Stok Solar Pertamina Berlebih, Danantara Soroti Swasta Malah Impor

- BPI Danantara mengusulkan peninjauan tata kelola solar nasional karena kelebihan produksi solar domestik yang melampaui permintaan pasar.
- Program mandatori biodiesel B40 menjadi pemicu utama kelebihan produksi solar, dengan surplus diperkirakan mencapai 7 juta kiloliter.
- Kilang domestik mengalami kelebihan kapasitas produksi, namun badan usaha swasta masih melakukan impor solar sekitar 4,8 juta kiloliter, menimbulkan dilema bagi PT Pertamina.
Jakarta, IDN Times - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) mengusulkan peninjauan ulang tata kelola solar nasional seiring adanya lonjakan kapasitas produksi solar domestik yang melampaui permintaan pasar.
"Hari-hari ini kami sedang propose ke pemerintah untuk melihat bagaimana tata kelola solar yang baik," kata Senior Director Oil, Gas, Petrochemical Danantara Indonesia, Wiko Migantoro di Pos Bloc, Jakarta, dikutip Kamis (11/12/2025).
1. Kapasitas solar domestik surplus 7 juta kiloliter

Wiko menjelaskan program mandatori biodiesel, khususnya B40, menjadi pemicu utama kelebihan produksi ini. Dia menyebut, saat program B35 diterapkan, produksi solar dalam negeri masih seimbang dengan permintaan dan tidak ada surplus.
Namun, dengan implementasi B40, kapasitas produksi solar saat ini telah melebihi kebutuhan domestik. Berdasarkan perhitungannya, kelebihan atau surplus solar yang dihasilkan kilang domestik diperkirakan mencapai sekitar 7 juta kiloliter.
"Kalau diesel atau solar yang lebih dikenal dengan solar, saat ini kapasitas produksi kita tuh sudah melebihi demand domestik," ujarnya.
2. Swasta impor 4,8 juta kiloliter solar

Wiko menyoroti adanya paradoks dalam tata kelola migas. Di saat kilang domestik mengalami kelebihan kapasitas produksi, badan usaha swasta lain justru masih melakukan impor solar.
"Karena di saat kita sekarang sedang ada kelebihan kapasitas produksi untuk kilang, di saat yang bersamaan badan usaha swasta itu masih melakukan impor solar jumlahnya sekitar 4,8 juta kiloliter," tuturnya.
3. Menjadi dilema bagi Pertamina

Kondisi surplus menimbulkan dilema bagi PT Pertamina (Persero). Wiko memaparkan jika perusahaan memaksimalkan kapasitas produksinya, mereka harus mampu memasarkan kelebihan produk solar tersebut ke luar negeri.
"Mereka mengalami sesuatu yang dilematis. Artinya kalau dia memproduksikan memaksimalkan kapasitas produksinya maka dia juga harus bisa memasarkan kelebihan produk solar yang mana ini harus dipasarkan ke luar negeri," tutur Wiko.
Menurut Wiko, jika kesenjangan dapat dijembatani, baik dari segi kualitas maupun aspek komersial, solar yang saat ini diimpor oleh swasta seharusnya dapat digantikan oleh solar yang diproduksi di dalam negeri.


















