China Ajukan Banding atas Tarif Mobil Listrik Uni Eropa

- China ajukan banding ke WTO atas keputusan UE terkait bea masuk kendaraan listrik buatan China.
- UE mengenakan bea masuk hingga 35 persen pada EV dari China, menyebabkan penurunan ekspor kendaraan listrik China ke UE.
- Anggota UE tidak satu suara dalam hal tarif kendaraan listrik, Jerman menentang tarif dan mendukung negosiasi dengan China.
Jakarta, IDN Times - China telah mengajukan banding ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas keputusan akhir Uni Eropa (UE) terkait tindakan balasan terhadap kendaraan listrik (electric vehicle/EV) China pada Senin (4/11/2024).
"China dengan tegas menentang langkah-langkah akhir UE untuk memberlakukan bea masuk yang tinggi terhadap EV buatan China, meskipun ada serangkaian keberatan yang diajukan oleh pihak-pihak terkait. Ini termasuk pemerintah negara-negara anggota UE, industri, dan masyarakat," kata juru bicara Kementerian Perdagangan China.
Juru bicara tersebut menambahkan, untuk melindungi kepentingan pengembangan industri kendaraan listrik dan kerja sama global dalam transformasi hijau, China memutuskan untuk mengajukan banding ke mekanisme penyelesaian sengketa WTO, dikutip dari Xinhua.
1. China tidak setuju dengan keputusan UE
Keluhan itu menyusul permohonan banding Beijing sebelumnya pada WTO, terkait tindakan anti-subsidi awal UE untuk kendaraan listrik China.
Menurut Beijing, keputusan UE yang tidak memiliki dasar fakta dan hukum, serta melanggar aturan WTO, merupakan penyalahgunaan tindakan pemulihan perdagangan dan praktik proteksionisme perdagangan atas nama tindakan penyeimbang.
Pihaknya juga mendesak UE untuk mengakui kesalahannya sendiri, segera memperbaiki praktik ilegalnya, dan bersama-sama menjaga stabilitas rantai industri dan rantai pasokan kendaraan listrik global. Serta, kerja sama ekonomi dan perdagangan China-Uni Eropa secara keseluruhan.
2. Bagi UE, tarif diperlukan untuk melawan subsidi yang tidak adil

Bulan lalu, UE mengumumkan akan mengenakan bea masuk hingga 35 persen pada EV dari China. Pihaknya menuduh bahwa ekspor Beijing secara tidak adil menurunkan harga industri Uni Eropa. Bea masuk tersebut akan tetap berlaku selama lima tahun, kecuali jika kesepakatan damai dapat dicapai.
"Langkah-langkah tersebut proporsional dan terarah. Hal ini ditujukan untuk mendukung praktik pasar yang adil dan mendukung basis industri UE," kata Valdis Dombrovskis, wakil presiden eksekutif Komisi Uni Eropa pekan lalu, dikutip dari Associated Press.
Komisi Eropa memperkirakan pangsa pasar merek China di UE telah meningkat menjadi 8 persen dari sebelumnya di bawah 1 persen pada 2019, dan diperkirakan dapat mencapai 15 persen pada 2025. Pihaknya juga mengatakan harga biasaya 20 persen di bawah harga model buatan UE.
Komisi telah mengadakan delapan putaran negosiasi teknis dengan Beijing, guna menemukan alternatif tarif dan mengatakan pembicaraan dapat dilanjutkan setelah tarif diberlakukan.
Menurut data dari China Passenger Car Association, dalam sembilan bulan pertama tahun 2024 menunjukkan ekspor kendaraan listrik China ke UE turun 7 persen dari tahun sebelumnya. Namun, mengalami peningkatan lebih dari sepertiga pada Agustus dan September, menjelang pemberlakuan tarif.
3. Pro dan kontra kebijakan Uni Eropa terkait tarif EV China

Dalam lima tahun terakhir, sikap UE terhadap Beijing telah mengeras. Mereka memandang China sebagai mitra potensial di beberapa bidang, namun di sisi lain sebagai pesaing dan saingan sistemik. Akan tetapi, anggota UE tidak satu suara dalam hal tarif kendaraan listrik.
Jerman, sebagai ekonomi terbesar di blok itu dan produsen mobil utama, menentang tarif tersebut. Berlin mendukung negosiasi Uni Eropa yang sedang berlangsung dengan China dan berharap adanya resolusi diplomatik, guna meredakan ketegangan perdagangan sekaligus melindungi industri UE.
Para produsen mobil Jerman telah mengkritik keras tindakan UE tersebut. Sebab, ini menyadari kemungkinan bea masuk impor yang lebih tinggi dari China terhadap kendaraan berbahan bakar bensin bermesin besar akan sangat memukul mereka.
Langkah itu diambil di tengah aksi ribuan pekerja industri Jerman, termasuk di produsen mobil, melakukan aksi mogok untuk menuntut kenaikan upah dengan Volkswagen baru-baru ini akan mengumumkan penutupan pabrik di dalam negeri untuk pertama kalinya dalam 87 tahun sejarahnya, Reuters melaporkan.
Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban, mengatakan UE sedang menuju 'perang dingin ekonomi' dengan China. Sementara itu, asosiasi mobil PFA Prancis menyambut baik bea masuk tersebut dan mendukung perdagangan bebas selama itu adil.
Kendaraan listrik telah menjadi pemicu konflik dalam sengketa perdagangan yang lebih luas mengenai pengaruh subsidi pemerintah Negeri Tirai Bambu terhadap pasar Eropa di tengah meningkatnya ekspor teknologi hijau China ke blok Eropa tersebut.