Tesla Buka Dealer di Xinjiang, Timbulkan Kecaman dari Amerika Serikat

Jakarta, IDN Times – Perusahaan mobil listrik milik Elon Musk, Tesla, membuka pusat penjualan dan layanan baru di wilayah Xinjiang, China. Wilayah ini adalah rumah bagi populasi Muslim yang dikenal sebagai Uighur, yang telah diidentifikasi oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan organisasi hak asasi sebagai kelompok etnis yang tertindas.
Tesla mengumumkan langkah itu minggu lalu di Weibo, platform media sosial populer di China. The Wall Street Journal sebelumnya juga melaporkan kepindahan Tesla ke Xinjiang.
“Pusat Tesla Urumqi secara resmi membuka #inanewdirection… Sebagai Tesla Center pertama di Xinjiang, lokasi ini mengintegrasikan penjualan, layanan, dan pengiriman. Ini akan membantu pengguna Xinjiang menikmati pengalaman layanan satu atap, mengawal pemilik mobil Tesla dalam perjalanan mereka ke barat,” tulis Tesla pada 31 Desember di akun Weibo, sebagaimana dikutip dari CNBC, Rabu (5/1/2022).
Banyak pengguna media sosial di China menyatakan apresiasinya sebagai tanggapan atas postingan Tesla. Namun langkah itu menimbulkan kemarahan di Barat.
1. Kecaman dari negara-negara Barat

Pada 2021, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Kanada mengatakan China terlibat dalam kejahatan kerja paksa, melakukan penahanan massal di kamp-kamp interniran, melakukan sterilisasi paksa dan pelanggaran lainnya terhadap Uighur.
Secara terpisah, Uni Eropa (UE) memberlakukan sanksi terhadap China karena melakukan penahanan yang sewenang-wenang terhadap warga Uighur.
Namun, China telah berulang kali menentang klaim itu dan menyebutnya sebagai kebohongan dan disinformasi.
2. Temuan peneliti Amnesty International

Sebelumnya NBC News pada Juni 2021 melaporkan bahwa peneliti Amnesty International menemukan otoritas China di wilayah barat Xinjiang telah mengumpulkan perempuan dan laki-laki yang sebagian besar Muslim dari etnis minoritas Uighur, Kazakh, dan Kirgistan.
Otoritas China disebut menahan mereka di kamp-kamp yang dirancang untuk menjauhkan mereka dari kecenderungan teroris atau ekstremis sejak 2017.
“Lebih dari 1 juta orang Uighur dan minoritas lainnya dari Xinjiang diyakini ditahan di kamp-kamp interniran, di mana mereka dipaksa untuk mempelajari Marxisme, meninggalkan agama mereka, bekerja di pabrik dan menghadapi pelecehan, menurut kelompok hak asasi manusia dan laporan langsung. Beijing mengatakan ‘kamp pendidikan ulang; ini menyediakan pelatihan kejuruan dan diperlukan untuk memerangi ekstremisme,” jelasnya.
3. Tanggapan AS

Sebagai tanggapan, para senator AS baru-baru ini menyetujui undang-undang (UU) yang melarang impor dari wilayah Xinjiang China kecuali bisnis itu dapat membuktikan bahwa mereka memproduksi tanpa kerja paksa.
Penulis UU tersebut, Senator AS Marco Rubio, mengecam Tesla dalam sebuah pernyataan pers.
“Perusahaan tanpa kebangsaan membantu Partai Komunis China menutupi genosida dan kerja paksa di wilayah tersebut,” katanya.
Tesla tidak menanggapi permintaan komentar. Saham Tesla naik lebih dari 13 persen pada Senin setelah melaporkan rekor pengiriman kendaraan untuk tahun 2021.