Uzbekistan Bakal Pasok Energi Ramah Lingkungan ke Negara Eropa

- Uzbekistan akan menandatangani kesepakatan untuk memasok energi hijau ke Eropa dalam beberapa hari mendatang.
- Presiden Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev, menyampaikan komitmen Uzbekistan untuk melakukan reformasi ekstensif guna mencapai netralitas karbon.
- KTT COP-29 tahun ini difokuskan pada pengumpulan pendanaan transisi global ke sumber energi yang lebih bersih dan membatasi kerusakan iklim.
Jakarta, IDN Times - Presiden Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev, mengatakan bahwa negaranya akan menandatangani kesepakatan untuk memasok energi hijau ke Eropa dalam beberapa hari mendatang pada Selasa (12/11/2024).
Hal itu disampaikan saat berpidato pada KTT Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP29) di Baku, Azerbaijan.
“Dalam beberapa hari mendatang, kami akan menandatangani perjanjian multilateral tentang penyediaan energi hijau ke Eropa,” kata Mirziyoyev, dilansir Anadolu Agency.
Ia menambahkan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman global utama yang secara langsung menyebabkan ketegangan geopolitik.
Mirziyoyev mengatakan hal itu juga seringkali menimbulkan masalah lainnya, termasuk keamanan pangan dan energi, serta akses ke air dan sumber daya.
1. Komitmen Uzbekistan untuk capai nol emisi

Mirziyoyev mengatakan masalah ini dirasakan di Asia Tengah. Masalah inilah yang perlu untuk diselesaikan lebih lanjut. Tujuan utama Uzbekistan dalam hal ini didasarkan pada Perjanjian Paris untuk mencegah peningkatan suhu.
"Sehubungan dengan hal ini, kami bertekad untuk melakukan reformasi ekstensif di Uzbekistan guna mencapai netralitas karbon. Kami telah menetapkan target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 35 persen pada 2030. Kami siap untuk memperluas komitmen ini hingga tahun 2050," kata Mirziyoyev lebih lanjut.
Ia juga mengatakan Uzbekistan akan meningkatkan pangsa energi hijau dalam portofolionya menjadi 40 persen. Negara tersebut berkomitmen untuk memperluas kontribusinya dalam mengatasi konsekuensi perubahan iklim.
“Saya ingin menegaskan kembali kesiapan Uzbekistan untuk berdialog terbuka dan bermitra demi kesejahteraan bersama dan pembangunan hijau,” imbuh Mirziyoyev.
2. Tuan rumah Azerbaijan kritik negara Barat

Adapun negara tuan rumah yang dipimpin oleh Azerbaijan dalam kesempatannya untuk berpidato mengecam kritik Barat terhadap industri minyak dan gas negaranya. Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, mengatakan negaranya hanya sebagai korban dari kampanye fitnah dan pemerasan.
"Sebagai presiden COP29, tentu saja kami akan menjadi pendukung kuat transisi hijau, dan kami sedang melakukannya. Namun, pada saat yang sama, kami harus realistis," kata Aliyev, dilansir Reuter.
Ia menambahkan bahwa negara-negara tidak boleh disalahkan karena memiliki sumber daya minyak. Mereka juga tidak boleh disalahkan karena membawa sumber daya ini ke pasar, karena pasar membutuhkannya.
Ia secara khusus mengecam Amerika Serikat (AS) yang merupakan penghasil karbon terbesar dalam sejarah dunia bersama Uni Eropa.
"Sayangnya, standar ganda, kebiasaan menggurui negara lain, dan kemunafikan politik menjadi semacam modus operandi bagi sejumlah politisi, LSM yang dikendalikan negara, dan media berita palsu di sejumlah negara Barat," katanya.
3. KTT COP-29 dimaksudkan untuk mengumpulkan pendanaan iklim

KTT COP-29 tahun ini difokuskan pada pengumpulan pendanaan transisi global ke sumber energi yang lebih bersih dan membatasi kerusakan iklim yang disebabkan oleh emisi karbon.
"Dunia harus membayar, atau umat manusia akan menanggung akibatnya. Kita sedang dalam hitungan mundur terakhir untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius, dan waktu tidak berpihak pada kita," kata Guterres dalam pertemuan puncak itu.
Namun pada hari acara yang dirancang untuk mempertemukan para pemimpin dunia, banyak petinggi negara tidak hadir untuk mendengar pidato Guterres.
Tahun ini diperkirakan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Para ilmuwan memperingatkan bahwa pemanasan global dan dampaknya terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan. Umat manusia kini menanti terobosan negara-negara dunia untuk mengatasi masalah ini bersama.