan bisa dijalankan pemerintahan Prabowo Subianto.
“Saya berharap pemerintahan baru Pak Parbowo Subianto nanti mampu menjawab tantangan ekonomi ke depan dengan menggotong asas ketahanan nasional, kedaulatan bangsa, kemakmuran bersama, pemuliaan manusia Indonesia, dan kelestarian lingkungan,” kata Gobel.
Pertama, memperbaiki sektor pertanian, karena paling banyak menyerap tenaga kerja. Apalagi, sektor pertanian juga merupakan faktor penjaga ketahanan nasional karena ini menyangkut perut penduduk.
“Sektor pertanian butuh solusi komprehensif, bukan solusi tambal sulam. Jika sektor pertanian bisa diperbaiki, maka separo masalah sudah bisa diatasi dan fondasi ekonomi bisa lebih kokoh. Korea, China, dan Jepang, memulai dengan membenahi sektor pertaniannya terlebih dulu sebelum beranjak ke sektor industri,” ucap Gobel.
3. Banjir impor harus dihentikan

Solusi kedua, adalah pengendalian impor. Dia mengatakan, lonjakan impor tak hanya menghilangkan devisa dan menciptakan pengangguran, tapi mematikan kreativitas, daya cipta manusia, dan pemuliaan manusia sesama anak bangsa.
Dia menilai puncak dari kekacauan regulasi impor adalah lahirnya Permendag nomor 8 tahun 2024 yang menghilangkan persyaratan pertimbangan teknis dalam impor barang, serta meloloskan sekitar 28 ribu kontainer yang diduga masuk tanpa ada persetujuan impor.
Karena Permendag No 8 Tahun 2024 sudah telanjur lahir, Gobel menyetujui wacana pengendalian impor dengan memindahkan pintu masuk barang impor.
“Pindahkan ke pelabuhan-pelabuhan di Indonesia timur. Ini sekaligus menciptakan pemerataan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja bagi penduduk di Indonesia timur,” ucap dia.
Ketiga, menghidupkan ekonomi sirkular, yakni suatu model atau sistem ekonomi melingkar yang bertujuan untuk memaksimalkan kegunaan dan nilai tambah suatu bahan atau produk sehingga mampu mereduksi jumlah buangan dan meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan.
“Melalui ekonomi sirkular, lapangan kerja tercipta, UMKM tumbuh, limbah tereduksi, dan alam terjaga kelestariannya,” kata Gobel.