Surplus Neraca Dagang RI Susut Jadi US$470 Juta

- Neraca perdagangan Indonesia Juli 2024 surplus 470 juta dolar AS, menurun hingga 80 persen dari Juni.
- Surplus ditopang oleh komoditas nonmigas seperti bahan bakar mineral, besi baja, dan palm oil.
- Komoditas ekspor unggulan seperti CPO turun secara signifikan baik secara bulanan maupun tahunan.
Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2024 surplus 470 juta dolar AS. Ini adalah surplus 51 bulan beruntun yang terjadi sejak Mei 2020. Namun, laju surplus ini menurun hingga 80 persen dari nilai surplus pada Juni sebesar 2,49 miliar dolar AS.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan surplus neraca perdagangan Juli 2024 turun 1,92 persen secara bulanan (month to month/mtm). Surplus itu juga turun 0,82 persen jika dilihat secara tahunan (year on year/yoy).
"Surplus Juli 2024 lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya," kata Amalia dalam konferensi pers, Kamis (15/8/2024).
1. Surplus ditopang komoditas nonmigas
.jpg)
Amalia menyebut surplus neraca perdagangan Juli 2024 ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas yaitu sebesar 2,61 miliar dolar AS. Komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral.
"Terutama di dalamnya ada batu bara yang masuk dalam kategori HS 27, lemak dan minyak hewan nabati HS 15 yang mayoritas adalah palm oil, serta besi dan baja dalam kelompok HS 72," tuturnya.
2. Ada 3 ekspor nonmigas kontribusinya 28,43 persen

Komoditas ekspor non migas seperti besi baja, CPO dan turunannya memiliki andil yang besar terhadap neraca dagang Juli. Nilai ekspor ketiga komoditas itu memberikan kontribusi sekitar 28,43 persen dari total ekspor non migas Indonesia pada Juli 2024.
Meski begitu, nilai ekspor ketiga komoditas unggulan itu mengalami penurunan pada Juli 2024 baik secara bulanan maupun tahunan. Nilai ekspor baru bara turun 0,07 persen secara bulanan dan 2,49 persen secara tahunan.
Kemudian nilai ekspor besi dan baja turun 3,28 persen secara bulanan dan 8,07 persen secara tahunan, serta nilai ekspor CPO dan turunannya turun 36,37 persen secara bulanan dan 39,22 persen secara tahunan.
"Ekspor CPO dan turunannya mengalami penurunan cukup signifikan terutama ke India secara mtm itu turun 59,31 persen dan secara yoy turun 67,50 persen ke Tiongkok turun secara mtm 49,56 persen dan secara yoy turun 30,04 persen. Kemudian ke Pakistan juga turun secara mtm 17,78 persen dan secara yoy turun 18,62 persen, kalau untuk komoditas batu bara yang turun adalah ekspor ke Jepang, Filipina dan Vietnam," ucap Amalia.
3. Komoditas migas defisit US$ 2,13 miliar

Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit 2,13 miliar dolar AS dengan komoditas utama penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah
"Defisit neraca perdagangan migas Juli 2024 lebih dalam dari bulan sebelumnya ataupun bulan yang sama tahun lalu," jelas Amalia.