Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Strategi Hilirisasi Tingkatkan Peluang Komoditas Garam Indonesia

ilustrasi petani garam konvensional yang ingin meningkatkan kesejahteraan hidup mereka (pexels.com/Quang Nguyen Vinh )

Pemanfaatan hilirisasi dalam meningkatkan peluang komoditas garam Indonesia menjadi topik yang penting dan relevan dalam perekonomian negara saat ini. Dalam laman resmi Kementerian Investasi/BKPM, garam menjadi 1 dari 21 komoditas terpilih dalam peta jalan hilirisasi investasi strategis Pemerintah Indonesia untuk mempercepat transformasi ekonomi.

Sayangnya, Indonesia masih kelimpungan dalam pemenuhan garam untuk kebutuhan dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indonesia selalu melakukan impor garam dalam jumlah yang tidak sedikit tiap tahunnya. Tercatat, pada 2022, Indonesia mengimpor garam sebanyak 2,75 juta ton dengan nilai 124,4 juta dolar AS (setara dengan 1,9 triliun rupiah).

Melihat data tersebut, tentu kita sedih mengingat Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang nomor dua di dunia, yakni 95,181 km di bawah Kanada. Dengan pantai sepanjang itu, seharusnya bahan dasar pembuatan garam (natrium klorida) tercukupi dengan baik. Jika memakai strategi jitu, maka bukan hal mustahil kalau kebutuhan garam Indonesia bisa terpenuhi, bahkan bisa menjadi komoditas ekspor keberlanjutan.

Lantas, bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan peluang komoditas garam Indonesia dalam pemanfaatan hilirisasi?

1. Penggunaan bahan dasar garam yang bebas dari mikroplastik

ilustrasi sampah plastik penyebab laut terkontaminasi mikroplastik (unsplash.com/Anastasia Nelen)

Dalam Global Journal of Environment Science and Management pada September 2023, para peneliti dari Universitas Andalas, STIKES Syedza Saintika, dan Universitas Udayana menyatakan hal penting. Dari 21 sampel garam lokal yang dianalisis, semuanya mengandung mikroplastik. Ini menandakan air laut yang digunakan sebagai bahan baku garam telah terkontaminasi mikroplastik.

Menurut jurnal yang diterbitkan National Library of Medicine pada Mei 2023, kalau terus-menerus mengonsumsi garam mikroplastik, tubuh manusia akan merangsang zat pengganggu endokrin serta mengandung bahan kimia beracun. Beberapa di antaranya seperti polutan organik dan logam berat. Melihat bahayanya mikroplastik, tentu kita tidak mau tubuh dipenuhi oleh bahan kimia beracun, kan?

Sebenarnya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi jumlah mikroplastik pada garam. Pemakaian tas belanja dan botol air isi ulang untuk mengurangi pemakaian plastik sekali pakai, menggunakan pakaian dari bahan natural, dan memanfaatkan sabun cuci yang ramah lingkungan. Ini bisa jadi langkah sederhana yang bisa kita lakukan.

Setelah itu, kita perlu mendukung pemerintah dalam mengambil kebijakan kelestarian lingkungan. Kebijakan penanganan sampah laut dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2018 menandakan Pemerintah Indonesia serius untuk menangani sampah yang ada di laut, termasuk sampah plastik. Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan sampah laut di Indonesia berkurang hingga 70 persen pada 2025. Jika Pemerintah dan masyarakat bersama-sama mengurangi sampah laut, bukan tidak mungkin jumlah mikroplastik berkurang. Tentu saja ini akan membawa efek positif kepada kualitas garam lokal. Setuju?

2. Meningkatkan kualitas natrium klorida pada garam

ilustrasi petani garam (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

Salah satu sebab Indonesia masih mengimpor garam adalah kandungan natrium klorida (NaCL) pada garam lokal tidak memenuhi syarat untuk industri. Jurnal penelitian dari Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada 2013 menyatakan natrium klorida pada bahan dasar garam lokal belum memenuhi standar untuk industri farmasi, industri kosmetik, industri CAP (Chlor Alkali Plant), dan aneka pangan. Garam industri memiliki spesifikasi kadar NaCl di atas 94 persen sesuai SNI 3556:2016.

Kebanyakan garam lokal memiliki kadar NaCL sekitar 85—94 persen dengan SNI 4435:2017. Ini menurut laman Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Beberapa kendala di tingkat industri terjadi karena lemahnya akses petani garam terhadap teknologi, biaya produksi tinggi, dan belum adanya standardisasi harga yang berkeadilan.

Peralihan teknologi garam konvensional kepada teknologi terbarukan seperti teknologi washing plant (pencucian garam) dan instalasi garam industri dapat meningkatkan kadar NaCL. Teknologi sebenarnya sudah dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Mereka berhasil meningkatkan kualitas NaCL dari 92 persen menjadi 98 persen sesuai kebutuhan industri.

Diharapkan ke depannya, teknologi ini bisa meluas hingga ke seluruh pabrik garam yang menaungi para petani garam. Dengan adanya program hilirisasi, percepatan penyebaran teknologi industri berjalan dengan baik dan biaya produksi serta transportasi pun bisa lebih terjangkau. #KementrianInvestasi/BKPM menyebutnya sebagai industri berkelanjutan yang menyejahterakan masyarakat khususnya petani garam. Keren, ya.

3. Berani mencoba bersaing dalam skala internasional

ilustrasi berani bersaing dalam pasar garam global (pexels.com/fauxels)

Meski saat ini peningkatan produksi garam masih berusaha untuk mengisi kebutuhan nasional, tidak ada salahnya kita berpikir ke depan. Indonesia yang memiliki banyak bahan dasar pembuatan garam sangat potensial untuk bersaing dalam skala internasional. Syarat utama agar hal itu tercapai adalah bisa memenuhi kualitas global dan bersaing dalam harga.

Perpres No 126/022 tentang Percepatan Pembangunan Pergaraman menjadi upaya nyata dalam mengoptimalkan komoditas garam di Indonesia. Dalam Perpres tersebut, pemerintah melakukan percepatan pembangunan pergaraman nasional pada Sentra Ekonomi Garam Rakyat (SEGAR). Ini merupakan pembentukan kawasan usaha pergaraman yang saling terintegrasi pada provinsi yang mempunyai potensi mengembangkan usaha pergaraman. Dalam SEGAR, petani pun diberikan pelatihan-pelatihan untuk menghasilkan garam berkualitas, cara memasarkan produk lebih menjual, dan kemudahan dalam mendapatkan pendanaan. Menarik, kan?

Pemanfaatan #HilirisasiUntukNegeri dalam meningkatkan peluang komunitas garam mempunyai potensi besar memberikan transformasi ekonomi dan sosial secara signifikan. Dengan mengambil langkah-langkah tersebut diharapkan kualitas garam Indonesia meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah produksi. Strategi yang tepat akan mendorong Indonesia menjadi pemain utama dalam pasar garam dunia, industri garam lokal yang berkelanjutan, serta mengurangi ketergantungan pada impor garam. Pasti bisa!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us