Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp5.974 Triliun per Februari 2022

Ilustrasi Utang. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Utang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia per Februari 2022 naik menjadi 416,3 miliar dolar AS atau setara Rp5.974 triliun (kurs Rp14.352 per dolar AS).

ULN di bulan Februari naik 2,7 miliar dolar AS atau setara Rp38,75 triliun dibandingkan posisi ULN Indonesia pada Januari 2022 sebesar 613,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp5.936 triliun.

1. ULN RI naik tapi BI klaim strukturnya tetap sehat

ilustrasi utang (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi utang (IDN Times/Aditya Pratama)

BI menjabarkan, rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ialah sebesar 34,2 persen, Angka itu naik meningkat dibandingkan rasio pada bulan sebelumnya yang sebesar 34 persen.

Meski naik, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono mengatakan struktur ULN Indonesia pada Februari 2022 itu tetap sehat, sebab didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 87,8 persen dari total ULN.

"Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," kata Erwin dikutip dari keterangan resmi BI, Kamis (14/4/2022).

Jika dibandingkan Februari 2021 atau secara year on year (yoy), posisi ULN Indonesia pada akhir Februari 2022 mengalami kontraksi sebesar 1,5 persen. Perkembangan tersebut disebabkan oleh kontraksi ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) dan sektor swasta.

2. ULN Pemerintah naik jadi Rp2.886 triliun

Ilustrasi Utang (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi Utang (IDN Times/Arief Rahmat)

BI juga mencatat, ULN pemerintah sebesar 201,1 miliar dolar AS per akhir Februari 2022, atau setara Rp2.886 triliun. Angka itu naik 1,8 miliar dolar AS atau setara Rp25,83 triliun jika dibandingkan ULN pemerintah pada akhir Januari 2022 yang sebesar 199,3 miliar dolar AS atau setara Rp2.860 triliun.

BI mencatat, posisi ULN Pemerintah per Februari itu dilatarbelakangi oleh penarikan neto pinjaman luar negeri yang digunakan untuk mendukung pembiayaan program dan proyek, antara lain berupa dukungan pembiayaan pembangunan dan peningkatan kapasitas infrastruktur serta program peningkatan daya saing, modernisasi industri, dan akselerasi perdagangan dari International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) dan Asian Development Bank (ADB).

"Di samping itu, sentimen positif kepercayaan pelaku pasar global yang tetap terjaga mendorong investor asing kembali menempatkan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik," tutur Erwin.

Adapun penarikan ULN pada Februari 2022 diutamakan belanja penanganan COVID-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

"Posisi ULN Pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,8 persen dari total ULN Pemerintah," kata Erwin.

3. ULN swasta juga naik jadi Rp2.960 triliun

Ilustrasi Utang. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Utang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Selain itu, ULN swasta juga mengalami kenaikan di Februari 2022. Tercatat, ULN swasta sebesar 206,3 miliar dolar AS atau setara Rp2.960 triliun per akhir Februari, naik 1 miliar dolar AS atau setara Rp14,35 triliun.

"Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin; sektor industri pengolahan; serta sektor pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 77 persen dari total ULN swasta," kata Erwin.

BI mencatat, ULN swasta juga didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,6 persen terhadap total ULN swasta.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hana Adi Perdana
EditorHana Adi Perdana
Follow Us