Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Target NZE, Bos Pertamina: Bukan Berarti Kejar Tanpa Emisi Sama Sekali

Mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati. (IDN Times/Firza Bawenti)
Mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati. (IDN Times/Firza Bawenti)
Intinya sih...
  • Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, menjelaskan tantangan mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.
  • NZE adalah kondisi di mana emisi karbon yang dilepas tidak melebihi jumlah yang diserap bumi, memerlukan transisi ke sistem energi bersih.
  • Pertamina harus menjaga ketersediaan energi di Indonesia sambil mengurangi emisi karbon dengan bisnis baru dan teknologi CCS.

Jakarta, IDN Times - Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati membeberkan tantangan dalam mengejar target emisi nol bersih alias net zero emission (NZE) pada 2060.

Dia mengatakan NZE artinya upaya menurunkan jejak karbon dari aktivitas yang dilakukan manusia. Namun, bukan berarti mengejar agar tak ada emisi sama sekali.

“Yang akan kita capai itu adalah NZE, bukan ZE. Artinya apa? kalau strategi pertama kita harus menyediakan energi, kita masih ada emisi yang dihasilkan, tapi makin lama kita turunkan,” kata Nicke dalam sesi talk show Unboxing A Day with IDN Times, sebagai bagian dari rangkaian HUT Satu Dekade IDN Times, di Jakarta, Kamis (6/6/2024).

1. Aktivitas manusia masih meninggalkan jejak karbon

Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Berdasarkan situs resmi Kementerian ESDM, NZE adalah kondisi di mana jumlah emisi karbon yang dilepas ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi. Untuk mencapainya diperlukan sebuah transisi dari sistem energi yang digunakan sekarang ke sistem energi bersih guna mencapai kondisi seimbang antara aktivitas manusia dengan keseimbangan alam.

Nicke mengatakan, dalam mencapai target itu, Pertamina tak boleh melupakan tugasnya sebagai perusahaan yang harus menjaga ketersediaan energi di Indonesia.

“Kita harus menjaga semuanya, gak mudah, menjaga tiga hal tadi. Maka kalau kita lihat strategi Pertamina, kita membuat dual growth strategy. Bahwa pertumbuhan Pertamina harus ditopang dengan kegiatan penyediaan energi yang bisa meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi, itu satu pilarnya,” ucap Nicke.

2. Pertamina masuk ke bisnis-bisnis baru untuk menekan emisi karbon

Presiden Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan Nusantara Sustainability Hub, di wilayah Ibu Kota Nusantara, pada Rabu (5/6). (dok. Pertamina)
Presiden Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan Nusantara Sustainability Hub, di wilayah Ibu Kota Nusantara, pada Rabu (5/6). (dok. Pertamina)

Sebagai perusahaan minyak dan gas (migas), Pertamina harus memastikan masyarakat mendapat pasokan energi yang memadai.

Di sisi lain, Pertamina berupaya mengurang emisi karbon dengan masuk ke bisnis-bisnis baru, seperti pencarian sumber energi bersih yang ada di Indonesia.

“Namun di sisi lain Pertamina juga harus masuk ke bisnis-bisnis baru yang bisa menurunkan emisi sehingga mencapai NZE. Dan juga bisa meng-create industri baru dan penyerapan tenaga kerja baru. Jadi dual-growth strategy ini menjadi prioritas yang sama pentingnya untuk dijalankan,” ujar Nicke.

Contohnya adalah pembangunan teknologi penyimpanan dan penangkapan karbon (Carbon Capture Storage/CCS).

“Kita punya reservoar-reservoar kosong yang kita inject dengan CO2. Jadi sebenarnya Indonesia punya kemampuan untuk membangun semuanya, jadi kita bisa,” tutur Nicke.

3. Dibutuhkan SDM yang kompeten

Kantor pusat PT Pertamina (Persero). (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Kantor pusat PT Pertamina (Persero). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Nicke mengatakan, saat ini Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang mendukung Pertamina untuk masuk ke bisnis-bisnis baru dalam upaya menurunkan energi.

Namun, di sisi lain, Pertamina juga membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten untuk bisa mengaplikasikan teknologi yang dibutuhkan dalam bisnis-bisnis baru itu. SDM itu menurutnya bisa diisi oleh generasi millennial dan Z Indonesia.

“Generasi Z dan millennial itu isi kosong di tengah. Karena dengan kita menguatkan teknologi untuk membangun industri dalam negeri, menyerap tenaga kerja, untuk itu tenaga kerja harus kita siapkan agar memiliki skill dan kompetensi yang sesuai dengan future challenge,” kata Nicke.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us