Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

China Geser Amerika Serikat sebagai Mitra Dagang Terbesar Jerman

Bendera China (pexels.com/aboodi vesakaran)
Bendera China (pexels.com/aboodi vesakaran)
Intinya sih...
  • Tarif AS menghambat ekspor Jerman: Kebijakan tarif baru dari Presiden AS, Donald Trump, membuat produk Jerman sulit bersaing di pasar AS. Ekspor Jerman ke AS turun 7,4 persen pada delapan bulan pertama 2025.
  • Impor dari China ke Jerman meningkat pesat: Ekspor Jerman ke China turun 13,5 persen, sedangkan impor dari China melonjak 8,3 persen.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN TimesChina berhasil menyalip Amerika Serikat (AS) sebagai mitra dagang terbesar Jerman dalam delapan bulan pertama 2025. Data awal dari Badan Statistik Jerman menunjukkan, total nilai perdagangan antara Jerman dan China mencapai 190,7 miliar dolar AS (setara Rp3,16 kuadriliun) dari Januari hingga Agustus. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan nilai perdagangan Jerman dengan AS yang mencapai 189 miliar dolar AS (setara Rp3,13 kuadriliun).

Pada 2024, AS sempat menjadi mitra dagang utama Jerman, mengakhiri dominasi China selama delapan tahun berturut-turut dari 2016-2023. Pergeseran itu terjadi karena Jerman berupaya mengurangi ketergantungan pada China di tengah ketegangan politik dan tuduhan praktik perdagangan tidak adil oleh negara tersebut.

1. Tarif AS menghambat ekspor Jerman

ilustrasi tarif (pexels.com/Markus Winkler)
ilustrasi tarif (pexels.com/Markus Winkler)

Kembalinya dominasi China pada 2025 sebagian besar disebabkan oleh kebijakan tarif baru dari Presiden AS, Donald Trump. Pajak tambahan terhadap barang impor dari Eropa membuat produk Jerman semakin sulit bersaing di pasar AS.

“Tidak diragukan lagi bahwa kebijakan tarif dan perdagangan AS adalah alasan penting untuk penurunan penjualan,” kata Dirk Jandura, presiden Asosiasi Perdagangan Luar Negeri BGA, dikutip dari Al Jazeera.

Ekspor Jerman ke AS, termasuk mobil, mesin, dan bahan kimia, turun sebesar 7,4 persen pada delapan bulan pertama 2025 dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 99,6 miliar euro (setara Rp1,65 kuadriliun). Pada Agustus saja, penurunannya mencapai 23,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kepala Global Makro di ING, Carsten Brzeski menilai nilai euro yang lebih kuat serta ancaman tarif berkelanjutan membuat ekspor Jerman ke AS sulit pulih dalam waktu dekat.

2. Impor dari China ke Jerman meningkat pesat

ilustrasi impor barang (pexels.com/Chanaka)
ilustrasi impor barang (pexels.com/Chanaka)

Sementara itu, ekspor Jerman ke China turun 13,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 63,5 miliar dolar AS (setara Rp1,05 kuadriliun) pada delapan bulan pertama 2025. Namun, impor dari China justru melonjak 8,3 persen menjadi 126,4 miliar dolar AS (setara Rp2,09 kuadriliun).

“Lonjakan impor baru dari China sangat mengkhawatirkan – terutama karena data menunjukkan bahwa impor ini datang dengan harga dumping,” kata Brzeski, merujuk pada praktik penjualan barang dengan harga sangat rendah yang berpotensi merugikan industri Jerman.

Ketidakseimbangan ini memperdalam ketergantungan Jerman pada pasokan dari China. Kondisi tersebut menambah tekanan terhadap sektor industri utama seperti otomotif dan mesin, di mana China kini muncul sebagai pesaing kuat.

3. Kerja sama ekonomi China-Jerman berhadapan dengan tantangan domestik

Bendera Jerman (pexels.com/Ingo Joseph)
Bendera Jerman (pexels.com/Ingo Joseph)

Menurut laporan Kedutaan Besar Jerman di Beijing, pasar China memiliki peran penting bagi perusahaan Jerman di sektor teknik mesin, otomotif, suku cadang, teknik elektro, hingga industri kimia.

“Dari manufaktur otomotif hingga farmasi, pasar besar China dan rantai industri yang lengkap melengkapi Jerman di industri berteknologi tinggi, sementara perusahaan-perusahaan China secara aktif memperluas ke pasar Jerman,” kata Direktur Pusat Studi Uni Eropa di Universitas Renmin China, Wang Yiwei, dikutip dari Global Times.

Bidang baru seperti teknologi digital dan energi hijau kini membuka peluang pertumbuhan perdagangan antara kedua negara.

“Di tengah ketiadaan dinamisme ekonomi di dalam negeri, beberapa pihak di Jerman mungkin sekarang terganggu oleh pergeseran di pasar dunia,” kata ekonom di Berenberg, Salomon Fiedler, dikutip dari Economic Times.

Ia menilai, tantangan ekonomi domestik membuat Jerman semakin rentan terhadap perubahan pola perdagangan global.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

7 Sumber Kekayaan Raisa dan Hamish Daud, Punya Coffee Shop!

23 Okt 2025, 18:05 WIBBusiness