Sri Mulyani Was-was, Fenomena Ketidakpastian Global Meningkat

- Situasi ekonomi global mengalami dinamika luar biasa, terpicu oleh masalah geopolitik dan keamanan.
- Dinamika politik dan keamanan berdampak pada perekonomian dunia, mempengaruhi suku bunga The Fed dan nilai tukar mata uang.
Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan, situasi ekonomi global saat ini mengalami dinamika yang luar biasa. Kondisi ini dikhawatirkan akan memberikan pengaruh terhadap ekonomi Indonesia.
"Situasi ekonomi global sungguh saat ini terus mengalami dinamika yang luar biasa. Terpicu oleh masalah geopolitik dan keamanan," ucap Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Rabu (11/12/2024).
1. Ketidakpastian meluas ke Timur Tengah

Ia mencontohkan beberapa fenomena global yeng terjadi di sejumlah negara maju, seperti anggota G7, serta hubungan antara blok negara besar seperti China dan Rusia telah menciptakan ketegangan global.
Di sisi lain, ketidakpastian yang semakin meluas di Timur Tengah dan Latin Amerika. Semua faktor ini semakin memperburuk kondisi ekonomi global yang membuat dunia harus tetap waspada terhadap dampaknya.
"(Sejumlah) fenomena yang cukup membuat kita semuanya harus terus waspada," kata dia.
2. Dinamika global pengaruhi arah kebijakan The Fed

Ia menjelaskan, dinamika politik dan keamanan secara nyata memberikan pengaruh terhadap landscape perekonomian dunia.
Sebelumnya, banyak prediksi yang mengarah pada proyeksi suku bunga tinggi hingga tahun 2024, terutama terkait kebijakan Fed Fund Rate yang diperkirakan akan higher for longer, tetapi justru sudah mengalami penurunan sebanyak 75 bps di tahun ini.
"(Tapi) dengan munculnya dinamika politik dan security global, pembahasan mengenai penurunan (suku bunga The Fed) lebih lanjut jadi tertunda," kata dia.
3. Perkembangan global picu pelemahan mata uang

Dengan berbagai perkembangan, kebijakan ekonomi di sisi fiskal dan moneter global harus dihadapi hati-hati. Hal itu juga sembari menunggu perkembangan lebih lanjut terkait situasi politik global yang terus berkembang.
Pasalnya, dinamika politik ini akan mempengaruhi perubahan dalam permintaan dan penawaran atau supply and demand di pasar, serta dapat berimbas pada harga dan nilai tukar mata uang.
"Dinamika ini tentu pengaruhnya kepada nilai tukar rupiah maupun exchange rate," ucap dia.
Bila mengacu data Bloomberg pada sore ini, rupiah mengalami pelemahan hingga Rp15.919 per dolar AS.
Bahkan di kawasan Asia, mayoritas mata uang kompak melemah terhadap dolar AS di antaranya peso Filipina mencatat pelemahan terdalam yakni 0,51 persen, disusul baht Thailand yang melemah 0,31 persen dolar Taiwan melemah 0,30 persen. Kemudian yuan China melemah 0,20 persen.



.jpg)















